Lima

244 35 6
                                    


Happy Reading^^

₩₩₩

Zoya meletakkan bolpoinnya kembali dengan rasa heran setelah dicegah oleh sang papa.

"Kenapa pa.??"

Tak ada sahutan dari papa selain sebuah senyuman. Zoya semakin tak mengerti.

"Papa masih kangen sama kamu. Gimana kalo kita jalan2 dulu.?? Hmm.. mau.?" Tawar Mario.

Mata Zoya berbinar mendengarnya. Ia sudah berfikir macam2 tadi. Niat awalnya meminta pendapat kini terlupakan. Zoya menyetujui ajakan papanya. Karena ia juga ingin menghabiskan waktu bersamanya.

"Pastinya mau pa.." ujarnya girang.

"Kalo gitu, ini kita bahas nanti. Sekarang ayo, kita keluar.!" Zoya mengangguk cepat ajakan papanya.

Tanpa berlama2, dokumen itu ia simpan kembali kedalam laci. Lalu bergegas mengikuti langkah sang papa keluar ruangan.

____

Beberapa menit berlalu usai kepergian ayah dan anak itu. Seseorang memasuki ruangan Zoya. Ia berjalan menuju meja kerja, mencari sesuatu disana. Setelah dapat, ia bergegas keluar ruangan. Langkahnya begitu tenang ketika melenggang dari kantor tersebut.

¤¤¤

"Bagaimana bisa hilang, Zoya.??"

"M maaf kak. Gue gak tau kenapa tiba2 hilang. Padahal gue inget betul koq, tadi pagi gue udah simpen." Ujar Zoya gugup.

Ini kali pertama ia melihat kemarahan dalam diri pemuda itu. Orang yang ia kenal dengan keramahannya berubah. Dan itu hanya karena kesalahannya. Zoya takut kepercayaan yang ia dapat hilang begitu saja.

Terlihat pemuda itu menghela nafas. Mencoba menetralkan emosi yang sempat memuncak. Tak ada yang bisa ia katakan kecuali menunggunya bersuara.

"Udah loe tandatangani isinya.?" kali ini, suara itu terdengar lebih lembut.

Zoya menggeleng ragu. Ia takut idolanya kembali marah.

"Belum kak." Jawab Zoya dengan kepala menunduk.

"Tapi udah sempet loe baca.??" nada lembut itu masih menghias suara beratnya.

"Belum.." lirih Zoya.

Pemuda itu, yang tak lain adalah Dimas membuang nafas kasar.

"Nih cewek bener2 bikin gue emosi. Tapi gak, gue harus sabar.. demi tujuan gue yang bentar lagi tercapai. Gue harus hadapi dia pelan2.."

Dimas tersenyum smirk memandang Zoya yang masih menunduk. Ia beranjak dari duduk dan berjalan mendekatinya.

"Loe kenapa nunduk..?? Hmm.." perlahan ia mengangkat wajah cantik Zoya.

Zoya mengikuti arahannya. Ia memberanikan diri menatap mata elang dihadapannya. Kelembutan yang ia dapat membuatnya terlena. Kini rasa takutnya berubah menjadi nyaman.

"Maaf kak.." lirih Zoya membalas tatapan pemuda itu.

"Tenang aja Zoy.. gue gak marah koq. Gue masih bisa buat lagi. Terus gue kasih ke loe." Ujarnya santai.

Dimas menegakkan tubuhnya. Ia memasukkan tangannya kesaku celana. Mendengar perkataannya, membuat Zoya tersenyum lega. Syukurlah, ketakutannya tidak nyata.

That Is NOT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang