Thirty Three

1.3K 216 25
                                        

Typo Alert

Jam menunjukan pukul 10.00 malam, itu berarti hampir setelah dua jam lebih yang lalu Irene selesai melakukan CT scan, Jisoo masih setia menunggu di luar , dan selama itulah ia merasa dua jam begitu sangat menakutkan dan menegangkan dalam hidupnya. 

Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa Irene mengalami pendarahan dalam, sementara itu Suho masih berada dalam ruangan lain, pria itu beristirahat setelah selesai mendonorkan darahnya.

Jisoo termenung bersamaan dengan sunyinya malam, meski ia bukan ahli sekalipun, Jisoo tetap tahu membedah penderita kelaian darah seperti irene adalah suatu hal yang tak waras, banyak resiko yang harus diambil, pasien  bisa kehilangan darah lebih banyak lagi karena luka yang terbuka. Dan beratnya pembedahan kali ini berfokus pada otak, dimana pusat dari segala sistem saraf.

Bintang yang paling terang itu yang paling cepat mati

Sejenak Jisoo mengingat kembali kalimat menyakitkan yang pernah dia katakan kepada Irene, ia pikir itu hanya kalimat biasa namun kali ini tersadar bahwa kata-kata itu memberi pengaruh yang kuat terhadap perasaan Irene, seketika rasa penyesalan itu menghunus dadanya.

Jisoo menempelkan kepalan tangannya pada dahi dan menyadari ponsel Irene masih digenggam olehnya. Jisoo menatap nanar foto yang dijadikan lockscreen itu, Foto kenangan setelah selesai praktik , dalam foto itu tak ada yang tersenyum tulus sedikitpun, terlihat malas dan sangat terpaksa,  seolah-olah menunjukan  untuk apa sih foto-foto sehabis praktek , panas, gak penting.

Padahal foto itu, seandainya mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi...

"Jisoo eonni" panggil seseorang

Jisoo perlahan menoleh dan sudah mendapati Gyuri ada di sampingnya, menatapnya dengan sorot cemas, tak lama mata gyuri membulat kala melihat seragam Jisoo penuh dengan noda darah.

"Eonni.." Gyuri berlutut di depan Jisoo yang kini malah menunduk menatap lantai dengan kosong.

"Eonni tidak kenapa-napa kan?"tanya Gyuri sembari menggenggam punggung tangan jisoo

"umm," menggeleng pelan " ini ... darahnya Irene." gumam Jisoo yang seketika kepalanya terasa semakin nyeri saat mengucapkan nama gadis itu.

Gyuri hanya mengerjap menatap sang kakak penuh dengan kebingungan. Ketika Eunbi menelpon Gyuri dan memberitahukan padanya bahwa Jisoo berada di rumah sakit, tanpa mendengarkan lebih lanjut, Gyuri segera bergegas begitu saja, ia teramat takut dan khawatir , karna Jisoo satu-satunya yang ia miliki.

"Irene eonni?" tanya Gyuri pelan."Ada apa dengan Eonni..?"

Tepat saat itu, sebuah pintu ruangan di seberang ruang tepat Irene operasi terbuka. Suho berjalan keluar dengan wajah yang sudah pucat. Gyuri dan Jisoo pun bangkit secara bersamaan, keduanya menatap pada perban putih yang membebat lengan milik Suho. Dengan penuh keberanian Jisoo mencoba bertanya pada lelaki itu.

"Bagaiman dengan..."

Belum sempat selesai bicara, Suho sudah mendorong tubuh Jisoo, namun dorongan itu sama sekali tak bertenaga, meski begitu tetap berhasil membuat Jisoo jatuh terududuk. Suho sendiri sudah oleng tapi sempat ditangkap oleh gyuri.

"Oppa ada apa denganmu?" tanya Gyuri yag panik sekaligus bingung  melihat kakaknya dan suho 

"Bukankah aku pernah mengatakan kalau kamu tidak akan bisa jaga dia?" Suho melirih namun tatapan menajam pada Jisoo, hanya pada Jisoo.

"Selama ini dengan susahnya aku menjaga dia supaya tidak terluka sedikit apapun... tapi semuanya menjadi rusak setelah bertemu dengamu."

Jisoo sendiri tak melepas tatapannya dengan Suho, nafasnya memburu menatap penuh penyesalan.

"Mianhae..."

"Rupanya, aku sama saja sepertimu" Suho mulai menunduk mengerutkan wajah lalu menjambak rambut dan  memukul kepalanya dengan sangat keras berulang kali, mengabaikan rasa sakit  yang tak sebanding dengan rasa penyesalan itu. " Aku gak berguna...., sama sekali gak berguna" rintihnya.

Jisoo segera bangkit berusaha menghentikan Suho karena tak ingin melihat laki-laki itu terus menyakiti dirinya sendiri karna merasa menyesal.

"Suho..." panggil jisoo yang kini mencengkram kedua pergelangan Suho membawanya turun menjauhi kepala.

"Dengar semua itu tidak benar" tandas Jisoo

Suhopun menggeleng keras.

"Darahmu bisa menyelamatkan dia bukan?" Jisoo menatap Suho dengan mata yang kini sudah berkaca-kaca.

"Sementara aku bisa apa?"

Suhopun balas menatap Jisoo yang ada didepannya kemudian tenggelam dalam air matanya. Kini hanya tinggal Gyuri yang bingung memperhatikan kakaknya dengan Suho yang sudah sama-sama menangis.

"Sebenarnya ada dengan kalian?" tanya Gyuri pelan, ia merasa sakit melihat dua orang yang ia sayang terlihat kacau seperti ini.

"Irene eonni kenapa?"

suara derit pintu mengalihkan ketiganya, Dokter kwon keluar dari ruang operasi lalu tersenyum lemah kepada mereka semua.

" Bersyukurlah, kita berhasil, Irene sekarang sudah stabil."

Suho menyeka matanya yang basah, lalu mendekati dokter kwon

"Benarkah itu dok lalu .."

"Sssh" Dokter kwon meremas bahu SUho supaya lelaki itu tenang. " Tinggal menunggu sadar saja, sebaiknya kamu dan teman-temanmu beristirahat ini sudah malam."

"terima kasih dokter" lirih Suhoo

Dokter kwon tersenyum kecil kemudian dia pamit untuk pergi dari sana.

Sementara itu di ujung lorong yang menghubungkan ke arah ruang operasi, Berdiri seorang gadis yang sekian lama juga ikut menunggu dengan perasaan was-was,dia  tak sabar untuk ingin mengetahui keadaan seseorang yang sangat ia cintai namun tak bisa ia miliki kepada ayahnya itu.

"rene, aku berharap kau akan selalu baik-baik saja, maafkan aku karna aku tidak bisa ikut melindungimu" gumam seseorang itu di dalam hati.



TBC

halo , maaf ya menunggu lama sekali dan cuman singkat aja updatenya wwww, semoga gak bosen aja , dan terima kasih sudah mau memvote dan membaca cerita ini, semoga terhibur 

cocimkim



Like a Star [KJSxBJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang