Happy Reading ♡
₩₩₩
Vino tak perduli dengan sakit dipunggungnya karena pukulan Zoya. Meski dia seorang perempuan, akan tetapi Zoya memiliki ilmu beladiri. Dan itu membuat pukulannya lebih bertenaga daripada perempuan pada umumnya."Vino..! Kamu apain Zoya.???" Teguran itu membuat Vino melepas pelukannya dengan segera.
Zoya hanya diam dengan berderai airmata. Ia masih tak menyangka pemuda dihadapannya sejahat itu. Belum diketahui pasti apa penyebab dirinya merasa kecewa. Apakah karena Vino mngkhianati papanya, atau karena ia salah menilai bodyguardnya.? Zoya sendiri tak tau jawaban dari pertanyaan itu.
Dewi beranjak menghampiri mereka berdua, lebih tepatnya Zoya.
"Nak.. kamu gak papa kan.??" Tanyanya dengan memegang dagu Zoya lembut.
Zoya mengikuti arahan tangan Dewi dan menatap wajahnya. Kelembutan yang terpancar diwajah wanita itu persis dengan putranya. Ya, Zoya bisa menilai kalau Vino memiliki kesamaan dengan ibunya.
Hei.. Zoya harus menepis semua kebaikan yang palsu dari pemuda itu. Ia memalingkan wajahnya dari Dewi.
"Anak tante adalah pelaku dibalik semua ini." Jelas Zoya dengan nada yang terdengar kecewa.
"Zoy.. kenapa loe masih anggep gue pelakunya.??" Tanya Vino yang tak tau harus bersikap bagaimana.
Sementara Dewi masih mencerna ucapan Zoya.
"Maksud nak Zoya apa, bicara seperti itu.??" Dewi masih belum mengerti arah pembicaraan mereka berdua.
"Tante lihat video dan dengarkan pesan suara ini." Zoya menyerahkan ponsel milik Vino pada Dewi.
Dengan sedikit ragu, Dewi menerimanya dan melakukan apa yang Zoya arahkan.
"Bu.. Aku gak pernah melakukan semua itu. Ini pasti perbuatan para penjahat yang berusaha mencalakai Pak Mario. Mereka membuat semua ini seolah akulah pelakunya, dan Zoya membenciku Bu. Sungguh.." suara Vino semakin melirih saat menjelaskannya.
"Bu.. Aku tidak mungkin mencelakai orang yang paling berjasa terhadap kita." Tambahnya dengan buliran bening yang mengalir lambat dipipinya.
Dewi percaya terhadap putranya. Ia bisa melihat kejujuran dikedua mata itu. Bagaimanapun ia adalah ibu Vino yang selalu berada didekatnya. Sejak pemuda itu pertama kali melihat dunia hingga ia tumbuh dewasa seperti sekarang.
"Ibu percaya sama kamu Vino.." bisik Dewi ditelinga putra tercintanya.
Dan tentu saja itu tak didengar oleh gadis yang masih duduk menggenggam tangan sang Papa. Air mata dari kedua matanya perlahan menyurut. Terlihat jelas kelopak serta kantung matanya membengkak.
Dewi mengusap lembut wajah putranya itu. Ia berusaha untuk menguatkannya. Setelah itu, Dewi berjalan mendekati Zoya.
"Nak Zoya.. saya bisa memahami perasaanmu yang masih kalut ini. Tapi bisakah kamu lebih membuka hati dan telinga untuk memahami kebenaran dari semua ini.??" Ujarnya lembut.
Dewi mencoba membujuk gadis itu pelan2 agar dia mau mengerti. Siapa tau, hatinya akan terbuka dan bersedia mendengarkan penjelasan putranya.
"Aku sudah memahami segalanya tante. Anak tante itu tidak selugu yang terlihat. Dia itu licik. Buktinya selama ini, dia selalu tau dimana dan kemana aku pergi. Dengan siapa dan sedang apa aku disana. Heuhh..! Aku tidak lagi mempercayainya. Tidak akan.!" Tegas Zoya berusaha meredam emosi.
"Nak.. jangan terlalu emosional seperti ini. Saya yakin bukan seperti itu maksudnya. Selama ini Vino memang mengawasimu karena permintaan da--
Zoya mendongak dan menatap wajah Dewi. Ia menyipitkan kedua matanya karena terpaan lampu dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Is NOT LOVE
Aksi19 September 2019 #1 Jirralova #2 Jirralovers "Gue gak terobsesi. Gue cin... "Itu bukan Cinta, Zoya.! Gue tegasin ke loe. Itu Bukan Cinta.!" Zoya membelalakkan mata mendengar bentakan Vino dikalimat itu. Vino melepas dekapannya sehingga Zoya terbeba...