Hai Readers..
Aku kembali dengan Cb ini.Happy Reading ♡
₩₩₩
Ding dong..!Bel rumah mewah kediaman Dinata berbunyi karena adanya tamu yang tak diundang siang itu. Seorang wanita paruh baya bergegas menuju pintu depan dan membukanya.
"Maaf, anda cari siapa ya.??" Tanya Bi Tari pada tamunya.
______
Gadis yang hampir setiap harinya menghabiskan waktu dengan berdiam diri itu masih berdiri dibalkon kamarnya. Pandangannya mengabsen satu persatu bangunan2 serta jalan yang berkelok dibawah sana.
Kondisinya sudah mulai membaik. Nafsu makannya mulai stabil, meski terkadang harus diingatkan. Akan tetapi niat untuk pergi kekantor masih ia urungkan. Ia berrencana besok atau lusa.
Tapi... entahlah, yang terpenting sekarang ia sudah baikan.
Tok tok tok..!
"Non Yaya.. ada temen yang mau ketemu sama Non." Seru Bi Tari dari balik pintu kamarnya.
"Siapa bi.?" Tanya Zoya setelah membuka pintu.
"Katanya temen sekolah Non dulu." Jelas Bi Tari membuat Zoya berfikir sesaat.
"Vino maksud Bibi.?? Kalo dia yang dateng, bilang aja Yaya gak mau ketemu sama dia lagi sampe kapanpun." Datar
Zoya hendak menutup pintu mengurungkan niatnya setelah Bi Tari menjawab.
"Bukan non."
"Lebih baik Non temui sendiri saja. Soalnya dia gak mau nyebutin namanya sama Bibi." Tambah Bi Tari.
Akhirnya Zoyapun berlalu menuju ruang tamu tanpa bertanya lagi.
'Kapan non Yaya mau dengerin penjelasan dari den Vino.??' Lirih batin wanita paruh baya itu.
¤¤¤
Ponsel diatas meja kerja bergetar tanda adanya notifikasi yang masuk. Sang pemilik segera meletakkan dokumen ditangannya dan beralih pada ponsel tersebut.
Tanpa berlama2 lagi, ia segera menyambar kemejanya dan keluar dari ruangan. Namun saat sampai diluar, langkahnya terhenti karena berpapasan dengan seseorang.
"Mau kemana loe Vin..?" Tanya orang yang menghentikan Vino.
"Gue ada urusan. Bilangin ke bokap loe ya..?" Singkat Vino lalu kembali melangkahkan kaki jenjangnya selebar mungkin.
"Pasti ini masalah Zoya." Lirih orang itu yang tak lain adalah Farhan.
Seperti yang terlihat sekarang, Vino kembali bekerja diperusahaan Papanya Farhan. Dan itu sudah berjalan selama 1 bulan lebih setelah perginya Vino dari hadapan Zoya. Vino dan sang ibu tinggal bersama dirumah yang dulu.
"Farhan, kenapa kamu malah bengong disini.?? Mana Vino.?" Teguran sang Papa mengejutkan Farhan yang masih melamun didepan ruangan Vino.
"Ee... itu Pa, Vino minta ijin karena ada urusan penting." Jelas Farhan.
"Berkaitan dengan amanat dari almarhum Bosnya itu.??" Tanya Papa dan diiyakan oleh Farhan.
Kedua orang ini memang sudah lama menjadi tempat curahan hati bagi seorang Vino. Dan masalah almarhum Mario dan Zoya yang diamanatkan padanya, baru2 ini ia ceritakan juga pada mereka.
Alasannya, karena Farhan dan Papanya sudah seperti keluarga bagi Vino setelah Ayahnya tiada. Lalu Restu.? Dia masih teman dekat Vino. Hanya saja tidak sampai dengan berbagi hal pribadi.
¤¤¤
"Makasih ya Kak, karena loe gue jadi agak mendingan dan bisa ikhlas nerima semuanya." Ujar gadis itu pada pemuda dihadapannya.
Dimas adalah tamu yang datang kerumah Zoya tadi. Mereka berdua berada disalah satu Restoran. Duduk berhadapan dengan berbataskan sebuah meja yang berisi makanan lezat serta minuman segar. Sangat cocok untuk cuaca panas siang itu.
"Sama2 Zoy.. oh ya, habis ini gue mau ajak loe kesuatu tempat. Mau ikut gak.??" Tawar pemuda itu-Dimas.
"Kemana emangnya kak.??" Gadis itu-Zoya merasa antusias.
Selalu saja begitu. Mata berbinar, dan senyum merekah indah setiap mendapat sesuatu yang baru dan menurutnya menarik.
'Manis' itu yang difikirkan Dimas.
"Rahasia. Tapi mau atau gak dulu nih.??" Tawar Dimas dengan gaya tak kalah manisnya.
Zoya mengangguk setuju tanpa berfikir dua kali. Akhirnya keduanyapun memutuskan pergi dari tempat itu usai membayar makanan.
______
"Kurang ajar..! Dia manfaatin keadaan Zoya buat ngejalanin rencananya. Bener2 loe Dim.." pemuda lain menggeram ditempat yang tak jauh dari mereka.
Ia terus membenarkan kacamata hitam yang melorot karena derapan langkahnya. Serta topi di kepalanya agar tidak terbuka. Karena terpaan angin yang lembut bisa saja menyingkapnya jika ia lengah. Ia terus berjalan tanpa melepas pandangan dari dua insan disana.
Tak lama setelah itu, ia menaiki sepeda motornya untuk mengikuti mereka. Akan tetapi naas, saat dipersimpangan jalan ia kehilangan jejak. Iapun bingung, harus kearah kanan atau kiri.? Sementara jaringan ditempat itu tak ada sama sekali.
_________
"Whuaaahh.. indah banget pemandangannya kak.. gue gak nyangka ternyata ada ya pantai tersembunyi yang sendah ini. Loe tau tempat ini dari siapa kak.?" Cerocos Zoya dan diakhiri tanya.
"Tempat ini, almarhum Papa yang temuin. Waktu itu, gue masih kecil. Kalo gak salah gue masih SD waktu itu." Ujar Dimas.
Ia maju dua langkah dan menerawang jauh ke masalalu. Matanya menyipit karena silauan matahari siang itu yang terpantul deburan ombak laut lepas.
"Gue ngerasa tenang saat itu hanya dengan memandang ombak laut biru yang tenang kayak gini. Jadi setelah gue SMA, setiap kali gue punya masalah gue selalu kesini. Makanya gue hafal banget jalan buat kesini." Jelas Dimas panjang lebar.
"Maaf ya Kak. Gara2 aku nanyain itu, kakak jadi bahas orang tua kakak deh." Sesal Zoya.
Dimas menoleh dan menatap kearah Zoya. Ia tersenyum. Sebegitu lugunya seorang Zoya. Mudah sekali meminta maaf hanya karena hal kecil. Tapi memang itulah yang menjadi kunci utama Dimas agar bisa masuk. Karena dengan demikian, ia bisa lebih mudah mengelabui gadis itu.
"Gue gak akan biarin rencana loe berhasil Dim..!" Geram pemuda yang berhasil menemukan keberadaan Zoya dan Dimas.
₩₩₩
.
.
.Pendek ya.??
Besok insyaAlloh aku sambung lagi.
Kira2 Zoya masuk perangkap gak nih, abis ini.?
Koment dong gaes.. ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
That Is NOT LOVE
Aksi19 September 2019 #1 Jirralova #2 Jirralovers "Gue gak terobsesi. Gue cin... "Itu bukan Cinta, Zoya.! Gue tegasin ke loe. Itu Bukan Cinta.!" Zoya membelalakkan mata mendengar bentakan Vino dikalimat itu. Vino melepas dekapannya sehingga Zoya terbeba...