TUJUH BELAS

1.4K 72 6
                                    

16 Des 2019

Happy Reading guys

TUJUH BELAS

"Zena? "suara seseorang memanggil namanya membuat wanita yang merasa terpanggil itu menoleh ke arah asal suara tadi.

" Mahe, Sherly? "Kedua mata Zena membulat tatkala melihat dua sejoli ini tengah bergandengan mesra.

Kedua mata Sherly berkaca-kaca ketika matanya jatuh melihat perut Zena yang tampak besar. Wanita itu menghampiri Zena dan memeluknya, telah lama ia mencari Zena setelah reuni diadakan itu memang Zena menghilang bak ditelan bumi tak nyangka sekarang ia malah bertemu Zena di tempat ini.

"Zen lo dimana aja sih? Gue khawatir sama lo. "Sherly nampak meneteskan air matanya saat berpelukan dengan Zena.

Tubuh Zena terlihat menegang tak tau harus membalas apa sebab ini terjadi sangat tiba-tiba dan itu membuatnya menjadi orang linglung saat ini.

"Zen," lirih Sherly seraya memegang kedua tangan Zena.

Zena hanya diam membisu tak tau mau berkata sebba sejak kejadian itu diirnya sudah tak bertemu teman-temannya lagi.

"Lo marah sama kita Zen? "tanya Mahe pada Zena.

"Lebih baik kita bicarakan di cafe sana aja."

...

Kini mereka bertiga berada di cafe yang tak jauh dari tempat berdiri mereka tadi.

"lo menikah tidak kabarin ke kita dan ya nomer ponsel lo juga sulit dihubungi? Kenapa? "Sherly menebak jika temannya itu merahasiakan sesuatu.

" Aku.. Ehmm. "

" Bicaralah yang sejujurnya Zen! "Sherly menatap memohon pada temannya itu yang membuat dirinya semakin khawatir saja.

Zena merasa diinterogasi oleh mereka ia bingung harus menjawab apa sebab ia telah berjanji pada Pandu untuk tidak membongkar pernikahan ini.

" Sherly kalau Zena tidak mau menjelaskan ya sudah, kamu jangan maksa dia. "tegur Mahendra pada kekasihnya itu.

" Tapi, aku juga ingin tau. Kita sudah bersahabat bahkan saling menganggap saudara tapi mengapa Zena tega menyembunyikan sesuatu dari kita,"ujar Sherly yang juga menyidir Zena.

"Zen, gue ini lo anggap apa? Lo sedari dulu selalu nyembunyiin sesuatu dari kita dan yang membuat gue heran sekarang ini lo udah hamil besar. Kapan lo nikahnya? Kenapa lo nikah gak bilang-bilang? Lo malu punya temen kayak kita? Iya? "tanya Sherly yang makin menyudutkan Zena.

" Bukan itu Sher, aku ada alasan lain yang membuat aku tak memberitahukan ke kalian. "

" Alasan apa sampai lo tega sembunyi dari kita? "

" Aku tak bisa beritahu kalian. "

" Zen, gue tanya begini karena gue sayang sama lo. Lo udah gue anggep saudara gue dan sekarang lo bilang kayak gitu seolah-olah kita orang asing. Gue selalu peduli sama lo tapi lonya yang selalu menghindar dari kita. Terus siapa yang salah di sini hah? "

" Maaf Sher, ya aku tau aku salah. Tapi sesuatu hal ini aku tak bisa memberitahukan ke kalian, tapi aku yakin suatu saat kalian bakal mengetahui tapi juga bukan sekarang. "

Melihat Sherly yang akan berbicara lagi, Mahe pun menghentikan dengan berkata," Sudah Sher, kamu jangan jadi orang pemaksa. Dipikir dulu Sher, lihat si Zena lagi hamil lalu kamu salah-salahkan. Kasian doang dia. "

Sherly pun diam seraya menghembuskan napasnya pelan untuk mengatur emosinya yang hampir saja membludak.

" Kelihatannya lo lapar Zen, makan aja. Apa lo ngidam? "Tanya Mahe pada Zena.

" makan ini aja udah cukup kok, terima kasih. "

" Sama-sama Zen, udah jangan dipikirin ucapan Sherly nanti kasian dedek bayinya di dalam perut. Lo mikir yang positif aja ya. "

" Iya. "Zena tersenyum melihat perhatian kecil yang diberikan oleh Mahe.

Sherly tak cemburu akan hal itu tapi ia merasa marah pada Zena yang sellau menyembunyikan sesuatu darinya. Ia sebenarnya ingin mengetahui masalah apa yang menimpa Zena sebab ia tau Zena hidup sebatang kara bahkan orang yang seperti Zena pastinya membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan curahan hatinya. Apalagi ia juga terkejut melihat Zena yang sudah berbadan dua saja bahkan ia tak tau siapa sosok suami Zena padahal Zena tak pernah bercerita kala mempunyai kekasih.

Sherly pun teringat akan suatu hal yang pernah ia bicarakan pada teman-temannya tempo lalu saat acara reuni.

"Apa mungkin tentang itu,, gak gak mungkin... Saat itu kita sudah sepakat tak melakukan rencana licik itu. "Pikir Sherly dalam hati.

...

"Kamu kemana saja kemarin?" tanya Pandu pada Zena. Mereka telah menyelesaikan sarapan pagi dan kini tengah duduk santai di depan rumah keluarga Wijaya itu.

"Aku kemarin jalan-jalan bersama temanku. "

" Kamu tak menceritakan sesuatu pada mereka kan tentang pernikahan ini? "Pandu langsung paham apa yang diucapakan Zena tadi.

" Tidak, aku berusaha menyembunyikannya. "Zena menjawab itu dengan jujur bahkan kemarin pun Zena lebih memilih pulang mengunakan jasa taksi.

" Bagus, itu sangat bagus sekali. "Pandu tersenyum lega.

Zena menatap Pandu dari samping, ia tersenyum sedih kala memang Pandu tak mengharapkan pernikahan ini. Andai dulu Pandu bilang jika dirinya tak mau menikah dengannya pastinya Zena akan pergi dari kehidupan Pandu bersama anak yang dikandungnya itu namun berhubung orangtua Pandu sudah tau semuanya membuat dirinya menyetujui jika ia menikah dengan Pandu.

"Kurang berapa bulan lagi kamu akan melahirkan? "tanya Pandu pada Zena.

" Mungkin tak lama lagi. "

" Oh aku tak sabar jika kamu akan melahirkan. "

" Apa mas ingin segera bertemu anak kita? "tanya Zena yang kini raut wajahnya sangat senang.

" Ah bukan itu, jika kamu sudah melahirkan nanti otomatis kita akan bercerai dan aku akan segera menikahi kekasihku. "Pandu tersenyum lebar dan tak merasa jika ucapannya itu menyakiti hati kecil Zena.

Ya hati Zena terasa ditusuk oleh belati tajam namun Zena menyembunyikan dibalil senyuman kecil yang menghiasi wajah cantiknya.

" Oh itu. "Zena pun beranjak berdiri dari duduknya membuat Pandu bingung.

" Kamu akan kemana? "tanya Pandu saat melihat Zena yang akan masuk kembali ke dalam rumah.

" Aku ingin ke kebun. "

" Tidak usah, kamu cukup duduk santai di sini saja. "

" Emang kenapa? Aku bosan melakukan kegiatan hanya dengan duduk-duduk saja. "

" Yaudah kita jalan-jalan. "

" Tidak mau, aku lebih baik memilih jalan-jalan sendiri daripada jalan-jalan sama mas Pandu. "ucapan itu membuat Pandu tersentak dan langsung berdiri menghadap ke arah Zena.

" Kamu berani ya sama aku? "

" Aku jujur. "

" Jujur atau tidak itu bukan urusanku! "bentak Pandu lalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya berdiri mematung di depan pintu.

" Kenapa malah dia yang marah-marah? Seharusnya aku yang marah sama dia. "Zena kesal sendiri melihat tingkah Pandu yang seolah-olah menyalahkan dirinya.

...

Maaf sedikit🙏

Kemarin waktu hari Selasa saat berangkat sekolah, author. mengalami kecelakaan untungnya gak terlalu parah tapi kedua pergelangan tangan author yang terluka jadi untuk menulis pun sebenarnya juga susah bahkan sampai saat ini pun rasanya berat dan saat ulangan pun author maksa masuk karena author memang gak suka kalau ulangan susulan mungkin ini hadiah ulangan tahun dari Tuhan, ya pada tanggal 02 Desember author ulang tahun hehehe, maaf ya up sedikit... Semoga aja author lekas sembuh lalu up cerita ini sampai tamat sebelum tahun baru🙏itu target author, doain juga ide untuk cerita ini lancar

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang