BAB 30

8.9K 217 4
                                    

Saat ini Lyra benar benar meluangkan waktunya untuk menenani Zio latihan basket dan terlihat anak cheers yang sedang membentuk gerakan baru.

"Zio kamu benaran kan mau nganterin aku ke perpustakaan lowakan" tanya Lyra saat Zio istirahat dan duduk disebelahnya.

"Ia...nanti setelah selesai latihan aku langsung nganterin kamu" ucap datar Zio hanya tersenyum tipis ke Lyra, tapi meski begitu dengan Zio mau tersenyum kepadanya sudah cukup membuat Lyra bahagia.

"Terimakasih...aku senang kamu udah gak marah sama aku lagi Zio" ucap Lyra menutup kembali botol air yang selesai Zio minum.

"Aku mau ke lapangan dulu" Zio tak menanggapi ucapan Lyra dan berlari ke tengah lapangan.

"Ly sabar aja ngadepin bocah" seru Teddy yang mengambil minum dari tas miliknya.

"Haha nggak papa kok Dy" ucap Lyra tersenyum manis.

Bruk...
Semua orang kaget saat mendengar suara orang terjatuh yang ternyata salah satu anak cheers yang jatuh.

"Astaga..." Lyra kaget dan segera menghampiri kerumunan itu, tapi langkahnya terhenti saat matanya melihat Zio membopong seseorang.

"Ash...sakit.." rintih gadis yang terjatuh tadi adalah Erika.

"Zio...." gumam Lyra dan air matanya turun membasahi lagi bukan karena Lyra marah karena Zio membatu Erika, tapi Lyra dapat menangkap raut wajah khawatir dari Zio.

"Zio cepet bawa Erika ke rumah sakit" pekik Lyra seperti tidak apa apa.

"Hm..., Ly kamu pulang sendirian gak masalah kan dan ya maaf aku gak bisa nganterin kamu...soalnya..." ucapan Zio terpotong suara Lyra.

"Udah gak masalah yang penting kamu bawa dulu aja Erika ke rumah sakit sekarang, kasihan dia udah kesakitan" Teddy, Shenal dan Aden yang melihat Lyra seperti itu merasa kasihan.

Zio mengangguk dan membopong Erika masuk ke mobilnya untuk ke rumah sakit.

"Lo mau gue anter pulang" tawar Shenal yang juga akan pulang.

"Iya mending kalau balik lo sama Shenal aja soalnya searah" usul Teddy di jawab gelengan Lyra.

"Nggak tapi terimakasih, aku bisa pulang sendiri lagian aku habis ini ke tokoh buku" tolak halus Lyra.

"Udah lo balik sama Shenal aja lagian Shenal pasti mau nungguin lo" sahut Aden yang tau Shenal tidak suka ke perpustakaan lowakan karena menurutnya membosankan.

"Hah...ok gue bakal tungguin lo kok, jadi ayo balik bareng ama gue aja" ajak Shenal melenggang pergi duluan.

"Gak usah aku bisa sendirian kok" pekik Lyra.

"Udah cepet naik" titah Shenal sudah duduk diatas motornya.

"Tap...tapi..." Shenal mengangguk dan mengeluarkan jaket dari dalam tasnya.

"Nih pakai" Lyra mengerti dan mengikatkan jaket Shenal ke pingganya.

Shenal menjalankan motornya hingga sampai ke perpustakan lowakan dengan segera Lyra turun dari motor Shenal.

"Shenal thank ya kamu udah mau nganter aku, sekarang kamu bisa kok pergi" ucap Lyra sambil menyerahkan jaket Shenal.

"Gue bakal tungguin lo kok" seru Shenal meski malas tapi ia sendiri kasihan dengan Lyra.

"Hah gak usah kamu bisa pulang kok, nggak usah nungguin aku" tolak Lyra karena sudah diantar rasa tidak enak hatinya bertambah ketika Shenal mau menunggunya.

"Yaudah kalau gitu gue duluan, bye..." Lyra mengangguk dan kemudian menjalankan motornya.

Lyra memasuki perpustakaan lowakan itu dengan disambut ramah oleh penjaga.

"What this?" gumam Lyra melihat novel yang menarik perhatianya.

"ketika sekedar apapun sudah tak dikenali maka jawabanya pergi" Lyra membaca kalimat itu ketika membuka isi novelnya.

Lyra menghembuskan nafasnya dengan mengembalikan novel itu kembali.

"Disini saja mungkin" Lyra melihat sekitar tempat yang sangat tenang buat dia belajar dan mengerjakan tugasnya, dengan meminjam buku pengetahuan.

Drt..drt...
Lyra merasakan ponselnya bergetar dan tertera nama Anne disana.

"Hallo mbak"

"Hai...Lyra gini mbak mau ngomong kalau keputusan tentang kontrak itu harus besok udah fix, jadi mbak besok tunggu keputusan kamu sampai malam dan ya kamu jangan ada keterpaksaan mengambil kontrak itu yang ada jadi beban buat kamu"  ucap panjang Anne membuat Lyra kaget karena suara Anne yang seperti kereta tidak ada jedanya sama sekali.

"Harus besok mbak..." tanya sekali lagi Lyra.

"Ia Lyra cantik, manis, adiknya Annelin sang pengusaha fashion ternama, keputusanya harus besok karena banyak yang ingin mendapatkan kontrak itu dan mbak harap kamu yang memegang kontrak itu" suara Anne sudah kembali seperti biasanya.

"Oh gitu insyallah mbak besok sore atau siang aku udah ngasih keputusan ini, memangnya ini beneran di Amerika mbak" tanya Lyra lebih memastikan lagi.

"Ia lima tahun tapi kalau pihak sana mereka suka dengan cara kerja kamu jadi modelnya mungkin kamu akan ditawari memperpanjang kontrak, atau bisa jadi disana kamu mengadu nasib dan sukses di negara besar itu"

"Gitu ya mbak, memangnya keberangkatan ke Amerika itu kapan mbak" tanya Lyra bingung.

"Harusnya kemarin tapi mbak minta waktu lagi sama pihak sananya buat mastiin kamu siap atau nggak, jadi besok mbak harap kamu udah ngasih keputusan kamu kalau nggak kontrak itu bisa hilang karena banyak model yang menginginkan kontrak itu"  Lyra mengangguk mengerti.

"Yaudah mbak makasih kalau gitu besok aku udah kasih jawabanya kok, aku tutup dulu mbak telphonenya" Lyra mematikan sambungan telphone itu dan kembali menatap buku bukunya.

"Gimana aku jelasin sama ayah" batin Lyra yang akhirnya memilih berdiri dari duduknya. Dan mengembalikan buku yang dia pinjam tadi.

Lyra keluar dari perpustakaan itu memilih untuk pulang agar bisa menjelaskan lebih cepat.

"Taxi..." ucap Lyra memberhentikan taxi yang lewat.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang