Maaf...
[CERITA SUDAH DI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN CERITA INI PINDAH KE LAPAK LAIN]
[BAGI YANG MASIH INGIN BACA LANJUTAN CERITA INI, MOHON DISIMPAN DULU NANTI BAKAL ADA PENGUMUMAN LAGI]
Detak jam dinding menggema di ruang kamar bernuansa putih itu, sunyi tapi tidak dengan seorang wanita yang kini tengah menangis tersendu-sendu di atas kasur menyanyat hati seorang laki-laki di sampingnya yang tengah berusaha menenangkan wanita itu. Tubuh dua orang itu sama-sama polos di balik selimut tebal membalut tubuh mereka di atas kasur.
"Hiks hiks. "suara isak tangis itu kian melemah seiring lamanya menangis karena lelah.
" Zena? "panggil laki-laki itu pada wanita di sampingnya.
Tangannya berusaha memegang bahu wanita itu tapi ditepis langsung oleh sang empunya. Ya dua orang itu ialah Pandu san Zena.
" Aku hina, aku adalah wanita hina hiks hiks. "Zena masih menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya.
" Zena, pliss, "lirih Pandu yang merasa frustasi ketika mendengar suara tangisan seorang wanita.
Zena tetap menangis, kepalanya terasa pusing tapi hatinya saat sedang terluka. Terluka kala harta yang ia jaga sedari dulu sudah rusak dan tak bisa kembali seperti semula. Zena merasa hidupnya kian hancur, baru ditinggal orangtuanya kini ia kehilangan kehormatannya sebagai wanita dengab cara yang hina pula.
"Zena tolong hentikan tangisanmu! Itu membuat kepalaku makin pusing! Sudah cukup! "bentak Pandu membuat Zena langsung menghentikan tangisannya walau masih sesenggukkan.
Pandu menatap mata Zena yang juga menatapnya, Zena langsung menarik selimut tebal itu sampai ke dadanya dan menatap takut pada Pandu. Pandu tau jika Zena merasa takut padanya atas kebrutalannya malam hari kemarin, astaga mengingat itu membuat hasratnya kembali datang dan ia segera menyingkirkan pikiran kotornya diotaknya.
"Hey tenang Zena, aku tidak akan menyakitimu. Iya aku akan tanggung jawab jika kamu... Hamil, "ucap Pandu terasa berat tapi mau gimana lagi, ia sudah menjadi lelaki brengsek ah bukan lebih tepatnya lebih brengsek lagi.
" Tidak semudah itu Pandu! Jika kamu memang tak sanggup tidak usah berbicara soal tanggung jawab, tak mungkin aku hamil! "teriak Zena frustasi.
" Tapi aku tak memakai pengaman dan juga aku mengeluarkan didalam,"balas Pandu secara jujur.
"Kamu jahat Pandu! "Zena memukuli lengan kokoh Pandu dengan satu tangannya.
" Sudah Zena, kita melakukan ini atas dasar sama-sama butuh. Kita telah dijebak, minuman kita dicampuri obat perangsang. "Pandu teringat kemarin malam dirinya diberi minuman oleh seorang bertender dan minuman itulah membuat tubuhnya merasa berbeda.
" Apa? "Tanya Zena bingung.
" Apa kamu diberi minuman oleh seseorang sebelumnnya?"tanya Pandu pada Zena.
Zena berpikir dan terakhir kali dirinya beri minuman oleh seseorang.... Celine. Ya Zena teringat jika wanita itu kemarin yang memberikan minuman itu padanya. Zena menggelengkan kepalanya tak menyangka jika orang itu adalah Celine, ia pikir Celine baik ternyata ada udang dibalik batu.
"Iya, aku dikasih minuman sama Celine, "jawab Zena jujur.
Dua orang itu menghela napasnya lelah dan saling menatap satu sama lain.
" Aku mandi dan pulang. "Zena segera beranjak berdiri dari duduknya di atas kasur tadi ketika Pandu sudah memakai celana pendeknya.
Pandu menatap Zena dan mengangguk saja. Zena pun membungkus tubuhnya dengan selimht tebal itu dna saat dirinya berdiri ia tak sengaja melihat bercak noda berwarna merah yang tak lain itu darahnya alias ia sudah tak menjadi wanita perawan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
General Fiction-PART MASIH LENGKAP -TAMAT -GRATIS 18+ Setelah anak itu lahir, kita akan cerai dan aku akan menikahi Cala "Tanda tangan di pojok bawah kertas itu! "suruh Pandu menatap ke arah Zena. " Kamu yakin dengan semua ini? "tanya Zena dengan suaranya bergeta...