02 April 2020
Happy Reading guys
TIGA PULUH SATU
"Halo?"
"Zena? "Mata Pandu langsung membulat ketika mendengar suara wanita yang sangat ia rindukan. Pandu menampar wajahnya sendiri dan menarik pipinya sampai terasa sangat sakit.
" Argh ini nyata! Zena aku merindukanmu Zena! "teriak Pandu senang.
Jantunganya berdebar tak menentu , wajah Pandu menunjukkan betapa bahagianya ia mendengar suara Zena walau hanya satu kata saja dan ini saatnya ia mengungkapkan sesuatu yang penting.
" Zena maafkan aku, aku merindukanmu. Bagaimana kabarmu? Anak kita? Zena aku ingin bertemu denganmu sekarang, di mana kamu tinggal? Aku ingin menjemputmu sekarang juga. Aku ada di Malang untuk menjemputmu pulang. Zena maafkan aku, aku minta maaf Zena. Aku telah menyakitimu, kamu wanita baik. Tolong jangan tinggalkan aku Zena, aku ingin hidup bersamamu. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu dan menjadi ayah yang baik untuk si kembar. Zena tolong maafkanlah aku. Jika kita bertemu tak apa kamu menamparku, menendangku dan mencaci makiku. Aku pantas mendapatkan hukuman darimu Zena. "Pandu meluapkan perasaannya yang selalu menjadi bebannya kepada Zena. Ia berharap Zena bisa memaafkannya dan mau kembali padanya.
Pandu yang merasa Zena hanya diam saja pun lantas berucap," Zena, maukah kamu kembali kepadaku? "
Hening..
Pandu mengkerutkan dahinya bingung lalu memanggil Zena berulang kali dan akhirnya ia mengecek layar ponselnya.
"Lhoh mati? Ponselku mati?! Argghh sialan ponsel ini!" Pandu berteriak kesal dan emosinya meluap begitu saja saat mengetahui ternyata ponselnya mati karena baterai ponselnya habis.
Ingin Pandu membanting ponselnya itu tapi ia masih membutuhkan sebuah benda berbentuk persegi panjang itu.
"Pandu, lo kenapa teriak-teriak sih? "tanya Adi yang kini baru saja keluar dari kamar.
" Gue berhasil menelpon bu Tantri dan yang membuat gue senang adalah orang yang menerima telepon itu adalah Zena tapi yang membuat gue marah, ponsel gue ternyata mati padahal gue udah ungkapin perasaan gue secara panjang dan lebar tapi percuma kalau begini akhirnya. "Pandu langsung terbaring di atas lantai yang terasa dingin itu.
" Bisa gak si gak usah teriak-teriak gitu, ini kost kostan juga gak ada kedap suaranya jadi lo teriak kayak gini, gak enak didenger tetangga. "Adi menghela napasnya pelan melihat tingkah Pandu yang seperti ini.
" Gue kangen banget sama mereka Di, kapan gue bisa ketemu mereka. Mereka adalah harta berharga bagi gue, gue bisa mati rasanya kalau tidak bisa meraih mereka. "
" Mengungkap sesuatu itu memang sepantasnya secara langsung, jadi ponselmu yang mati itu jangan disalahkan. Mungkin Tuhan kasih jalan lain agar lo sama Zena bisa ketemu di waktu yang tepat. Lagian enak ketemu langsung orangnya, lo bisa lihat wajah Zena yang sekarang. Kata emak gue dulu, kalau cewek hamil atau bisa juga udah melahirkan perubahannya itu makin kelihatan, tambah cantik gitu apalagi bentuk tubuhnya berisi. Mungkin Zena juga begitu. "
"Dia istriku, jangan lo haluin Zena!" Pandu menatap nyalang ke arah Adi. Laki-laki itu langsung memposisikan tubuhnya duduk.
"Eh buset deh, iyaya. Udah jadi bapak, emosinya itu harus bisa dijaga. "Adi mengangkat salah aatu kakinya lalu ngancir masuk ke dalam kamarnya. Hari ini memang ia putuskan untuk tidak berjualan dulu karena tadi ada insiden yang kurang menyenangkan.
" Zena, "lirih Pandu sembari menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sedangkan di sisi lain, Zena mengkerutkan dahinya saat mendengar nada putus sambungan secara sepihak dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
General Fiction-PART MASIH LENGKAP -TAMAT -GRATIS 18+ Setelah anak itu lahir, kita akan cerai dan aku akan menikahi Cala "Tanda tangan di pojok bawah kertas itu! "suruh Pandu menatap ke arah Zena. " Kamu yakin dengan semua ini? "tanya Zena dengan suaranya bergeta...