Epilog

3.2K 84 24
                                    

Aku mengerjaapkan mata perlahan terbangun dari tidurku. Pertama yang ku lihat adalah sosok pria yang beberapa hari yang lalu telah resmi menjadi suamiku dan tengah memelukku erat dalam tidurnya.

Dia, Rezky Mahesa Pradipta yang sebulan yang lalu sehari setelah kepulangannya dari LA meminta izin secara resmi pada orang tuaku untuk menjadikan aku pendamping hidupnya dan ibu dari anak-anaknya.

Kenapa aku bilang secara resmi? Karena tanpa sepengetahuanku ia sudah lama merencanakan dan membicarakannya dengan orang tuaku dan dan keluarganya sebelum ia kembali ke Indonesia.

Bahkan setelah aku menyetujui pinangannya dia langsung mengeluarkan undangan pernikahan kami saat itu juga dan aku hanya menganga tak percaya. Mamaku, Mama Marisa dan Papaku tertawa puas dengan keterkejutanku.

Bagaimana pria itu sangat percaya diri sekali aku akan menerimanya. Ya walaupun katanya aku tidak akan menolak dan jika pun aku menolak ia akan memaksa dengan dalih ia sudah menyiapkan pernikahan kami sudah sampai 90%.

Dan bodohnya lagi, aku menceritakan semua itu pada Bella. Kalian tau bagaimana reaksinya? Biasa saja, dan dia bilang dia sudah menyiapkan gaun untuk resepsi pernikahanku yang berarti dia sudah mengetahui semua rencana kak Mahesa. Ternyata selama ini aku dibodohi. Bayangkan saja, Bella adalah satu-satunya orang yang selalu menakutiku. Dia bilang "Mahesa tidak akan kembali. Gue curiga dia sudah ada wanita lain disana. Apa lo ga curiga sama sekali? Kalo ga ada wanita lain mana mungkin dia betah banget di negara orang"

Walaupun ia mengatakan dengan nada bercanda dan senyum jahilnya, Jujur saat itu aku resah. Walaupun kak Mahesa bilang alasan ia memperpanjang kontrak disana tapi kan hati manusia siapa yang tau? Perasaan itu datang dengan sendirinya tak tau tempat, waktu, dan kepada siapa orangnya.

Aku percaya padanya, jika pun itu benar-benar terjadi aku akan melepaskannya. Walau ku tahu aku akan tersakiti setengah mati. Buat apa mempertahankan jika rasaku dan rasanya tak lagi sama.

Namun, semua itu tak pernah terjadi, karena sekarang ia berada didepan mataku, memelukku erat dan mungkin akan begitu seterusnya. Menjadi orang pertama yang aku lihat setelah aku terbangun dari tidurku.

Cukup lama memandangi wajah damai tidurnya. Aku memutuskan untuk melepaskan pelukan yang melingkar diperutku perlahan agar tak membagunkannya.

Aku beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi aku memutuskan membuat sarapan.

30 menit berlalu acara masak-masakku sudah selesai aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan membangunkannya.

Ternyata ia belum terbangun. Aku membuka korden kamar kami hingga sinar cahaya matahari menerobos masuk membuat ia terjaga.

"Pagi," Sapaku padanya yang ia balas dengan senyuman manisnya.

Ia menghampiriku dan memelukku. "Kamu udah wangi, sayang"

"Iyalah, aku kan sudah mandi. Sana kakak mandi dulu, abis itu kita sarapan" Ucapku tapi tak dihiraukan olehnya. Dia malah semakin asik memelukku dan menumpu kepalanya dipundakku.

"Masih mau peluk kamu," Katanya membuatku memutar bola mataku malas.

"Aku sudah buat sarapan, nanti dingin. Kakak mau aku repot lagi?" Sebenarnya itu cuma alasanku saja. Tapi itu cukup berhasil.

"Okay, tapi morning kiss dulu" Kak Mahesa melepaskan pelukannya.

Aku menghembuskan nafas lalu mencium pipinya.

"Kok di pipi? Disini dong" Rengek kak Mahesa sambil meletakkan jarinya dibibirnya.

"Mandi atau aku akan marah!"

SALSA'S STORIES (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang