TIGA PULUH SEMBILAN

1.5K 112 38
                                    

12042020
Happy Reading guys

Salma & Silma
.

.

.


TIGA PULUH SEMBILAN

Seorang wanita dewasa berusia 26 tahunan itu sedang menggeret koper berwarna putih dan ada beberapa stiker di kopernya itu. Di siang hari yang terik membuat wanita yang memiliki nama Irene Sabilla Wijaya biasa dipanggil Irene tengah mengibaskan rambut panjang ombrenya berwarna hitam. Pandangannya menyapu jalan raya sekitar sambil memegangi sebuah ponsel yang didekatkan ke telinga kanannya.

"Pandu di mana sih? Telpon dari tadi gak diangkat, udah tiga puluh menit aku nungguin dia. "Decak Irene kesal tapi tetap saja berusaha menelpon adiknya itu.

Dalam benaknya ia merasa sangat marah pada adiknya yang katanya kemarin adiknya itu akan menjemput dirinya di sini namun ternyata itu zonk. Tak terlihat batang hidung adiknya itu di sekitar sini.

"Ya udah deh aku tungguin, awas aja kalau lama. Aku sikat dia! "Irene pun memasang kaca mata hitamnya yang tadinya ditaruh dikerah lehernya.

Wanita itu mencari tempat duduk yang nyaman dan jauh dari terik panasnya matahari.

" Aku kira nanti kedinginan ternyata juga panas hari ini. Terlanjur pakai jaket. "Irene melepaskan jaket tebalnya lalu diletakkan di atas kopernya.

Irene pun memilih menghubungi temannya yang tinggal di Malang. Nantinya ia juga akan menjenguk temannya yang sedang sakit. Setelah itu ia iseng membuka galeri yang dipenuhi foto-foto si kembar.

" Ah lucunya si kembar, gak sabar lihat langsung pasti makin gemes deh. "Irene tersenyum sendiri menatap layar ponselnya yang menampilkan foto si kembar. Beberapa hari yang lalu Pandu mengiriminya foto si kembar dan Zena. Saat si kembar menangis, tertawa, mengajak bicara dan aktivitas lainnya.

" Udah dibilangin dulu kalau Zena wanita baik, syukurin kan kamu nyesel ninggalin Zena. Tapi sekarang aku ikut seneng, kalau kamu bisa kembali bersama Zena dan si kembar. "Irene juga merasa khawatir pada adiknya itu yang waktu itu fisiknya sangat lemah ketika ia usir dari rumah.

" Tapi, btw kok lama ya? Jangan-jangan Pandu lupa lagi, duh aku gak punya nomer Zena juga. Pandu ditelpon gak diangkat-angkat dari tadi, capek aku. "Irene menghela napasnya pelan menunggu adiknya yang tak kunjung datang padahal ini sudah hampir satu jam ia menunggu.

Irene juga telah mengirim pesan pada Pandu tapi tetap sama saja tak dapat balasan dari sana.

" haduh aku gak tau ini daerah mana, kalau tau udah dari tadi aku ke rumah Zena. Mana gak ada taksi juga. "

Tiga puluh menit menunggu...

Irene hampir saja ketiduran kalau saja tak ada suara dering ponselnya yang menyadarkannya.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang