30 Desember 2019
DUA PULUH
Ditengah perjalanan yang sangat menegangkan, Zena menangis tak kuasa menahan rasa sakit perutnya yang diduga Zena mengalami kontraksi. Anggun terus merangkul Zena dan berdoa ditengah perjalanan menuju rumah sakit yang sudah disiapkan oleh Irene serta kawan-kawan Irene yang lain di sana.
"Padahal tadi Zena baik-baik saja lho bu, Zena tadi sempat jalan-jalan saat perut Zena sakit. "
" Iya nak kamu baik-baik saja kok ya. "
" Beneran bu ah ini yaampun sakit. "Peluh keringat membasahi tubuh Zena yang tengah merasakan perutnya yang sakit.
" Pak ambilkan tisu! "suruh Anggun pada sopirnya.
Sopirnya pun menyerahkan tisu padanya dan ia mulai mengusap keringat Zena dengan tisu.
" Bu perut Zena makin ke sini kok makin sakit sih.. "
" Kamu proses pembukaan nak tapi ibu tidak tau kamu pembukakan ke berapa. "
Setiba di rumah sakit, di sana terlihat banyaknya orang berseragam putih menyambutnya. Zena dibaringkan di atas brangkar dan dengan cepat mereka berlari sambil mendorong brangkar itu menuju ruang persalinan. Zena berteriak kesakitan tak kuasa menahan rasa sakit yang sungguh membuat badannya remuk sekali. Setelah sampai di ruangan itu, Zena langsung diperiksa oleh dua dokter yang mengurusi Zena langsung dan salah satunya adalah Helena yang seorang bidan. Ternyata sudah pembukakan ke tujuh dan itu berarti diperkirakan kurang setengah jam lagi, Zena akan melahirkan. Semua kondisi dinyatakan normal, Zena akan menjalani persalinan normal yang memang menjadi keinginannya sedari dulu. Sedangkan Anggun menyuruh pembantunya untuk menelpon Pandu agar segera datang ke rumah sakit.
"Sakit bu, hiks hiks.. Perut Zena makin sakit. "tangisan Zena makin deras merasakan perutnya yang seperti diaduk-aduk. Zena tidak tau tentang rasa sakitnya kontraksi itu hingga Zena rasanya ingin tidur tapi dokter tidak memperbolehkan dan menyuruh Zena untuk menahannya.
" Mas Pandu? Kemana mas Pandu? "
Irene baru sadar jika tidak ada adiknya di sini.
" Ibu menyuruh bibi mencoba menghubungi Pandu, tapi kata mereka nomer Pandu sedang tidak aktif. "
" Mas Pandu hiks hiks, aku butuh dia bu. Aku menginginkan dia ada juga disisiku. "
" Ibu tau sayang, berdoa ya nak semoga Pandu segera datang ke sini. "
" Anak itu kemana sih? "Irene kesal pada adiknya yang tak kunjung datang ke sini untuk menemani istrinya yang akan melahirkan. Irene lupa membawa ponselnya yang ketinggalan di ruang kerjanya.
Zena sudah merintih kesakitan, Anggun tak henti-hentinya untuk berdoa agar menantunya diberi kekuatan untuk melahirkan cucu kembarnya. Anggun tak tega menatap Zena yang kesakitan seperti itu bahkan menjerit saking tak kuasanya menahan rasa sakit diperutnya.
"Kapan melahirkannya mbak? Perut Zena sakit. "
" Tunggu ketuban kamu pecah dulu, baru nantinya kamu bisa mengeluarkan bayimu nak. "
Tak lama kemudian Zena merasakan adanya cairan merembes membasahi selangkangannya.
" Ibu, Zena kayaknya ngeluarin cairan. "
" Ini ketuban. "
Langsung saja suasana makin menegang, rata-rata perawat yang membantu Zena persalinan itu adalah teman Irene. Akhirnya tiba saatnya bagi Zena memperjuangkan sendiri tanpa suami untuk menemaninya melahirkan sang buah hati.
Zena menggenggam kuat tangan Anggun ketika dokter menyuruhnya untuk mengenjan dan perutnya terasa juga seperti itu.
"Ayo Zen, kepalanya sudah terlihat. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
General Fiction-PART MASIH LENGKAP -TAMAT -GRATIS 18+ Setelah anak itu lahir, kita akan cerai dan aku akan menikahi Cala "Tanda tangan di pojok bawah kertas itu! "suruh Pandu menatap ke arah Zena. " Kamu yakin dengan semua ini? "tanya Zena dengan suaranya bergeta...