BAB 5 - LUKA ITU MASIH TERASA

1.3K 55 3
                                    


Bel pulang sekolah telah berbunyi 10 menit yang lalu. Alea duduk sendiri di halte menunggu jemputan. Teman-temannya sudah pulang dari tadi.

Tadinya Alea sempat ditawari tebengan oleh sahabatnya tapi Abangnya sudah janji ingin menjemputnya. Tetapi Alea masih duduk menunggu sang abang menjemput.

“Abang dimana si? Lama banget,” Gerutu Alea dengan kesal.

“Di telvon ga diangkat. Di chat juga gak dibales. Niat jemput gak si dia itu. Awas aja ya kalo ketemu dirumah nanti gue sleding tu abang yang mirip kang cimol,” Ujar nya lagi dengan geram.

Langit hari ini sedang mendung, mungkin akan turun hujan. Tapi sang Abang tak kunjung menjemput. Tapi tiba-tiba derum suara motor ninja menghampiri Alea yang duduk sendiri di halte. Motor itu berhenti di depan Alea. Gadis itu mengernyit binggung siapa orang ini, apa dia orang jahat. Alea waspada terhadap orang tersebut siapa tau dia mau jahatin Alea. Di bukanya kaca helm full face tersebut menampilkan mata coklat indah yang teduh. Seakan dunia berhenti Alea terpesona dengan mata itu, dia terlihat tak asing dengan mata itu. Alea masih menatap mata itu.

“Ngeliatin gue segitunya. Awas nanti suka lagi,” Pria itu membuyarkan lamunan Alea yang sedang menatap matanya.

“Apaan si pede banget lo,” Ujar Alea sambil memutar kan bola matanya malas pada cowok didepannya ini yang mempunyai tingkat kepedean.
Siapa lagi kalo bukan Arsen.

“Belom dijemput?” Tanya Arsen basa-basi pada Alea.

“Menurut lo?” Jawab Alea sewot.

“Setda biasa aja dong mbak mukanya. Galak amat si, jangan galak-galak ah nanti aku makin cinta loh sama mbak,”

“Mbak-mbak dikira gue mbak tukang jamu apa? Lo panggil mbak,” Kesal Alea

“Terus mau dipanggil apa? Sayang?” Goda Arsen.

“Dasar orang ga waras,”

“Loh gue tu ga waras gara-gara lo Alea. Lo si cuek terus ke gue, sekali-kali liat perjuang gue gitu.”

“Bodo amat.”

“Untung sayang,” Gumam Arsen tapi masih bisa di dengar Alea. Tapi Arsen tak gencar untuk terus menggoda Alea walau gadis tersebut terlihat sedikit kesal. “Kaki lo gimana? Udah sembuh?”

Mendengar pertanyaan tersebut Alea kini menatap Arsen. “Udah.”

“Pulang bareng gue yuk.” Ajak Arsen santai.

“Gak,”

“Mau hujan loh. Dah gitu sekolah makin sepi,”

“Bodo,”

“Beneran ni gamau bareng aja? Biasa nya ya disini tu makin serem kalau udah sore gini,”

“Gak,”

“Yaudah kalo gamau bareng. Kalo sendirian paling nanti ditemenin mbak kunti nya sekolah,” Celetuk Arsen menakut-nakuti. Sambil mensater motornya. Membuat Alea sejenak berpikir, benar kata cowok itu makin sore jalanan makin serem dan sepi. Membuat bulu kuduknya merinding.

“EHHH tunggu! Yaudah gue nebeng lo,” Akhirnya Alea memutuskan untuk pulang bersama Arsen. Membuat cowok tersebut senang nya bukan main.

“Nih pake helmnya,” Kata Arsen sambil menyerahkan helm satunya dan Alea menerima helm tersebut. Lalu mereka pergi melesat untuk pulang sebelum hujan menguyur ibukota.

Di jalan hanya kebisuan yang melanda mereka. Sesekali Arsen basa-basi menanyai tentang pelajaran tapi hanya dibalas dengan singkat oleh Alea. Lalu hanya keheningan lagi yang melanda. Tiba-tiba Arsen melontarkan pertanyaan.

ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang