BAB 8

12.6K 506 5
                                    

Lyra izin dari sekolahnya untuk mengantar Zio ke Rumah sakit karena luka goresan di pergelangan tanganya menimbulkan darah yang tak kunjung berhenti , tapi dengan syarat ia harus kembali lagi ke sekolah.

"Gimana keadaan teman saya dok" tanya Lyra ke dokter itu setelah menangani luka Zio.

"Kenzio kamu bermain apalagi ini hah..." gertak dokter itu kesal membuat Zio mengedikan bahunya acuh Lyrapun di buat bingung.

"Dokter kenal teman saya" heran Lyra.

"Siapa yang nggak kenal bocah nakal tengil ini , anaknya dokter Jovana yang sering masuk Rumah sakit yang babak belur kek , patah tulang halah udah sering" keluh dokter itu adalah Lina teman Jovana dulu.

"Lha....setenar itu dia bahkan Rumah sakitpun hapal" gumam Lyra.

"Yaudah tan makasih udah nolongin Zio , kalau gitu Zio pamit dulu bye" Zio turun dari brankar dan menarik Lyra.

"Gak sopan tau nggak" Lyra menghempaskan pegangan Zio di tanganya.

"Apaan lagi sih Zio" kesal Lyra saat Zio menahan tanganya.

"Jangan pergi" lirih Zio dengan kepala tertunduk.

"Apa hubunganya sama kamu , mau aku pergi atau nggak itu urusan aku" ketus Lyra mengacuhkan Zio.

"Lepasin aku Zi... please" Lyra melepaskan cengkraman tangan Zio dengan pelan.

"Beri aku kesempatan sekali lagi Ly , aku mohon" Zio memegang kedua tangan Lyra.

"Jangan bicara disini" Lyra berjalan mendahului Zio yang menatap Lyra dengan pandangan sendu dan putus asa.

"Kamu mesan apa" tanya Zio ketika mereka duduk di sebuah Cafe.

"Apa kamu tidak tau kesukaanku" tanya sinis Lyra membuat Zio merasa bersalah.

"Stupid boy" desis Lyra.

"Kamu mau pesan apa" tawar Zio.

"Cukup air putih , karena aku tidak mau berhutang budi sama orang yang tidak sudi menerima apapun dariku" Lyra mengambil sebotol air putih dari pendingin minuman , dan teringat jika Zio selalu menolak apapun darinya seperti bekal yang ia bawakan waktu itu.

"Ly....jangan pernah berbicara seperti itu , aku tau aku salah tapi aku berjanji sama kamu akan selalu menerima , menjaga pemberian dari kamu apapun itu" Lyra melihat Zio kasihan tapi ego kecewanya masih menguasai dirinya.

"Udah lalu , sekarang aku punya apa yang akan aku berikan sama kamu perasaan hati  malah udah hancur , kepercayaan juga hancur lebur  , kesempatan sepertinya gak mungkin" ucap Lyra seperti berfikir.

"Tapi aku gak akan nyerah gitu aja Ly , dan sekarang giliran aku yang berjuang buat hubungan kita terutama buat kamu Lyra" ucap Zio dengan tegas.

"Basi , Yaudah nanti kamu tinggal hubungin supir kamu aja terus aku mau pulang dulu" ketika Lyra hendak pergi tanganya dicekal Zio.

"Makan dulu kamu belum makan" suruh Zio membuat Lyra heran dengan sikapanya yang berubah.

"Terimakasih tapi sepertinya aku bisa makan di rumah" tolak Lyra.

"Ly kamu belum makan apapun dari tadi , please jangan pergi sebelum kamu makan" Lyra merasa iba dengan ketulusan Zio yang benar benar ia tunjukan lewat sorot matanya dan perilakunya.

"Ok...mbak mi goreng satu" pesan Lyra membuat Zio mendelik tak suka.

"Jangan makan , makanan itu Ly itu gak baik bagi kesehatan kamu apalagi ada bahan pengawetnya" cerocos Zio membuat Lyra terdiam melihat Zio yang memperhatikan dirinya sampai makanan.

"Gak ada urusanya sama kamu dan aku bukan orang kaya yang bisa beli hidangan utama disini" cuek Lyra mengabaikan Zio.

"Mbak saya pesan steak dua , jus melon sama alpukat" pesan Zio membuat Lyra mendelik tak suka.

"Kenapa kamu menginginkan aku bales budi sama kamu Zi" ucap datar Lyra.

Zio mengehela nafas pasrah saat mengatasi perubahan sikap Lyra kepadanya , nada bicara , tatapan , perilaku Lyra sungguh semua dirasakan oleh Zio.

"Tidak Ly kamu salah aku tidak mengharapkan apapun dari kamu , asal kamu tahu meski ini semua kamu sangka aku munafik dusta terserah kamu tapi yang aku lakukan ini tulus , that's really for you" Zio tersenyum melihat Lyra yang sangat cuek.

Sekarang Zio bisa merasakan menjadi Lyra yang selalu ia acuhkan tak pernah ia gubris sekali bahkan di perhatikan.

"Belajar dari mana kamu bisa ngomong panjang lebar terus perhatian gitu sekarang" Lyra tertawa remeh melihat cara berbicara Zio yang sekarang berubah.

"Because you...." ucapan Zio terpotong karena pelayan membawakan nampan berisi makanan pesanan mereka.

"Permisi mbak mas ini pesananya" pelayan itu meletakan makanan Lyra dan Zio.

"Terimaksih mbak..." ucap ramah Lyra.

"That's really for me" tanya Lyra memastikan di jawab anggukan Zio.

Lyra mulai memakan pesananya dan ia melirik Zio yang sepertinya kesusahan saat ingin makan , karena tanganya yang masih sakit.

kruukkk....krukkk...
Lyra menahan tawanya saat mendengar bunyi perut Zio yang juga kelaparan.

"Kamu gak makan kenapa , bukanya tadi kamu yang pesan" tanya Lyra seolah olah tidak tahu dan melihat Zio yang kebingungan.

"Gak papa nanti aku makan kok" Zio mulai memegang garpu dan pisau potong , saat menekan makananya pergelangan tangn Zio sangat terasa sakit.

"Kamu mau makan" Zio menganggukinya dengan kepala tertunduk dan membuat Lyra gemas , belum pernah ia melihat sikap Zio yang seperti ini.

"Kalau kagak bisa ngomong , percuma pesan makan kalau nggak di makan" Lyra menghela nafasnya dan memotongi steak Zio dan menyodorkan ke Zio membuat Zio kaget dengan tindakan Lyra.

"Buat aku" Zio menunjuk dirinya sendiri.

"He'em mau kagak kalau kagak yaudah makan sendiri aja sono" Zio langsung melahap steak di garpu Lyra saat akan menurunkan suapanya ke piring lagi.

"Aku gak pernah menemukan suapan kedua terenak seperti ini setelah bundaku , yaitu dari kamu Ly" Lyra memalingkan wajahnya malu dan kembali seperti normal tadi.

"Receh" gumam Lyra.

"Yaudah makasih makananya , mbak semua berapa makananya" Lyra memanggil pelayan yang memberikan bill tagihan kepadanya , membuat Lyra kaget dengan harganya.

Lyra membuka dompetnya yang hanya tersisa uang biru selembar.

"Oh..." Lyra kaget karena tiba tiba Zio memberikan dua lembar kertas warna merah dan selembar warna biru.

"Makasih mas mbak" pelayan itu meninggalkan meja Zio dan Lyra.

"Kamu apa apaan sih , aku masih bisa bayar sendiri tanpa uang kamu" ucap Lyra penuh penekanan.

"Hey aku yang pesenin kamu makan jadi aku juga yang bayar bukan kamu , dan anggap aja ini latihan aku menafkahi kamu jadi calon nyonya Melvino" ucap santai Zio.

"In your dream" Lyra berdiri dari duduknya.

"Pulang sama aku" Zio menarik tangan Lyra keluar dia takut jika Lyra akan pergi darinya dan tak mau menemuinya lagi.

"Zio apa apaan sih kamu" dengus Lyra saat masuk dengan paksa ke mobil Zio dengan supir yang ia suruh lewat pesan , Zio mengaktifkan kaca antar supir dan penumpang agar supir tidak tau apa yang ia bicarakan.

"Udah diem aku pingin tidur" Zio menyandarkan kepalanya di pundak Lyra dan menghirup aroma rambut Lyra yang segar.

"Ekh..." kaget Lyra dan mendiamkan Zio di pundaknya karena ia tidak tega membangunkanya.

Lyra menatap kagum mobil Zio yang ada tv besar di dalamnya dan kursi yang nyaman tapi pandanganya beralih ke Zio yang sudah terlelap di pundaknya.

VOTE & COMEENT

insyallah aku bakal update satu minggu sekali atau nggak dua kali , apalagi minggu besok aku malah makin sibuk...

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang