BAB 21 - BAD DAY

674 33 1
                                    


Biar feel nya ngena kalian sambil dengerin lagu diatas ya.

(Keane - Somewhere Only We Know)

Pagi hari nya di sebuah rumah seorang pria yang telah rapi menggunakan setelan jasnya dan wanita paruh baya yang menggunakan baju santai tapi tetap terlihat cantik, mereka duduk di meja makan menikmati sarapan paginya. Mereka menunggu putranya turun kebawah untuk mengikuti sarapan bersama.

Saat Arsen turun dari lantai atas dia melihat Papa nya duduk di meja makan bersama Mama nya.

Arsen menatap sengit Papa nya lalu menghampiri Mamanya. "Arsen berangkat sekolah dulu Ma," Kata Arsen sambil mencium tangan Vina.

"Sarapan dulu nak nanti kamu sakit," Kata Vina dengan lembut. Membuat Arsen menggelengkan kepalanya.

Lalu Arsen pergi begitu saja tanpa pamit kepada Samudra Papa Arsen. Tapi perkataan Papa nya membuat Arsen berhenti. "Arsen sarapan dulu." Kata Samudra dengan tegas.

"Anda gausa peduli sama saya,"

"Jaga ucapan kamu ya Arsen! Papa gak pernah ngajarin kamu jadi anak kurang ajar." Bentak Samudra kepada Arsen.

Setelah itu Arsen menatap Papa nya dengan pandangan muak. "Apa anda masih pantas dipanggil Papa kalau anda sendiri menghianati Mama dengan anda jalan bersama sekertaris anda." Kata Arsen dengan lancang.

"Plakk"

Arsen memegang pipi kanan nya yang terasa panas tapi dia masih bisa tahan. Karena prinsip yang pernah diajarkan Mama nya kalau lelaki harus kuat dan tahan banting.

"Anak kurang ajar. Jaga ya ucapan kamu!" Marah Samudra kepada Arsen.

Arsen memandang Papa nya dengan tersenyum miring. "Emangnya Arsen gatau kelakuan Papa diluar sana kaya gimana? Arsen lihat sendiri dengan mata Arsen kalau Papa lagi mesra-mesraan sama jalang itu."

"Plakk"

Kini gantian pipi kiri Arsen yang ditampar lebih keras hingga menyebabkan sedikit memar di pipi kirinya. Arsen makin muak dengan Papa nya. Kini dia berganti memegang pipi kirinya, "Bener kan yang Arsen bilang ke Papa? Bahkan Papa gatau tiap malem Mama nungguin Papa pulang cepet terus kita nikmatin waktu sama-sama kaya dulu. Dan bahkan Papa juga gatau kalau setiap Papa gak pulang kerumah Mama slalu nanggis dikamar. Papa gatau kan? Karena Papa sibuk sama jalang Papa."

Vina yang melihat suaminya akan kembali menampar putranya dia merentangkan tangan di depan Arsen menghalangi Samudra yang akan kembali menampar Arsen. "MAS CUKUP!" Kata Vina dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Biarin aja Ma kalau dia mau nampar Arsen lagi. Biar dia puas Ma. Ayo Pa tampar Arsen lagi, kenapa Papa diem?"

Vina geleng-geleng kepala sambil menangis. "Arsen udah nak Mama gapapa. Sekarang kamu pergi ke sekolah aja ya." Kata Vina dengan lembut tapi air mata masih menetes membuat Arsen tak tega melihat Mama nya yang menangis seperti itu.

"Mama gak boleh nangis, Arsen bakal jaga Mama dan lindungi Mama dimana pun dan kapan pun." Kata Arsen sambil menghapus air mata Mama nya. Vina hanya tersenyum mendengar perhatian dari putranya.

Sebelum pergi Arsen memandang benci kepada Papa nya. Tapi yang di pandang hanya diam dengan raut wajahnya yang menyiratkan kesedihan atas kepergian putranya.

Dan setelah itu Samudra pamit kepada Vina untuk pergi ke kantor. Bertengkar dengan putranya membuat kepalanya kembali pusing tapi dia harus bisa menahannya sampai dikantor nanti.

Vina memandang kepergian mereka berdua rasanya ada sesak yang menyelimuti hatinya. Sudah hampir setahun ini hubungan Ayah dan Anak itu tidak akur, bahkan disaat Samudra pulang kerumah pun Arsen slalu menghindari sarapannya seperti tadi. Atau bahkan disaat malam hari pun dia pasti akan menginap dirumah temannya jika Samudra berada dirumah. Vina sedih melihat itu semua, sebenarnya kenapa dengan ini semua? Kenapa takdir begitu menyakitkan memberikan cobaan seperti ini. Kapan keluarga nya kembali harmonis seperti dulu?

ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang