BAB 32 - BAIKAN

591 31 1
                                    


HAPPY READING!!!

Thank you lebih dari 3k pembaca setia Alea!!!

Jangan lupa vote+komen ya! Biar up nya makin cepet!!

Pamungkas - Sorry

Pagi ini Arsen dan ketiga sahabatnya datang ke sekolah terlambat sebab mereka semua kesiangan, Mereka semua menginap dirumah Arsen. Alhasil gerbang sekolah sudah ditutup membuat mereka semua menghela nafas kasar.

“Elo si Lang kebo banget, dibangunin susah bgt.” Kata Alvaro dengan kesal.

“Woy anjing kenapa nyalahin gue doang si. Robert noh mandi aja lama banget kaya prawan,” Balas Galang sambil menunjuk Robert.

Membuat Robert yang merasa namanya disebut pun menengok. “EH mandi lama tu biar wangi gak kaya elo bau banget Lang. Kaya gak mandi setahun lo,”

“Yee bangsat gue tiap hari mandi anjir.” Balas Galang sambil menoyor kepala Robert.

“Ini kenapa malah pada ribut si yailah udah apa. Mending sekarang kita pikirin caranya biar bisa masuk ke sekolah.” Kata Arsen menengahi sebelum menjadi perang.

“Yauda ayo ke tembok belakang sekolah aja, tempat biasa.” Ajak Alvaro membuat mereka semua menganggukan kepala lalu pergi menuju belakang sekolah.

Setelah berada di belakang sekolah mereka memanjat tembok tinggi tersebut dengan bergantian. Satu persatu sudah melewati tembok tersebut, kini tinggal berfikir bagaimana cara agar tidak ketahuan oleh guru.

Disaat mereka sedang mengendap-endap untuk masuk ke dalam kelas tiba-tiba di kaki Galang ada kecoa yang menempel. Membuat Robert yang melihat kecoa tersebut berteriak.

“LANG ADA KECOA DI KAKI LO.” Teriak Robert dengan kencang.

Membuat Galang langsung melihat ke arah kakinya dengan panik. “Bangsat, monyet, anjing woyyy tolongin gue.” Kata Galang dengan menyebutkan seluruh isi kebun binatang, karena lelaki satu itu amat sangat takut dengan kecoa apalagi jika sudah terbang.

“Woy jangan brisik anjir nanti ketahuan Bu Ratih aja,” Kata Arsen dengan sebal melihat tingkah keduanya.

Membuat Galang langsung meminta bantuan Arsen dan memegang lengannya. “Ar tolongin gue. Ilangin kecoanya, geli banget gue anjing.”

Alvaro yang melihat kecoa berjalan di kaki Galang pun langsung mengeluarkan buku dan mengusirnya. Membuat Galang bernafas lega. “Badan gede doang sama kecoa aja takut. Sama kecoa aja takut, udah sok-sokan ngebucin aja lo Lang Lang.” Kata Alvaro dengan pedas.

Galang yang mendengar perkataan Alvaro pun melotot. “Bacot lo Var. Alvaro fucek.”

“Lang diem apa yarobb nanti ketahuan Bu Ratih atau Pak Darto aja. Lo bacot banget kaya prawan,” Kata Arsen dengan sebal dan melotot ke arah Galang. Membuat Galang langsung menutup mulutnya.

Robert yang melihat keterdiaman Galang pun menahan tawanya. Sahabatnya itu selalu langsung terdiam jika Arsen berkata sebal dengannya.

Disaat mereka masih berjalan menuju ke kelasnya dengan sesekali melihat jika ada Bu Ratih atau Pak Darto yang melihat mereka terlambat. Tanpa mereka sadari Pak Darto sudah melihat mereka sejak mereka memanjat tembok tadi tapi Pak Darto hanya mendiamkan mereka, disaat sudah akan sampai di depan kelas mereka tiba-tiba saja Pak Darto berdehem.

“EKHEM.”

Mendengar deheman itu membuat ke empat lelaki tersebut menengok ke belakang, betapa terkejutnya mereka melihat Pak Darto ada di belakangnya.

ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang