Gyuri memandangi kubis yang sudah menjadi lembaran di atas wadah. Hari ini dia ingin membuat kimchi, tapi pikirannya yang kusut membuatnya tak sengaja menyenggol tempat bubuk cabai, membuat lantai menjadi kotor.
Gyuri menghela napas, ia memperhatikan noda yang ada di lantai, sesaat ia teringat kepada Suho yang ketika pertama kali datang ke kontrakannya. Waktu itu, Suho masih terlihat seperti seorang laki-laki remaja kaya yang tak mempunyai banyak masalah. Namun dalam waktu beberapa bulan, semua orang berubah menjadi lebih dewasa, atau mungkin hanya dirinya sendiri yang belum.
Kemarin pagi ketika berniat untuk menjenguk Irene, tak sengaja ia melihat Suho dan Irene yang berpelukan sambil menangis. Pemandangan tersebut sungguh menyesakkan untuknya dan menjadikan Gyuri berpikir ulang mengenai keputusannya. Ia belum bisa rela dinomor duakan, hatinya terlalu sakit ketika melihat Irene dan Suho bersama.
Ditengah lamunannya tiba-tiba gyuri mendengar suara ketukan di pintu. Gyuri tersadar dan segera melangkah menuju pintu kemudian membukanya. Gyuri menganga saat melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya.
"Gyuri-ya Annyeong," sapa Suho sambil memasang senyum lebar. Sudah sangat lama Gyuri tak melihat senyuman itu, senyum yang sealu membuat hatinya tak tenang namun mengalirkan rasa hangat.
"Op-oppa?" Gyuri tergugup "iya..?"
"Bolehkah aku masuk?" tanya Suho yang membuat Gyuri segera mengangguk dan mempersilahkannya untuk masuk
"Oppa .. mau minum apa? Gyuri buatin coklat hangat ya"
ucapan gyuri seperti bukan mengandung unsur kalimat pertanyaan, namun lebih tepatnya seperti pernyataan, itu terjadi karna saking merasa gugupnya Suho ada di dalam rumahnya. Tanpa menunggu jawaban Suho, Gyuri buru-buru melangkah ke arah dapur. Tanpa benar-benar bermaksud untuk membuatkan minum, setelah apa yang dia lihat kemarin, dia tidak tahu harus bersikap babagaimana di depan anak Suho.
Dengan banyaknya kata-kata apayang yang akan ia ucapkan untuk Suho di dalam benaknya, Gyuri menuangkan bubuk cocoa dan memberinya air, coklat hangat memang pas unutk diminum ketika musim gugur seperti ini, sebetulnya Gyuri kemarin juga membawakan Suho coklat panas di dalam termos, namun tak jadi diberikannya secara langsung, gyuri meletakan termosnya di bangku depan kamar karna tak enak bila mengganggu Suho dan Irene yang saling berpelukan.
Termos stainless itu tiba-tiba ada di sampingnya, Gyuri dengan kaget menatap termos itu, belum sempat bertanya tangan Suho memeluknya dari belakang, mendadak Gyuri tak dapat bernapas, rasanya susah, jantungnya berdetak kencang tiba-tiba
"mianhae, karna aku selama ini sudah memperlakukanmu dengan buruk."
Lidah gyuri mendadak kelu, ia sangat gugup dengan posisinya saat ini
"Sekarang kamu gak perlu khawatirin apapun lagi" Suho mempererat rengkuhannya." Satu-satunya orang yang akan aku jaga sekarang adalah kamu."
"terus.. Irene eonni..?"tanya Gyuri bingung
"Irene.. udah nglepasi aku," jawab Suho, membuat mata Gyuri melebar. " Dia udah pindah ke Austria sama appanya, tempat dia bisa hidup lebih nyaman dibanding di sini. Di sana, dia nggak butuh aku "
Gyuri memutar badannya lalu menatap suho dengan rasa yang tak percaya.
"Oppa ... serius?"
Suho mengangguk" Sekarang, aku nggak akan mendadak pergi , waktuku semua untuk kamu."
Harusnya Gyuri merasa senang, namun dia malah merasa khawatir. " Oppa nggak apa-apa dengan ini?"
"Tadinya aku ragu, aku nggak mau merasa bahagia sendiri, nyaman sendiri, tapi, setelah dipikir lagi aku yakin ini yang terbaik buat aku dan Irene."Suho menatap Gyuri kedua tangnnya menggenggam erat tangan Gyuri "Juga buat kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Star [KJSxBJH]
FanfictionJoohyun tidak pernah tau kalau apa yang dia ucapkan dapat menyakiti hati orang lain, dia hanya tau bahwa dia spesial, selama ini dia menilai orang berdasarkan apa yang dia lihat dari film hingga akhirnya dia bertemu dan berurusan dengan jisoo , gadi...