EMPAT BELAS

1.4K 80 5
                                    

22 November 2019

Happy Reading guys! Bantu cari typo

EMPAT BELAS

"Nanti kalau usia kandungan sudah menginjak sembilan bulanan ya gitu, kamu gak usah bingung beli keperluan anak kembarmu. Ibu punya teman dan dia pemilik toko baby shop gitu nanti ibu bakal antar kamu, intinya ibu harus ikut beli keperluan bayi. Haduh jadi gak sabar kan."Anggun tersenyum lebar sambil membantu melipat pakaian Zena dan dimasukkan ke dalam sebuah koper berukuran besar.

"Ibu biar Zena aja yang lipat-lipat, ibu duduk saja. "Zena merasa tak enak jika ibu mertuanya melipatkan pakaiannya.

" Ibu gak tega tau, kalau lihat kamu lipat pakaian sendirian apalagi perut besarmu itu, lagian kamu di suruh pembantumu saja gak mau. "

" Zena belum terbiasa apa-apa nyuruh pembantu,"cicit Zena disertai senyuman manisnya.

Anggun terkekeh pelan dan memaklumi jika Zena adalah anak yang mandiri. Beruntungnya ia memiliki menantu yang sabar, patuh dan intinya semua kriteria menantu idamannya ada pada diri Zena. Anggun tak memandang istri anaknya dari kalangan tapi ia memandang melalui akhlaknya.

"Pandu selalu pulang jam berapa kalau malem? "

" Sekitar jam 10 terkadang jam 11 malam. "

Zena juga bernapas lega saat Anggun berbelanja sayur di depan, ia langsung meminta tolong para pembantunya untuk segera memindahkan barang-barang Pandu ke kamarnya agar tak dicurigai oleh Anggun pastinya.

" Malam banget, kamu masih sering memberi pesan pada Pandu kan? "

" Iya bu, Zena sering bilang kalau mas Pandu jangan sampai kecapekan. "

" Oh dan satu lagi, saumpama badan Pandu udah pucat gitu marahin dia ya, anak itu sangat sulit ditegur kalau sudah sibuk sama pekerjaannya,"ucap Anggun yang menggebu-gebu sebab sangat kesal pada anak laki-lakinya itu.

"Iya bu."

"kalau jenis kelamin jangan di cek dulu deh, mendingan waktu kamu lahir aja biar jadi kejutan. "Anggun mengusap perut Zena lembut.

" Jangan terlalu capek ya nak, kamu mengandung dua anak dan pastinya itu lebih berat. Kamu sering ngalami apa sayang? "

" Mual yang paling utama bu, tapi semenjak kandunganku memasuki usia lima bulan tak terlalu sering lagi hanya saja sekarang aku tak menyukai makanan berbau amis seperti daging. "

" Bagus kalau kamu gak suka sama makanan hewan, kata orang dulu jamannya ibu. Ibu gak pernah makan jenis makanan hewani karena saking takunya anak ibu jadi bau amis tapi sebenarnya itu hanya mitos sih tapi juga lebih baik makan buah tapi jangan jusnya mending buah saja sama sayur itu penting biar anak kamu nantinya segar. "

" Iya bu, kalau memang gak suka ya gak usah di paksa itu prinsip Zena. "

" Pandu sering kerepotan gak kalau kamu ngidam gitu? "

" Alhamdulillah anak Zena dan mas Pandu gak pernah nakal bu, ngidam pun sering makan buah mangga yang sedikit asam gitu. "

" Yahh gak seru dong, sering-sering lah bikin Pandu itu puyeng gitu, bikin dia kesal karena kamu ngidamnya aneh-aneh. "

" Zena kasihan sama mas Pandu, nanti dia capek. "

" Kamu ini. "Anggun mengusap lembut rambut Zena.

" Bu enaknya lahirannya normal apa cecar? "

" Sebenernya enak normal, tapi ibu jadi khawatir deh sama kamu mending kamu cecar aja ya. Apalagi kondisi fisikmu yang terkadang tak baik."Anggun menatap khawatir pada menantunya itu.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang