BAB 6

14.1K 556 7
                                    

Di kamarnya Zio sangat uring-uringan dia terus kepikiran bagaimana keadaan Lyra sekarang.

Zio membuka ponselnya tidak ada pesan yang masuk sama sekali dari Lyra biasanya di jam segini Lyra mengiriminya pesan  meski sering ia abaikan , sekarang Zio melihat ponselnya sangat sepi bahkan teman temanya tidak ada yang mengirimi pesan apapun.

"Kenapa kamu tidak tidur hm" tanya Jovana melihat Zio yang hanya duduk di sofa memijit pangkal hidungnya.

"Apa kamu akan membantu orang komplek ronda hah, tidak tidur jam segini" sewot Jovana.

"Aish bunda diam akh, Zio lagi pusing" kesal Zio.

"Pusing kenapa" Jovana berkacak pinggang menaikan alisnya sebelah.

"Bunda rindu gak sama papa pas berjauhan gini, kepikiran gak" Jovana mengkerutkan keningnya saat tiba tiba Zio menanyakan itu.

"Jelas bunda rindu lha terus kepikiran juga disana papa kamu udah makan belum , tidurnya teratur gak orang itu suami bunda cinta dunia akhirat bunda seperti kamu jam segini kenapa kamu gak tidur itu berarti bunda masih cinta sayang sama kamu" Zio terdiam perkataan bundanya sama seperti yang ia alami sekarang.

"Apa gue cinta sama Lyra" batin Zio.

"Emang kamu kenapa tanya gitu tumben banget, jujur sama bunda kamu lagi mikirin apa" Jovana masih bisa membaca ekspresi Zio dengan ilmu kedokteranya dulu meski dia spesialis jantung.

"Huft...Zio cuma kepikiran Lyra bun" ucap Zio menarik nafas panjangnya.

"Emang kenapa dengan Lyra , terus tumben juga kamu mikirin tentang Lyra" tanya Jovana menyelidik.

"Lyra..." Zio mulai menceritakan semua dengan detail hingg Lyra masuk rumah sakit.

Sebagai bundanya Jovana merasa kasihan tau apa yang di rasakan Zio , tapi sebagai wanita Jovana sungguh sangat kecewa dengan Zio.

"Apa yang harus Zio lakukan bun , fikiran Zio selalu di penuhi oleh Lyra bahkan hati Zio merasakan khawatir" keluh Zio meneteskan air matanya.

"Bunda senang kamu bisa merasakan jika Lyra berarti di hati kamu and honestly bunda juga suka saat kamu merasakan kehilangan seseorang yang kamu sia siakan yang buat kamu sadar tentang itu" Jovana tidak tau harus berbuat apa soal ini , karena ini masalah hidup pilihan anaknya.

"Tidurlha ini sudah malam" Jovana keluar dari kamar Zio.

"Maafin aku Ly....maaf" Zio menangis saat mengingat tangis Lyra , kemarahanya yang sebelumnya Lyra tidak pernah semarah itu.

Sementara di Rumah sakit Lyra sudah sadarkan diri tapi ia hanya melamun menatap kejendela melihat bangunan tinggi.

"Mbak udah malem tidur gih" suruh Derend  yang menjaga Lyra.

"Bener Ly, kamu itu masih sakit tidur sekarang ini udah malam" ayah Lyra dan Derend belum tahu apa masalah Lyra.

"Baik yah" Derend membantu Lyra untuk merebahkan dirinya.

Malam bertemu dengan pagi Zio hari ini berangkat lebih awal tidak seperti biasanya yang sampai gerbang sudah di tutup.

"Guys..." panggil Zio saat melihat teman temanya bersandar di pintu mobil.

"Kenapa" sahut Aden, Zio melihat Teddy Shenal yang ogah menatapnya.

"Keadaan Lyra gimana" tanya Zio memberanikan diri walau tau reaksi teman temanya gimana nantinya.

"Buat apa lo tanya soal Lyra bukanya gak peduli, ngipi apa lo semalam terus paginya nanyain Lyra" sinis Teddy.

"Gue tanya gimana keadaan Lyra" tanya Zio sekali lagi penuh penekanan.

"Gue gak tau keadaanya sekarang gimana, tapi Lyra dirawat di rumah sakit Citra bunga itu kalau lo masih peduli terus jenguk" jawab Shenal sambil mengunyah permen karetnya.

"Kalau masih pedulikan, orang hidup aja kagak peduli apalagi kalau mati udah party kali akh..." Aden menatap marah Zio yang menahan amarahnya.

"Cukup gue tahu gue salah untuk semuanya, tapi apa bisa kalian merasakan gimana rasa penyesalan" Zio menatap nyalang teman temanya.

"Gue ngaku kalau gue memang mencintai Lyra, gue sadar itu sekarang" lirih Zio menundukan kepalanya.

Teman temanya yang melihat itu merasa kasihan dan iba karena akhirnya Zio menyadari cintanya ke Lyra.

"Buktiin ucapan lo itu bikin Lyra percaya lagi sama lo kalau lo memang mencintainya dan sekarang giliran lo yang berjuang" Zio kaget tiba tiba Teddy menepuk pundaknya.

"Gue seneng akhirnya lo sadar perasaan lo sama Lyra" Shenal tersenyum miring dan menyilangkan tangnya di depan dadanya.

"Thank guys" Zio segera pergi lagi menuju Rumah sakit.

"Gue seneng akhirnya tuh bocah sadar sama perasaanya" ucap Aden menatap Zio yang melajukan mobil ferarinya.

Zio melajukan mobilnya diatas kecepatan rata rata dan tak berhenti mulutnya menggumamkan maaf.

"Maafin aku Ly, maafin aku" air mata Zio menetes.

Zio sampai di Rumah sakit dan langsung berlari.

"kamar rawat Alyra Septian Zatmiko dimana" ucap Zio tanpa basa basi dengan nafas yang tersenggal senggal.

"Di ruang tulip VIP lantai 8, mas" mendengar ucapam suster itu , Zio langsung berlari mencari ruangan Lyra.

Zio menghentikan langkahnya saat sampai di depan ruang rawat Lyra, tangan Zio terasa kaku saat ingin membuka pintu ruangan Lyra.

"Ly...Ly...ra" mulut Zio terasa keluh saat melihat Lyra tidur dengan alat alat dokter di sekujur tubuhnya.

"Maafin aku Ly..." Zio mendekat ke brankar Lyra dan menggengam punggung tanganya, tanpa sadar air matanya jatuh di punggung tangan Lyra.

"Engh....Zi...zio" kaget Lyra saat membuka matanya karena merasakan adanya suara dan punggung tanganya yang basah.

"Hey....kamu bangun maaf aku ganggu kamu" Zio menatap Lyra lekat tapi berbeda dengan Lyra ia masih kecewa dengam Zio.

Zio membantu Lyra untuk bersandar di brankarnya, dan membantunya untuk minum dengan telaten.

"Terimakasih, mau apa kamu kesini" tanya tajam Lyra, Zio merasa tersentak dengan cara bicara Lyra yang berubah menjadi ketus tidak lemah lembut seperti biasanya.

"Maaf" lirih Zio masih terdengar di telinga Lyra, dia sudah terlanjur kecewa dengan Zio bahkan hatinya semakin sakit saat teringat ucapan Zio yang mengatakan cintanya selama ini bertepuk sebelah tangan.

"Tatap aku please, jangan bersikap seperti ini please" Zio memeluk Lyra yang terdiam tak memberikan respon apapun saat di peluknya.

Lyra terdiam di tempatnya dan merasakan punggung Zio bergetar sepertinya ia menangis pikir Lyra.

"Sebaiknya kamu pergi dan anggap aja kita orang asing, tak pernah bertemu bahkan saling mengenal hanya sebatas nama" hati Zio merasa sakit tak terima saat Lyra mengatakan itu.

"Nggak Ly kamu milik aku sampai kapanpun" tolak tegas Zio, membuat Lyra memalingkan pandanganya ke jendela.

"Kapan aku jadi milik kamu" ucap Lyra seperti berpikir.

"Sekarang dan selamanya kamu jadi milik aku Ly" Lyra kaget, saat Zio mengatakan itu pasalnya dia baru melihat Zio yang sangat merasa bersalah rapuh dan meinginkanya.

"Sepertinya aku bukan gadis yang kamu inginkan Zi dan carilah gadis yang benar benar kamu cintai dan inginkan, yang pastinya bukan aku sekarang aku mau kamu pergi dari sini karena aku butuh istirahat" meski Lyra tidak menghinanya tapi ucapan Lyra yang lemah lembut semakin membuatnya menyesal, telah menyia nyiakanya.

"Ok tapi aku gak akan berhenti sampai sini saja Ly" pasrah Zio.

cup...
Lyra kaget tiba tiba Zio mencium pipinya dan langsung keluar dari ruangan Lyra, begitu juga dengan Lyra yang mematung di tempat semasa pacaran dengan Zio, Lyra tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang