DUA PULUH TIGA

2.3K 103 23
                                        

01 Januari 2020

DUA PULUH TIGA

kriiing~~~

Bunyi alarm menggema di sekitar ruangan itu tak membuat sosok lelaki berparas tampan itu untuk bangun dari tidurnya yang pulas itu tapi tidak di lain tempat, seorang wanita yang tengah tidur itu merasa terganggu dengan kebisingan suara alarm entah asalnya dari mana dan itu membuatnya langsung bangun walau masih mengantuk rasanya. Wanita itu memposisikan untuk duduk sejenak melirik dua anaknya yang masih tidur, ia kira suara alarm itu dimatikan oleh sang empunya tapi ternyata tidak. Wanita itu ialah Zena langsung beranjak berdiri dan berjalan mencari arah suara alarm itu. Ternyata suara itu berasal dari kamar tamu, ia menekan tuas pintu dan melihat siapa yang tidur di dalam kamar tamu itu.

Maniknya menatap sosok suaminya yang tertidur terlentang di kamar itu, ia melirik asal suara itu yang ternyata dari ponsel suaminya. Ia berjalan mendekati tempat tidur itu dan mematikan alarm dari ponsel suaminya. Zena menghela napasnya pelan menatap wajah damai suaminya ketika tidur, lehernya masih terasa sakit akibat perlakuan kasar dari suaminya itu dan ketika mengingat kejadian kemarin itu sungguh miris sekali.

Ketika Zena berbalik tak sengaja sebuah benda jatuh akibat tangannya tak sengaja menyenggolnya dan itu membuatnya langsung panik karena ia tau jika benda itu pasti milik Pandu lantas hal itu segera tangannya mengambil benda itu tapi...

"Sebuah undangan pernikahan? "Zena menatap kertas undangan yang berbahan tebal itu.

" Gak mungkin... "Zena menggelengkan kepalanya tak percaya ketika membuka kertas undangan itu, terdapat nama suaminya dengan kekasihnya.

Kedua mata Zena berkaca-kaca melihat itu, ia juga melirik tanggal undangan pernikahan itu tersebut dan ternyata itu hari ini. Tetes demi tetes air matanya jatuh seketika, ia tak bisa berkata apa-apa lagi, dadanya terasa desak sekali apalagi hatinya terasa teriris dan itu sangat sakit. Sakit sekali hingga Zena hampir saja menjatuhkan tubuhnya ke bawah kalau saja ia tak mengingat masih ada suaminya yang tengah tidur di atas kasur itu.

"Ini sangat mengecewakan sekali, kenapa dia mengkhianatiku walau aku tau dia tak membalas cintaku tapi bukan begini caranya menikah secara diam-diam bahkan tepat hari ini dia akan menikah. Ya Allah, sakit sekali hatiku... Mengapa dia sangat begitu tega padaku, apa salahku padanya? Mengapa dia tak menceraikan aku segera daripada menikah secara diam-diam seperti ini. "Zena meletakkan kembali kertas undangan itu ke tempat semula yaitu di atas meja nakas dekat ranjang tidur.

Maniknya tak sengaja lagi menatap tangan Pandu yang tengah menggenggam sebuah wadah berbentuk kotak berwarna merah berukuran sedang. Ia mengambil kotak itu yang diyakini di dalamnya berisi cincin, dengan pelan ia mengambilnya serta membuka kotak itu dan benar sekali. Kotak itu berisi dua cincin pernikahan dan air matanya kembali menetes ketika melihat nama dua orang terukir manis di antara dua cincin itu.

Tangan Zena bergetar ketika mengembalikkan kotak cincin itu tepat di tangan Pandu. Wanita itu segera kembali ke kamar tapi salah satu kakinya tak sengaja menginjak sesuatu di lantai hingga membuatnya terjatuh tersungkur ke bawah dan itu menimbulkan suara tubuhnya yang jatuh.

"Awhh."Zena meringis ketika kakinya merasa sakit sekali dan suara rintihannya itu membangunkan Pandu yang sedang tertidur pulas.

"Zena! "geram Pandu ketika mendapati Zena tengah tersungkur di sampingnya kasurnya.

Zena mendongakkan kepalanya menatap takut-takut pada Pandu yang kini tengah berdiri di hadapannya.

" Bangun kamu! "bentak Pandu pada Zena.

Zena bersusah payah bangun namun tubuhnya tersentak ketika Pandu menarik bahunya secara kasar untuk berdiri dan itu membuat kedua bahunya terasa sangat sakit.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang