thirty one

1.5K 221 18
                                    

Maaf ya sudah menunggu lama ^^

Betapa pedih hati ini, namun kuyakin suatu hari

Kita kan bersama , lagi..... (Shani indira JKT48-menanti)

Meski merasa tak ingin, tetap pada akhirnya matahari tenggelam juga membuat senja berganti malam,dan terpaksa berakhirlah kencan terakhir mereka.

Irene melangkah pelan menuju ke tempat dimana Jinyoung sang supir menunggunya, sementara itu Jisoo berada di belakang Irene , mengawasi punggung gadis itu yang terlihat kecil dan rapuh, bahkan langkah kakinya juga terlihat tak lagi stabil, mungkin Irene sudah terlalu lelah berjalan menyusuri tangga-tangga yang tak curam ini

Jisoo sejenak berpikir kalau dialah yang selama ini berlebihan, dan memang Irene jalu lebih lemah dari apa yang ia kira.

Baru saja hendak ingin berencana mengajak Irene berhenti untuk istirahat, tiba-tiba saja Irene lebih dulu terjatuh sebab tak sengaja salah ambil langkah, Kepala Irene terbentur pinggiran tangga dan tubuhnya sedikit menggelundung sebelum sempat Jisoo menolongnya.

"IRENE!!!" Jisoo segera saja menghampiri Irene.

"Rene kamu ...?" Jisoo tak melanjutkan kalimatnya sewaktu menyadari bahwa dahi Irene sudah sobek dan berdarah, raut wajah Jisoo menjadi begitu khawatir, namun , dia selama beberapa detik tak melakukan apapun.

Dia menunggu reaksi Irene untuk memanggil Suho, yang mana cowok itu pasti akan muncul dari suatu tempat untuk menolongnya, tapi, sekali lagi apa yang ia duga salah, Irene tak melakukan apapun, gadis itu hanya diam sedikit memjamkan mata dan berusaha menutup lukanya dengan tangan yang sudah gemetar.

"Changkkaman" Jisoo meraba-raba sakunya mencari sapu tangan,karna tak kunjung menemukan dia beralih membuka tas, dan bersyukurlah rupanya ada dilam sana

Jisoo melipat-lipat sapu tangan yang belum sama sekali digunakan itu dan menempelkannya pada dahi Irene.

"Kamu tekan pakai ini ya"

Irene tak menolak ia mematuhi perintah Jisoo, " Nanti kita cari pertolongan atau klinik di sekitar sini"

Irene kembali mengangguk, meski kini pandangannya mulai berkunang-kunang, sekuat tenaga ia menekan saputangan itu ke lukanya.

Melihat Irene yang kesusahan untuk bangkit, dan begitu pucat , Jisoo memakai tasnya di depan dan segera membawa tangan kanan Irene untuk melingkar ke lehernya, Jisoo membawa posisi badannya sedikit membungkuk.

" Kamu naik sekarang" perintah Jisoo dengan nada yang masih tercetak jelas paniknya.

Irene menatap sejenak punggung milik Jisoo, kenangan itu membawanya ketika dimana pertama kali ia pulang bersama Jisoo, Jisoo melakukan hal yang sama ketika mendapati dirinya yang sudah pucat dan lemah tak berdaya, dan saat ini untuk terakhir kalinya, Irene naik ke punggung milik Jisoo.

Jisoopun mengangkatnya, dan mulai melangkah, Irene merengkuh erat bahu Jisoo dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk menekan luka itu supaya darahnya tak menetes, Irene terbius dengan aroma tubuh Jisoo sehingga ia tak merasakan nyeri atau apapun selain rasa nyaman.

tanpa Irene sadari, kini kepalanya sedikit menyandar menghadap pada ceruk leher Jisoo, menikmati setiap detik aroma itu pada indranya sebelum semuanya berakhir.

Jisoo sendiri mengabaikan rasa geli akibat hembusan napas Irene, ia sibuk dengan pikirannya sendiri, Badan Irene rasanya begitu ringan, bahkan hampir sama dengan ranselmiliknya.

Sesaat Jisoo merasa sesak, ia sesak bukan karna tangan Irene yang erat merengkuh lehernya, namun karena tangan yang melingkar itu sudah bukan lagi miliknya.

Like a Star [KJSxBJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang