DUA PULUH DELAPAN

1.5K 85 8
                                    

26 Maret 2020

Setelah sekian lama hiatus kini aku kembali lagi karena UN dihapus. Miris melihat banyaknya korban virus corona yang kian bertambah apalagi jumlah korban yang sudah meninggal.
Doaku untuk kalian para readers apalagi yang daerahnya udah banyak korban, semoga kalian sehat dalam lindungan-Nya dan jangan lupa jaga kebersihan :)
Semoga juga para tenaga medis dan orang-orang yang bekerja untuk mengobati pasien diberi kesehatan. Author juga merasa sedih melihat berita tentang dokter yang meninggal.
Untuk dokter bagi saya adalah pahlawan tanpa senjata:)

#dirumahsaja
.

.

.

DUA PULUH DELAPAN

Capek

Lelah

Lapar

Itu yang dirasakan Pandu saat ini ketika mencari bu Tantri yang menghilang tak ada jejak. Pandu juga berulang kali mencoba menelpon nomer ponsel bu Tantri yang kemarin diberikan oleh bu Ani padanya tapi ternyata nomer itu sedang tidak aktif saat ini. Hari kian panas membuat Pandu memilih mencari tempat untuk beristirahat, baterai hpnya mulai habis dan ia lupa membawa powerbank. Pandu duduk di salah satu bangku alun-alun kota. Ketika melihat penjual bakso akhirnya ia putuskan untuk memesan satu mangkok bakso serta es degan.

Pandu melahap makanannya ketika pesanannya sudah sampai padanya. Sungguh perutnya sangat lapar sekali tapi sekarang perutnya sudah kenyang walau sebenarnya ia masih kurang karena tak makan nasi. Ia masih duduk di bangku itu dan menatap sekeliling alun-alun ini yang nampak ramai sekali.

Tak lama ia tak sengaja menatap sesuatu, matanya menyipit untuk melihat dari jauh apa itu benar atau salah. Setelah tau, ia bergegas berlari dan...

Bukkk'

Suara keras terjatuh di atas aspal itu berasal dari Pandu. Pandu menendang punggung seseorang dari belakang. Ia tau gelagat mencurigakan orang itu dari jauh, orang itu berniat mengambil hal yang bukan miliknya.

"Dia mau nyopet dompetmu! "teriak Pandu ketika orang yang ditendang itu akan pergi namun orang-orang sekitar sini pun tau segera menahan orang itu yang diduga pencopet.

Orang yang berdiri di hadapannya pun panik dan segera memeriksa dompet yang diletakkan disaku celana belakangnya. Yang ternyata ia kurang pas menaruh dompet hingga membuat dompetnya terlihat dan menjadi sasaran empuk bagi pencopet. Orang itu bernapas lega dan menatap seorang pria di hadapannya.

"Terima kasih, kau dengan cepat mengamankan pencopet itu kalau tidak mungkin uangku hangus begitu saja. "Orang itu tersenyum menatap pria itu, Pandu.

" Ah sama-sama pak, lain kali hati-hati kalau menaruh dompet. "beritau Pandu pada orang itu.

Pencopet tadi sudah digiring oleh warga sekitar untuk diamankan dan untungnya Pandu sudah memberitahu para warga untuk tidak mengeroyok pencopet itu secara massal.

" Sekali lagi terima kasih, saya pamit pergi dulu. "Orang berseragam formal itu menganggukkan kepalanya pada pria yang lebih muda darinya.

Pandu segera kembali ke tempat duduknya tadi lalu meraih kopernya. Ia melanjutkan jalan kaki yang tertunda karena rasa lapar tadi dan berharap segera menemukan keberadaan Zena ditengah keramaian orang-otang sekitar sini.

"Aku kira setelah mendapatkan nomer bu Tantri, aku bisa langsung menemukan keberadaan Zena tapi ternyata keadaan justru terbalik. "Pandu tersenyum masam.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang