Setiba di Bandung kami langsug menuju rumah sakit nenek dirawat. Begitu mobil berhenti di parkiran Rumah sakit Mama langsung turun berlarian menuju ruangan dimana nenek di dirawat. Aku dan Papa mengikuti Mama dibelakang. Sejak menerima telpon pada saat diperjalanan Mama kelihatan tak tenang.
Saat tiba diruangan dimana nenek dirawat om Aldy yang merupakan kakak kandung Mama langsung memeluknya.
"Mama udah gaada Ros" Satu kalimat itu membuat Mama meringkuk dan menangis histeris. Kakiku juga melemah rasanya tak kuasa untuk menahan diri. Papa memelukku erat, mencoba menenangkanku.
Aku sangat dekat dengan nenekku, walau sejak SMA kita hanya bertemu saat liburan saja. Namun setiap harinya beliau pasti menghubungiku. Menanyakan kabar, bahkan rutin bertanya apa aku sudah makan atau belum.
Dulu, aku lebih sering bersama nenek daripada orang tuaku karena mereka yang sibuk. Hingga Papa memutuskan untuk membeli rumah sendiri karena Papa berfikir aku sudah cukup dewasa.
Kehilangannya adalah sesuatu yang berat untukku. Apalagi aku tak bisa menemani disaat-saat terakhirnya. Papa mencoba menenangkan Mama karena om Aldy harus mengurus administrasi rumah sakit.
Setelah segala segala prosesi selesai, aku membantu tante Mira istri om Aldi untuk menemui tamu karena sampai saat ini Mama masih belum bisa sepenuhnya menerima bahwa nenek sudah tiada. Aku mengerti perasaannya, pasti sakit rasanya tak bisa berada disisi orang yang sangat disayang disaat terakhirnya.
"Kamu harus kuat sayang, agar kamu bisa menenangkan Mamamu" Papa menghampiriku ketika aku melihat Mama menangis sesegukan dari luar kamar dengan pintu yang tidak tertutup rapat. Aku hanya mengangguk tanda mengerti.
"Sana temani Mama kamu, Papa mau urus yang lain diluar"Aku mengangguk dan berjalan kearah Mama.
"Ma.... " Aku duduk disebelahnya.
Tak ada respon darinya."Ma... Aku sayang Mama" Aku memeluk Mama erat hingga akhirnya dia membalas memelukku.
"Ikhlasin nenek Ma.. " Tanpa sadar air mataku jatuh lagi.
"Mama belom makan dari kemarin, aku ambilin makan ya? " Tawarku padanya karena semenjak dari kemarin dia belum menyentuh makanan apapun. Dia hanya menggelengkan kepala.
"Aku ambilin minum ya... Setidak kalo Mama gamau makan Mama bisa minum. Biar ga sakit Ma, kalo Mama Sakit siapa yang bakal ngurus aku dan Papa. Aku ambilin ya... " Akhir Mama mau setelah aku membujuknya. Setidaknya walau hanya air putih perutnya tidak benar-benar kosong.
Setelah selesai memberi minum Mama, Papa datang menghampiriku. Papa bilang dibawah ada Bella dan Jo datang. Aku segera menghampiri mereka.
"Sal...... " Panggil Bella langsung memelukku.
"Bagaimana kalian tau?" Setiba di Bandung aku belum memegagang HP sama sekali. Entahlah aku tidak sempat untuk sekedar mengecek HP.
"Lo ini tega!!! Nenek juga nenek gue, kenapa kamu ga ngasih tahu gue" Bella merutuki karena tidak memberi kabar.
"Jo nelfon gue, dia nanya lo karena katanya HP lo ga aktif. Bener aja gue nelfon lo HP lo ga aktif. Akhirnya gue putusin buat nelfon nyokap lo karena gue khawatir"
"Maaf, gue ga pegang HP dari kemarin" Bella hanya memelukku lagi sambil menangis.
"Makasih udah dateng" Ucapku pada Bella dan Jo. Jo hanya mengangguk dan tersenyum.
Tiba-tiba saja aku melihat om Aldy berlarian menaiki tangga diikuti dengan tante Mira yang juga buru-buru menyusul. Aku langsung melepas pelukan Bella dan langsung berlari. Saat itu yang ada difikiranku hanya Mama dan benar ketika aku tiba di kamar Mama semua panik, Papa yang mencoba membangunkan Mama, om Aldy yang memanggil ambulance.
Kakiku melemas, aku menghampiri Mama yang masih menutup mata.
"Mama..... Ma... Bangun Ma... Pa.. Mama kenapa?" Aku sudah tidak bisa menahan tangisku."Tenang sayang, Mamamu akan baik-baik saja" Papa menenangkanku.
Ambulance datang, Mama di angkat Papa ke ambulance dan segera menuju rumah sakit.
Disinilah aku sekarang, di depan ruangan ICU bersama dengan Papa, Jo, dan om Aldy sedangkan Bella dan tante Mira tetap di rumah karena masih banyak tamu yang terus berdatangan. Rasanya badan ini sudah tak ada penopang, begitu lemah tuk berdiri, begitu lelah tuk menangis.
"Mengapa mereka lama sekali Pa?" Tanyaku yang semenjak 1 jam yang lalu berada disampingku dan terus memenangkanku. Aku bisa melihat dia sangat khawatir, tapi mencoba untuk tetap tenang.
"Berdoa sayang, biarkan mereka melakukan yang terbaik untuk Mama. Mama pasti baik-baik saja" Papa mengeratkan dekapannya.
Pintu terbuka, aku dan Papa langsung menghampiri dokter yang bertugas.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Papaku menatap dokter itu penuh dengan harap.
"Semua lancar, ini terjadi karena syok yang mengakibatkan tekanan darah pasien tinggi. Mohon untuk menjaga ketenangan pasien dan emosinya. Ini sangat riskan dan akan berdampak pada jantungnya. Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap" Penjelasan dokter cukup membuatku lega dan khawatir. Karena keadaan sekarang yang berbeda tentu sedikit sulit buat mengontrol emosinya.
Akhirnya Mama dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku perhatikan matanya masih tertutup rapat. Aku mengelus-ngelus tangannya dan air mataku jatuh lagi. Dalam hati aku sangat bersyukur masih bisa bersama lebih lama.
"Mama mu itu selalu saja menjadi yang paling lemah jika ada apa-apa, dari dulu hingga sekarang pun masih begitu. Bahkan saat Papa pergi pun dia seperti ini. Kadang Mama melarangku untuk memberitahu Mamamu jika kondisinya menurun. Karena ya begini..." Cerita om Aldy padaku.
"Sayang... Kamu belum makan, sana cari makan sama Jo" Papa menghampiriku setelah mengurus beberapa hal dengan dokter.
"Masih kenyang Pa"
"Makan sana sama Jo nanti kamu ikutan sakit, biar Papa yang jaga Mama"Bujuk Papaku.
"Nak Jo tolong temani Salsa makan" Pinta Papaku.
"Iya om" Jo pun mengajakku untuk mencari makan.
Makasih udah mau baca 😊😊😊
Jangan lupa votement!
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA'S STORIES (Selesai)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! judul lama : Carnation Highest rank : #1 in pengagumrahasia (25 Juli 2020) #1 in bem (27 Agt 2020) #1 in secretadmirer (04 Sept 2020) #3 in moveon (04 Sept 2020) #1 in sesak (20 Sept 2020) Ketika kau mengagumi seseorang...