five

2.3K 342 3
                                    

-rasa yang muncul kembali-

Seutas senyum tak pernah hilang disaat Irene menatap kecambahnya yang sudah tumbuh bermunculan pada pot yang terkena cahaya matahari. Saat itu sudah masuk hari keempat , dan kecambahnya tumbuh dengan baik. Irene sungguh merasa takjub ketika melihatnya, sekaligus merasa terharu, padahal bukan dia yang menanamnya.

Sorot mata itu tak pernah berhenti berbinar, " Ayo, lebih tinggi lagi," gumam irene sendiri dengan berharap penuh pada kecambah itu. Jemari lentiknya mengelus sebuah kardus tempat pot yang satunya berada. "Kalian juga semangat tumbuhnya Ya!!!"

Suho yang berada di belakang Irene, memperhatikan dengan seutas senyum. Selama beberapa hari terakhir ini, Irene sangat ceria. Menanam kacang dan melihatnya tumbuh ternyata benar-benar menjadi pengalaman baru untuk gadis itu. Selama ini, dia tidak pernah memperhatikan apapun ketika praktikum dan menyerahkan semuanya kepada Suho. Terutama saat membedah binatang seperti kelinci atau katak.

Menoleh ke arah Suho, Irene bertanya riang " Suho, dimana punya kelompokmu?

"Ada di dekat kelas" jawab Suho sambil melempar senyum ramah pada adik kelas yang lewat.

Sekarang ini mereka memang sedang berada di taman dekat perpustakaan, tempat jisoo memutuskan untuk meletakan kedua pot miliknya dan Irene. Sementara Irene sendiri belum pernah sama sekali ke sana sebelumnya, jadi dia merasa takjub saat melihat taman sekolah yang banyak dengan apotek hidup dan juga beberapa spesies burung.

Dengan senyum yang mengembang , Irene menganut lengan Suho, "ayo kita lihat."

Suho mengangguk, lalu mulai berjalan bersama Irene, jisoo rupanya muncul dari koridor sekolah saat keduanya baru melangkah beberapa meter. Matanya menatap Suho dan Irene dengan pandangan tidak Suko. Suho sendiri jadi tidak menyukai gadis itu karena kejadian di lab beberapa hari lalu.

Suho tidak suka caranya memperlakukan Irene, terutama ketika gadis itu mengetuk kepala Irene , seolah mengatakan gadis itu bodoh dan berotak udang.

Irene mungkin tidak sadar, tapi Suho tidak akan pernah memberitahunya.

Irene nampaknya lebih tertarik pada buku yang jisoo pegang. Dengan lantang dia berseru " Sepuluh centimeter!"

Sontak Suho dan jisoo saling mengernyit bersama. Irene pun menunjuk pada buku Jisoo
" Kamu mau mencatat pertumbuhannya kan? Aku baru saja melihatnya,dan sepuluh centimeter!"

Jisoo menatap Irene dengan datar "thanks , tapi aku mau hitung itu sendiri."

Suho segera saja menahan jisoo yang hendak berjalan melewati mereka.
"Kamu gak denger? Dia sudah menghitungnya, dan haruskah kamu menghitung lagi sendiri?" Kata Suho nampak tidak terima dengan sikap Jisoo

Mendesah lelah, jisoo melirik pada Irene yang terlihat bingung. " Aku lihat dia nggak pakai penggaris ngukurnya, dan aku tidak suka perkiraan, aku ingin ukuran yang pasti." Balas jisoo tajam.

Setelah menepis tangan cowok itu, jisoo melanjutkan langkahnya menuju potk kecambah. Suho menatap jisoo penuh sebal, dan lupa jikalau Irene juga ada di sampingnya.

"Kamu tidak apa-apa"tanya Suho lembut. Takut kalau-kalau hati gadis itu terluka karena ucapan jisoo tadi

"Gwaenchana," irene menggeleng pelan," kemarin dia sudah bilang kalau aku nggak boleh ikut campur, aku sendiri yang salah,' lanjut Irene, tidak terlihat sedih maupun tersinggung sama sekali. "Ayo, kita lihat kecambah mu saja!"

Suho mengangguk pasrah. Kadang, malah dia sendiri yang merasa tidak nyaman dengan sifat Irene yang begitu straight dan terlihat tidak pernah berpikir. Tapi,saat seperti inilah dia bersyukur karena Irene memiliki sifat itu. Malahan Suho berharapnya Irene tetap seperti itu sampai kapanpun. Karna dengan begitu,semuanya seakan tetap terkendali, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari gadis itu.

Like a Star [KJSxBJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang