Jisoo mendengus , dilihatnya arloji yang melingkari pergelangan tangannya, kalau ia tetap mempertahankan posisinya yang mengekori Irene, bisa-bisa mungkin nanti malam baru sampai ke apartmen, dan lagi mereka berjalan baru beberapa meter dari gang dan Irene sudah berhenti sejenak selama dua kali. Tiba-tiba saja dia merasa khawatir dengan keadaaan Irene yang makin lama makin lambat berjalan, Jisoo berhenti untuk memperhatikan jalananan yang cukup nanjak kemudian dia berganti manatap punggung milik gadis itu. Tanpa berpikir panjang lagi Jisoopun berjalan lebih cepat mendahului Irene, lalu berhenti tepat di depan gadis itu.
Irene sendiri ikut berhenti, wajah merahnya menatap punggung Jisoo yang berdiri didepannya dengan bingung.
"Naik" kata Jisoo yang kini sudah memposisikan diri berjongkok di depan irene.
"eh?"
"Aku... gak ingin kamu pingsan gara-gara nglewati jalan tanjakan ini" kata Jisoo jujur, "buruan naik" desaknya lagi yang terlebih menahan debaran jantungnya yang keras.
Irene menatap sedikit lama punggung jisoo, lalu dengan gugup mulai naik ke punggung dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Jisoo, detik berikutnya Jisoopun langsung berdiri melanjutkan perjalanan pulang dengan keheningan, kedua gadis itu sibuk dengan pikiran dan perasaanya masing-masing. Bagi Irene ini seperti sebuah mimpi, rasanya dia tidak ingin bangun dan tetap pada posisi seperti ini. digendong oleh Jisoo!! , rasa lelah yang ia tahan sedari tadi jadi semakin-lama semakin tidak terasa ,begitu menikmati posisi itu sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Jisoo, Irene mulai memejamkan matanya.
Suho tak pernah berhenti memasang raut cemas ketika menatap jam tangannya. Ia sudah sampai di apartmen Jisoo sejak kurang lebih satu setengah jam yang lalu. namun Irene dan Jisoo belum juga sampai.
Suho mengeluarkan ponselnya dan menekan angka satu yang mana tersambung pada ponsel milik Irene, namun yang terdengar hanyalah nada dering ,panggilan darinya tidak dangkat.
Suho menatap ke luar jendela. Matahari bersinar begitu terik, ia lupa tidak memberi payung untuk Irene gunakan, sekarang apakah gadi itu baik-baik saja? apakah Jisoo menjaganya dengan baik? Suho akhirnya merasa menyesal karna sudah membiarkan Irene pergi bersama Jisoo.
"Kalau sangat khawatir, kenapa tadi diijinin?
Gyuri berdiri di hadapan suho sembari membawa dua cangkir minuman hangat. menatap bertanya pada Suho yang tersadar akan kehadiranya.
"Kenapa Oppa membiarkan Irene eonni pergi dengan Jisoo eonni? kalau itu membuat Oppa menjadi sangat khawatir?" Tanya Gyuri lagi.
"Irene sangat mudah stress, dia bisa stress kalau keinginannya gak tercapai atau gak diturutin" jelas Suho yang sama sekali tidak lepas menatap ke luar jendela. " Aku tidak ingin hal itu terjadi."
Gyuri terdiam mencerna semua penjelasan suho, lalu dia mengangguk kecil meski sebenarnya dia tidak begitu mengerti. Gyuri memilih meletakan kedua cangkir yang dibawanya ke meja.
"Oppa, ini teh daechu nya di minum dulu !." kata Gyuri, yang berhasil membuat jisoo mengalihkan pandangannya dari jendela, cowok itu berbalik menatap bertanya pada Gyuri yang sudah duduk di depan meja kecil.
"teh daechu?" ulang Suho.kini cowok itu sudah menempatkan posisinya duduk di depan Gyuri sambil memperhatikan secangkir teh daechu di dekatnya, dia tidak yakin ingin meminumnya, tapi aroma yang menguar bersama asap yang mengepul itu begitu menggugahnya.
Suho akhirnya mengangkat cangkir itu, menghirup aromanya lebh dulu , kemudian dia meneguk isinya. ia pikir rasanya aneh karna baru pertama kali itu da jumpai minum teh daechu. tapi semua itu berbanding terbalik sewaktu rasa manis yang enak menyesap masuk dari mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Star [KJSxBJH]
FanfictionJoohyun tidak pernah tau kalau apa yang dia ucapkan dapat menyakiti hati orang lain, dia hanya tau bahwa dia spesial, selama ini dia menilai orang berdasarkan apa yang dia lihat dari film hingga akhirnya dia bertemu dan berurusan dengan jisoo , gadi...