-Sepuluh

228 37 2
                                    


Happy Reading ^^

₩₩₩


Prakkk.!

Telefon kabel dalam genggamannya terjun bebas dan nyaris menyentuh lantai dengan kabel yang masih terhubung. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan kekhawatiran diwajahnya segera mendekat.

"Zoya.. loe gak papa kan.??"

Garis wajahnya ikut panik ketika yang ditanya tak menyahut. Dengan cepat ia mengambil telefon yang masih tersambung. Iapun melanjutkan percakapan yang belum usai tadi.

Bola matanya membola, tangannya bergetar, dan detak jantungnya berdetak cepat. Ia terkejut. Waktu seakan berhenti untuk mereka berdua. Zoya danVino.

¤¤¤

"Akhirnya, tahap pertama berhasil. Sekarang kita lakukan tahap selanjutnya." Titahnya dengan pasti.

Ketiga anak buahnya mengangguk patuh. Sedangkan dua temannya bernama Bima dan Tamma tersenyum puas.

"Gue yakin, untuk selanjutnya pasti lebih seru lagi." Ujar pemuda bernama Tamma.

"Itu pasti. Karena kita buat rencana ini dengan matang." Timpal Bima.

"Loe berdua emang the best. Kalo aja gue tau loe ahli dalam hal ini, pasti dari awal gue ajak loe berdua." Sahut Dimas.

Ketiga sekawan itu tersenyum smirk. Senyum yang menawan namun penuh dengan kelicikan. Mereka patut dijadikan nominasi penjahat paling karismatik.

"Thanks yaa udah bantu gue." Ujarnya lagi.

"Ya.. kapanpun loe butuh kita, pasti kita bakal bantu loe. Bener kan Bim.??"

"Yo'i bro. Sampe kapanpun, kita tetep temen sejati(dalam kejahatan)."

¤¤¤

Gadis cantik bersama sang bodyguard kini telah sampai ditempat tujuan. Kini mereka berada diairport(bukan di Indonesia). Tanpa memperdulikan orang yang berlalu lalang, gadis itu terus berlari diikuti sang bodyguard. Beberapa kali ia ditarik karena hampir menabrak orang. Namun ia tak peduli dan terus berlari.

Tapi untuk kali ini, Vino benar2 menahannya. Karena Vino dan dirinya hendak menyebrangi jalan yang sesak dengan berbagai kendaraan.

"Zoy.. kendaliin diri loe. Kita pasti bisa sampai disana secepatnya. Tapi tolong jangan kayak gini. Loe bisa celaka." Bujuknya dengan mencengkram kuat kedua bahu Zoya yang berlapis jaket.

"Gue gak peduli.! Pokoknya sekarang juga gue mau ketemu Papa.! Gue harus sampai disana gimanapun caranya.!" Histeris Zoya.

Air matanya tak kunjung surut sejak perjalanan dimulai sampai tiba ditujuan. Yang ia fikirkan hanya bertemu dengan Mario-sang Papa-.

Vino tak ingin menyia2kan waktu dan membiarkan gadis itu terlalu lama menangis. Ia segera menyelipkan masing2 tangannya dileher dan lutut dalam Zoya. Ia membawa tubuh mungil itu  dengan gaya bridal saat menyeberang jalan.

Vino segera membawa Zoya masuk kedalam sebuah Taxi yang siap mengantar mereka berdua menemui Mario.

"Loe yang tenang ya Zoy.. kita akan segera sampai disana. Gue tau ini berat buat loe. Tapi gue akan selalu ada disisi loe kalau terjadi hal yang tak diinginkan." lirih batin Vino.

That Is NOT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang