Ungkapan

1.3K 85 41
                                    

Sinar matahari siang ini begitu menyengat tubuhku jika aku tidak berteduh dibawah pohon besar yang cukup rindang. Aku dan Jo berada dibawah pohon tepi danau duduk menikmati semilir angin yang menerpa. Tadi malam Jo memberitahuku bahwa dia akan mengantarkanku ke kampus dan sebelum itu dia ada sesuatu yang perlu dibicarakan.

"Btw lo mau ngomong apa?" Tanyaku pada Jo karena dari tadi dia hanya diam.

"Sal... Gue udah mengenal lo dari kecil" Ucapnya padaku lalu menganggukinya sebagai tanggapan.

"Saat gue bertemu lagi sama lo waktu itu gue seneng banget" Ucap Jo.

"Iya gue juga seneng banget dong. Gue kangen banget sama lo tau ga. Pas lo pergi gaada yang ngejailin gue lagi" Ucapku sambil tertawa, namun kulihat Jo hanya menatapku dengan wajah serius.

"Gue sayang banget sama lo Sal dari dulu bahkan sampai detik ini" Ucap Jo lagi.

"Gue juga sayang kok sama lo. Lo kan sahabat gue dari dulu, gausah melo gitu deh" Jelasku sambil tertawa.

"Please lo dengerin gue... " Pintanya padaku aku balas dengan anggukan.

"Gue suka sama lo. Bukan hanya sebatas sahabat" Jelasnya membuatku kaget. Aku ingin membuka suara namun Jo segera melanjutkan pembicaraannya.

"Mungkin dulu gue ngangep perasaan ini hanya sebatas kasih sayang antar teman karena mengingat usia kita yang masih bocah. Namun, ketika gue ketemu lo lagi rasa itu masih sama dan gue sadar itu ga seperti yang gue pikirkan dahulu. Saat itu gue mau perjuangin lo walau gue melihat dengan jelas tatapan lo pada Mahesa berbeda, karena gue pikir Mahesa ga punya perasaan yang sama ke lo. Tapi, gue salah dan gue semakin marah ketika dia nunjukin kecemburuannya didepan gue. Makanya gue waktu itu sengaja bilang kalo gue suka sama lo" Jelas Jo yang cukup membuatku terkejut.

Kemana saja aku selama ini kenapa aku tidak menyadarinya. Aku sungguh merutuki diriku sendiri. Tanpa sadar aku menitihkan air mata. Aku adalah sahabat yang sangat kejam yang tak tau perasaan sahabatnya sendiri. Aku terlalu fokus pada diriku hingga aku tak memperhatikannya.

"Jo... Maaf" Lirihku. Hanya kata itu yang mampu aku ucapkan.

"Lo ga perlu khawatir sama gue.. Gue baik-baik aja asal liat lo bahagia" Jo menenangkanku sambil menghapus air mataku.

"Gue cuma ngungkapin perasaan gue aja. Gue ga berharap lo balas perasaan gue karena gue tau hati lo dimana" Ucap Jo lalu aku memeluknya sambil menangis dengan keras. Untung suasananya sepi.

"Lo masih mau sahabatan sama gue kan?" Ucapku sambil meraung-raung menangis dipelukan Jo.

"Yaelah...iya iya... Ga usah nangis malu kalo ada yang liat. Apalagi kalo ingus lo sampe nempel di baju gue, gue gamau balik kerumah cuma buat mandi kembang 7 rupa ya... Gue ada kelas tar lagi" Aku melepas pelukanku lalu memukul-mukul lengan Jo karena aku kesal dengan ucapannya. Bisa-bisanya dia ngelawak dalam situasi seperti ini.

"Yaudah yuk gue anter lo... Takut telat" Jo berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Jo mengantarkanku ke kampus. Sampai di depan gerbang Jo menghentikan mobilnya. Aku berpamitan padanya lalu dengan segera turun dari mobilnya.

Baru aja aku melangkahkan kaki HPku bergetar. Aku melihat panggilan masuk dari Bella.

"Hallo, iya Bel kenapa!"

"Heh lo dimana? Cepet kesini kak Mahesa berantem"

"APA? DIMANA? "

"Kantin"

Aku langsung memutuskan panggilan lalu berlari menuju Kantin. Aku tak habis pikir bagaimana bisa seorang kak Mahesa bisa berantem.

Aku tersegal-tersegal sampai di Kantin. Aku melihat kerumunan dan mendengar suara baku hantam. Tak ada yang mencoba memisahkan. Aku menerobos ke kerumunan itu dan disana ku lihat Kak Mahesa sedang memukuli seorang cowok yang entah aku tidak kenal siapa. Tangan kak Mahesa memar dan wajahnya sudah penuh dengan luka tapi dia masih memukuli laki-laki itu.

"Kak Mahesa.... BERHENTI!" Teriakku ketika aku melihat ia ingin melayangkan tinjunya lagi.

Dia menoleh dan menatapku dengan mata yang masi merah karena emosi. Nafasnya naik turun begitu cepat dan tangannya yang masih mengepal.

Aku langsung menarik tangan kak Mahesa meninggalkan kerumunan. Aku marah, bagaimana bisa dia berantem apalagi ini di Kampus. Dia hanya mengikutiku dari belakang dengan aku yang menarik tangannya.

Setelah seperkian detik aku tersadar dan menghentikan langkahku. Aku menyeret kak Mahesa tapi aku bingung, aku harus bawa dia kemana. Lalu kak Mahesa balik menarikku menuju ke parkiran. Dia membawaku ke mobilnya lalu memelukku dengan nafas yang masih memburu.

"Biarkan seperti ini bentar aja" Ucapnya kak Mahesa yang masih memelukku. Aku balas memeluknya dan mengelus-ngelus punggungnya mencoba menenangkan. Seperti dia sangat emosi tadi.

Setelah ku rasa dia sudah cukup tenang aku melepaskan pelukannya. Pandanganku jatuh pada wajahnya yang penuh lebam.

"Ada kotak P3K?" Tanyaku sambil mengelus lebam diwajahnya. Dia hanya mengganguk dan mengambil kotak P3K di bagian depan mobilnya.

Aku membersihkan luka-luka yang ada di wajahnya lalu memberikan obat merah. Sesekali dia meringis kesakitan tapi aku biarkan saja. Siapa suruh berantem.

"Pelan-pelan Cha... " Pintanya padaku.

"Biarin! Siapa suruh berantem" Ucapku kesal namun dia hanya tersenyum lalu menggenggam tangan kiriku.

"Aku gapapa kok.. " Dengan santainya dia bilang tidak apa-apa padahal mukanya sudah hancur. Sengaja aku tekan salah satu luka diwajahnya hingga dia meringis kesakitan.

"Awh... Sakit Cha, kejam banget si kamu" Kak Mahesa meringis kesakitan.

"Kamu ada kelas kan? Udah telat 10 menit loh.. Gamau masuk? Sana masuk dulu! Nanti pulangnya bareng aku" Ucapnya lagi. Segera aku turun dari mobilnya dan menutup pintunya keras-keras saking kesalnya.




Gimana-gimana guys! Mau lanjut ga nih?
Sebenernya lagi ga mood banget nulis 😁 tapi aku paksain 😊😊
Makasih yang masih setia nunggu.

Apa yang kalian pikirkan tentang 👇

- Salsa

- Mahesa

- Jo

Kira" kenapa tuh Mahesa berantem?

Jangan lupa votemenya ya... Makasih ♥



SALSA'S STORIES (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang