LIMA

3.2K 90 2
                                    

Maaf...

[CERITA SUDAH DI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN CERITA INI PINDAH KE LAPAK LAIN]

[BAGI YANG MASIH INGIN BACA LANJUTAN CERITA INI, MOHON DISIMPAN DULU NANTI BAKAL ADA PENGUMUMAN LAGI]


Kedua pelupuk mata itu terbuka secara perlahan-lahan lalu menutup kembali sebab harus menyesuaikan cahaya yang masuk pada netra kedua matanya. Kedua mata itu akhirnya terbuka secara pelan dan yang pertama ia lihat ialah atap ruangan bernuansa putih serta indra penciumannya menghirup bau obat-obatnya.

"Akhirnya kamu sudah sadar Zena. "suara wanita yang familiar itu membuat dirinya langsung menoleh ke asal suara itu.

" Mbak Irene, "ucap Zena, wanita yang baru saja bangun dari pingsannya tadi.

" Iya, Aku Irene. Kakak Pandu. "Wanita dewasa itu memakai jas almamater berwarna putih yang bertanda jika ia adalah seorang dokter wanita, terlihat sebuah stetoskop mengalun indah kerah leher seragam dokternya itu.

" Kenapa aku bisa di sini? "Zena nampak kebingungan dan hanya tak sadarkan diri saja sampai di bawa ke klinik. Ya ia mengenali ruangan ini ialah klinik Irene, kakak Pandu itu.

Irene menghembuskan napasnya pelan, wanita itu merasa tak tega jika nantinya Zena mengetahui kalau dirinya hamil. Anak yang dikandung oleh Zena adalah keponakannya, ia sudah tau semuanya dari cerita Pandu. Sungguh ingin rasanya ia menghajar adiknya itu yang ternyata sangat munafik. Benar di keluarga besarnya adiknya itu paling pendiam ternyata adiknya itu tak seperti ia kira sedari dulu bahkan sampai berani menghamili seorang wanita cantik dihadapannya ini. Walau Pandu mengakui jika dirinya kehilangan keperjakaannya tapi bagaimana pun juga Irene menyalahkan Pandu yang tidak berterus terang bahkan berniat tidak mau bertanggung jawab karena adiknya itu juga memiliki seorang kekasih.

"Kamu kamu--"ucapan Irene terpotong saat seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya lalu memeluk Zena yang sedang kebingunan pada kondisi ini.

"Zena maafkan tante sayang hiks hiks, Pandu kurang ajar! Maafkan Pandu, tante janji tante akan menyuruh Pandu untuk segera tanggung jawab! "seorang wnaita paruh baya itu tengah menangis tersendu-sendu memeluk Zena yang sudah ia anggap anak sendiri olehnya.

Kedua mata Irene membulat tak menyangka jika orang itu adalah ibunya, Anggun. Irene tak tau mengapa ibunya bisa mengetahui hal ini.

" Tanggung jawab apa tante? Zena tidak paham maksud tante,"balas Zena yang kini memposisikan badannya untuk duduk dan dibantu oleh Irene serta Anggun.

"Apa? Jadi kamu tidak tau? "Anggun mengernyitkan dahinya lalu kedua matanya melirik tajam pada Irene yang terdiam tak berkutik sama sekali.

" Emm sepertinya--"Irene meringis ketika ditatap tajam oleh ibunya bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Kamu hamil nak, hamil anak Pandu yang berarti anak yang kamu kandung itu cucuku nak,"ucap Anggun dengan perasaannya campur aduk antara kesal pada anaknya, sedih melihat Zena serta senang yang berarti anaknya akan bersatu kembali pada Zena, menantu yang ia impikan.

Deg!

Detak jantung Zena berdegub tak karuan ketika mendengar kalimat yang terucap dari mulut Anggun. Tapi beberapa detik kemudian kepalanya menggelengkan berkali-kali dan berkata, "Aku tak hamil."

Kedua orang yang mendengar ucapan Zena pun saling menatap satu sama lain.

"Sayang tenang nak! "pekik Anggun saat menyadari jika Zena kini berteriak histeris tak menerima apa yang terjadi pada dirinya.

" Zena tolong tenanglah. "Irene pun ikut membantu menenangkan Zena yang masih syok atas fakta yang didengar olehnya.

...

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang