TigaPuluhSembilan

316 38 19
                                    


Hai readers setia cb jirralovers...
Author nongol lagi nih, up cerita.
Ada yang rindu tak, beberapa hari author ngilang.??
Heheee koment yaa

Happy Reading...

₩₩₩


"Dim.. Awassss!!!!!"

Teriakan Bima sontak membuat Dimas bergerak menghindari sebuah peluru yang melesat kearahnya.

DORRR!!

Serangan peluru disore hari itupun akhirnya mengenai pohon besar tak jauh dari sana. Dimaspun dinyatakan selamat. Ia beserta kedua sahabatnya baru saja keluar dari kantor. Bersiap menuju mobil yang akan ia kendarai diparkiran. Tapi siapa sangka, suasana parkiran yang sepi dimanfaatkan seseorang untuk menyerangnya.

Dimas ditemani Bima mengedarkan pandangan kesetiap sudut parkiran. Mencari keberadaan orang yang berusaha menembak Dimas. Akan tetapi mereka tidak temukan siapapun disana.

"Woi! Keluar loe! Jangan cuma berani sembunyi2, dasar pengecut." Seru Dimas.

"Justru loe yang pengecut! Loe sembunyiin jati diri loe, dengan bersikap baik dan ramah didepan semua orang. Padahal loe gak lebih dari sekedar Ba**ngan!!" Jawab orang yang menyerang tadi dibalik persembunyian.

Tak lama setelah adanya suara itu, muncullah seorang pemuda berpostur tubuh tinggi. Dengan pakaian serba hitamnya, pemuda itu menyeringai licik.

"Hai, Bro." Sapa pemuda itu.

Dimas memicingkan kedua matanya. Mencoba mengenali sosok yang terlihat dalam wujud siluet. Itu dikarenakan pemuda itu berdiri ditempat gelap, sekaligus membelakangi cahaya.
Perlahan, pemuda itu mengurangi jarak yang membentang antara dirinya dan Dimas. Ia berjalan menuju area parkir yang terpancar cahaya lampu.

"Haris.?? Gue kira siapa." Ujar Dimas.

Iapun menunjukkan senyum ramahnya dihadapan Haris. Seakan apa yang baru saja terjadi hanyalah angin lalu.

"Loe tau, serangan loe barusan bener2 bikin gue kaget setengah hidup." Puji Dimas, kemudian terkekeh.

Penjahat karismatik itu menepuk2 pundak Haris yang masih setia menatapnya. Tatapan yang penuh arti. Dalam artian, tak terbaca oleh siapapun yang melihatnya. Bahkan baik Dimas maupun sahabatnya itu tak menyadari. Bahwasannya Haris Ramdyan yang mereka jadikan rekan itu, kini mulai berubah menjadi musuh dalam selimut.

"Jadi loe ngira, kalo tadi itu beneran orang yang mau nyerang loe.??" Tanya Haris.

"Iya lah.. siapa juga yang bakal nyangka, kalo ternyata itu loe." Sahut Bima, membenarkan.

"Gue rasa, sekarang bukan saat yang tepat buat ngebales perbuatan Dimas."

"Oh ya, gue sampe lupa nanya. Gimana usaha loe buat nglenyapin Zoya.?? Pembunuh bokap loe itu..." tanya Dimas ingin tau.

Dasar munafik! Itu yang terbesit dalam benak Haris, tapi tidak ia ungkapkan.

"Gue masih mau nunda dulu, sampe bener2 aman. Kan loe tau sendiri, kalo si Vino itu selalu aja ikut kemanapun cewek itu pergi." Terang Haris, dibenarkan oleh Dimas dan Bima.

"Omongan loe ada benernya juga. Tapi, jangan terlalu lama buat nunda hal itu. Karena bakal semakin bahaya lagi, kalo loe kasih kesempatan dia buat hidup."  Usul Dimas.

"Oke." Ujar Haris.

"Kita lihat aja nanti. Siapa yang bakalan lebih dulu mati, dan mendekam dipenjara."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Is NOT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang