Thirty Eight

1.3K 226 11
                                    

Hari ujian kelulusan diadakan, di hari pertama itu semua murid tingkat akhir sangat sibuk mmepersiapkan diri, beberapa ada yang sangat serius menghafal materi yang ada di buku cetak dengan mulut berkomat-kamit, beberapanya nampak santai namun sebetulnya sedang berdoa berulang kali mengharap keberuntungan datang membantu.

Jisoo diam di bangkungnya siapapun yang melihatnya pasti menebak Jisoo sangat tenang dan santai menyikapi kegiatan ujian yang akan berlangsung, gadis itu nampak sibuk menyerut pensil yang sebetulnya tak perlu diserut.

Meskipun terlihat luar biasa tenangnya, sebetulnya Jisoo tetap merasa gugup meski sedikit kadarnya. Seperti sebelum-sebelumnya ia sangat yakin usahanya selama ini akan menghasilkan sesuatu yang manis, kali ini ia berjuang tidak hanya untuk dirinya sendiri. Ia berjuang untuk Irene, seseorang yang telah menaruh harapan besar padanya meski sama sekali tidak dapat mengingat apapun. Namun Jisoo ada di sini sekarang, dengan tekad yang penuh, demi seorang Irene. Ia tidak akan membuatnya kecewa.

Jisoo kilas balik pada kejadian minggu lalu. Sepulang dari rumah sakit dan berhasil mengobrol sedikit bersama Irene, Jisoo segera masuk ke kamar mandi dan menangis keras di sana. Ia selalu teringat dengan ucapan Ayah Irene, apa yang pria tua itu katakan sungguh menyadarkannya. Ini mungkin adalah kesempatan bagi Irene untuk memulai hidup baru , dimana tidak ada seorang pengecut dan berengsek seperti dirinya di dalam kehidupan gadis itu, Irene akan kembali dengan cinta pertamanya, dengan seseorang yang pasti akan selalu bersamanya dan menjaga hatinya, ia mungkin akan selalu bahagia, dan tidak akan pernah menangis lagi.

Sementara Jisoo akan menanggung semua beban ini sendiri. Dia akan membiarkan Irene tidak ingat tentang mereka. Yang harus Jisoo lakukan sekarang adalah meneruskan hidupnya dan kembali pada tujuan dalam menggapai cita-cita, Dengan begitu dia akan menjadi orang yang dapat berdiri dengan bangga di depan irene suatu hari nanti.

Seorang guru yang merupakan pengawas kelas saat itu tiba-tiba masuk dan menyadarkan Jisoo dalam lamunannya. Ia melirik pada pensil yang kini sudah sangat runcing dan tak tersisa sebab terus diserut tanpa henti. Sangat luar biasa pengaruh Irene untuk Jisoo, Jisoo menarik napas panjang lalu membuangnya pelan sebelum benar-benar mengambil pensil yang lain.

..............

Waktu semakin berlalu dan gak kerasa pelaksaan ujian kelulusan selesai. Jisoo duduk di depan meja belajar sembari membaca buku yang membahas mengenai tubuh manusia. Dari arah dapur Gyuri membawa segelas susu hangat lalu melatkannya di meja yang biasa ia dan Jisoo gunakan untuk makan atau mengerjakan tugas.

"Eon ini susunya di minum dulu" ucap Gyuri. Jisoo menutup bukunya kemudian pindah duduk di bawah menghadap gyuri dan mengambil segelas susu hangat Itu.

"Selamat ya Eon, ujiannyanya udah selesai"

Jisoo tersenyum menatap sang adik " Makasih " balasnya yang kemudian menyeruput susu itu dengan nikmat.

Sembari menatapi Jisoo yang menyeruput susu buatannya. Gyuri mengamati kakak semata wayangnya itu bahwa selama beberapa minggu ini, dia sama sekali belum membahas soal Irene, karna takut jika hal tersebut akan membuat Jisoo jadi kehilangan fokusnya pada ujian kelulusan.

"Eum eon, Irene eonni sekarang udah mulai bisa kegiatan dikit-dikit kek biasanya lho."

Jisoo yang mendengar gyuri menyebut nama Irene jadi tersedak, namun ia segera berlagak tenang.

"Benarkah? Syukur dong kalau gitu, itu berarti dia udah mau sembuh"

"Eonni gak mau nyoba jenguk lagi?" tanya Gyuri. Terakhir kakanya itu menjenguk Irene, pulang-pulang dalam keadaan kacau. Gyuri juga tahu jika kakanya menangis semalam suntuk, lalu berakhir dengan menyibukkan diri ke dalam buku pelajaran sampai pagi. Dan gyuri merasa sejak itu Jisoo sungguh belajar gila-gilaan, gak ada sedikitpun waktunya yang terbuang dengan tidak memegang buku.

Like a Star [KJSxBJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang