Pelajaran sudah berlangsung sejak 30 menit yang lalu dan guru di depan sedang menjelaskan materi yang sedang diajarkan semua murid mendengarkan dengan khidmat. Tapi berbeda dengan Arsen, laki-laki itu raganya ada dikelas tapi pikirannya melayang ke kejadian dimana seorang gadis yang rapuh sedang menangis dalam diam dipelukan kedua sahabatnya siapa lagi kalau bukan Alea. Hingga penjelasan guru di depan Arsen pun hanya angin lalu.
Hingga tiba-tiba ada sebuah pulpen melayang dikepala Arsen.
Pletak. Robert yang berada dibelakang Arsen melemparkan pulpennya di kepala Arsen. Karna dilihatnya sedari tadi sahabatnya ini hanya melamun.
“Apaan Anjing,” Kata Arsen spontan sedikit terkejut karna tiba-tiba ada pulpen melayang di kepalanya.
Hal itu membuat Pak Darto menghentikan aktivitasnya yang sedang menjelaskan materi pada para murid nya. Dan berteriak marah. “Apa kamu bilang Arsen? Kamu ngatain saya anjing?”
Amukan Pak Darto membuat Arsen kelabakan karna perkataan itu bukan ditunjukan pada guru tersebut. “A-anu pak bukan gitu maksut saya.” Kata Arsen terbata-bata.
“Lalu maksut kamu apa? Siapa yang kamu katain anjing?”
“Itu pak tadi ada yang ngelemparin pulpen dikepala saya. Kan saya jadi kaget pak,”
“Alasan saja kamu. Sekarang kamu keluar, gak usah ikut pelajaran saya.”
Perkataan Pak Darto membuat Arsen ingin protes tapi ditelan kembali oleh Arsen. “Berdiri dan hormat di depan tiang bendera sampai jam istirahat.”
Lalu Arsen dengan gontai berjalan keluar dari kelas. Sebelum benar-benar keluar kelas Arsen memandang ketiga sahabatnya lalu memberi tatapan tajam. Tapi ketiga sahabatnya malah menahan tawa di tatap Arsen seperti itu.
Setelah pelajaran Pak Darto selesai, kelas yang tadinya sunyi menjadi ribut. Semua orang berbondong-bondong keluar kelas untuk menuju ke kantin karna perut mereka sudah demo minta makan. Tapi Robert, Alvaro, Galang pergi ke lapangan menemui Arsen. Sesampainya di lapangan dilihatnya Arsen sedang duduk di bawah pohon yang sedikit rindang dan sejuk untuk beristirahat dari panasnya sinar matahari hari ini.
Mereka bertiga datang lalu duduk disamping Arsen. Tak lupa Alvaro menyerahkan sebotol air mineral untuk Arsen dan Arsen menerima air tersebut lalu diteguknya hingga sisa setengah.
Robert yang duduk di sisi kanan Arsen menahan sedikit tawa. “Capek bos?”
Arsen yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Robert mendengus sebal. “Elo kan Bert yang ngelempar tu pulpen sialan,”
Robert hanya nyengir dan cengengesan sambil memasang jari membentuk tanda peace.
“Lagian lo ngapain bengong mulu si Ar?” Tanya Alvaro yang juga penasaran. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan Arsen.
Arsen masih diam memandang lurus kedepan lalu menghela nafas. “Gue mikiran Alea Al.”
Membuat Alvaro, Galang, Robert saling pandang dan binggung karna jawaban Arsen.
“Alea kenapa lagi si Ar? Masih dingin? Yaiyalah dia kan emang kek gitu,” Kata Galang polos. Membuat Arsen hanya menggelengkan kepalanya.
“Terus apaan? Lo udah diterima cintanya sama dia? Dia udah sayang sama lo?” Tanya Robert asal. Membuat Arsen memijat pelipis karna percuma cerita sama mereka bertiga apalagi dengan Galang dan Robert.
Yang paling waras dari mereka hanya Alvaro. “Coba ceritain dari awal,” Emang Alvaro doang yang Cuma bisa ngertiin Arsen.
“Kalian bertiga tahu gak si sama masa lalunya Alea? Kaya ada yang di sembunyiin dari dia,” Kata Arsen sambil menerawang kejadian tadi yang dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA
Teen FictionCerita ini mengisahkan seorang gadis cantik tapi mempunyai sikap begitu cuek bahkan dingin terhadap siapapun hanya karna masa lalunya kecuali dengan orang terdekatnya. Alea Briana Jonshon. Seorang laki-laki yang banyak di idam-idamkan hampir satu se...