DuaPuluh

215 39 6
                                        


Happy Reading ♡

₩₩₩

"Koq kak Dimas gak pernah keliatan lagi ya sejak kejadian itu.?? Apa bener yang dibilang sama Vino waktu itu.??"

Zoya masih ingat dengan jelas apa yang Vino katakan waktu itu. Ia mengatakan kalau Dimas hanya memanfaatkan Obsesi Zoya agar bisa menjatuhkannya dengan mudah.

Tapi bukan itu yang menjadi titik fokus Zoya. Karena Zoya justru ingin tau apa yang membuat Vino berusaha begitu keras saat menyadarkan dirinya. Menyadarkan bahwa rasa yang Zoya miliki untuk Dimas Itu Bukan Cinta.

"Ishh gue mikir apa sih..? Ya jelas lah dia kayak gitu. Orang itu emang tugas dia buat njaga gue dari penjahat."

"Eh, tapi masak sih kak Dimas itu penjahat..? Dan dia yang nglenyapin Papa..? Gue harus cari tau."

"Siapapun pelakunya, kalo sampe gue ketemu sama orang itu, gua bakal bales perbuatannya. Dan gue gak peduli apapun caranya, meskipun harus jadi pelenyap."

Zoya mengambil sebuah benda dari laci meja kerjanya diakhir kalimat itu. Sesekali Ia memutar2kan benda itu dengan dua jarinya layaknya pelenyap sungguhan.

"Sebenernya gue paling benci dengan cara kayak gini. Tapi, mau gimana lagi.? Gue udah gak punya siapa2 lagi setelah kepergian Papa, semua karena orang itu. Pa.. Izinin Yaya make benda ini ya, buat bales apa yang udah dia perbuat."

Begitulah akhirnya. Zoya yang belum sempat mengetahui apapun tentang ancaman yang Mario maksudkan, kini harus mencari tau sendiri. Bahkan setelah tiadanya Mario, dan hadirnya Vino, Zoya mulai menunjukkan sosok lain dalam dirinya.

Ia yang awalnya adalah seorang gadis dengan kepribadian lembut dan lugu, sekarang memiliki kepribadian baru. Yaitu, menjadi gadis yang pemberani, dan kuat. Hal itu terjadi karena pemberontakan dalam dirinya terhadap apa yang ia alami. Kehilangan orang terkasih disaat ia belum memiliki kesiapan untuk menghadapi dunia.

"Sekarang Yaya akan lebih waspada terhadap orang2 disekitar Yaya, Pa.. Sesuai dengan apa yang Papa harapkan." Gumamnya.

"Zoy_ Hei..! Loe mau apa bawa2 pistol kayak gitu, hahh.??" Tegur Vino yang memasuki ruang kerjanya membuat Zoya terkejut.

Wajahnya tampak panik karena melihat Zoya yang menopang dagunya menggunakan pistol. Ia langsung berlari dan merebut benda itu dari tangan Zoya.

"Vino.. koq loe gak ketuk pintu dulu sih.?? Terus itu ngapain main rebut aja.??" Bentak Zoya.

"Gue udah ketuk pintu dari tadi, tapi loe gak njawab. Taunya loe malah ngelamun disini." Datar Vino.

"Terus ini apa.? Loe mau nglenyapin diri loe sendiri.?" Sambungnya membuat mata Zoya membola seketika.

"Eh, siapa yang mau mati..? Orang gak ada pelurunya juga." Jelas Zoya dengan wajah kesal.

"Oohh.. kirain."

"Dasar so' tau." Cibir Zoya.

Zoya mengambil alih benda ditangan Vino, lalu menyimpannya kembali. Setelah itu, Ia kembali berkutat dengan dokumen dihadapannya.

"Zoy..." panggil Vino.

"Hmm.." jawab Zoya masih fokus dengan kegiatannya.

"Zoy.." panggil Vino lagi.

"Apa Vin.?? Zay Zoy mulu.." mode cuek On.

"Gue mau nanya." Ujar Vino pada Zoya.

"Nanya tinggal nanya aja." Zoya masih cuek.

That Is NOT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang