Gedung yang menjadi ikon dari sebuah perusahaan besar itu bersinar dengan terang.
Dengan ketinggian mencapai 1.776 kaki dan memiliki 94 lantai, menjadikan gedung itu yang
tertinggi di kota New York yang terkenal dengan julukan The Big Apple. Belum banyak yang
tahu siapa sesungguhnya si Billionaire yang berhasil membangun gedung pencakar langit di
kota itu.
Seorang wanita dengan paras cantik bak seorang malaikat yang turun ke bumi, tengahmenatap gemerlap cahaya kota dari titik paling tinggi di New York. Mata biru langitnya
beralih menatap bintang yang bertabur di langit malam. Sesekali menghela napas, lelah akan
pekerjaan yang tak kunjung selesai.
Ia mengangkat tangannya di depan dagu, menatap jam yang melingkari pergelangan
tangannya. Waktu menunjukan pukul satu malam, dan sekarang perutnya berbunyi nyaring di
ruang yang lengang. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu membalikkan badan dan menatap setumpuk berkas yang berantakan di atas meja kerjanya, melangkahkan kaki, duduk
di kursi kebesarannya. Memulai kembali kegiatannya berkutat dengan laptop yang menyala
terang di dalam ruangan dengan pencahayaan redup, tak menghiraukan rasa laparnya
sekarang.
"Kau ini, masih saja." Wanita itu dikejutkan dengan kehadiran seseorang, matanyamenatap dengan datar, berusaha tak memperdulikan seorang perempuan yang saat ini duduk
di sofa ruangannya.
"Kalau seperti ini terus bagaimana kau akan menikah, huh?"
Wanita yang pesonanya diragukan itu mendengus kasar, dia mengambil sebuah penalalu melemparkannya ke arah Kiren.
Lemparannya tepat mengenai kening Kiren lumayankeras, membuat wanita itu mengaduh sambil mengelus jidatnya yang sudah lumayan banyak
menguras isi dompetnya.
"Kau gila? Meleset sedikit kan bisa buta mataku!" rutuk Kiren pada wanita itu.Namun percuma saja, hanya gumaman kecil yang wanita itu keluarkan. Lagi pula Kiren tidak
cukup punya keyakinan melawan wanita itu, dia adalah wanita nomor satu di negara ini,
wanita cantik dengan bakat yang tidak biasa. Angel Lalisa Bert.
Wajahnya, postur tubuhnya, bahkan kecerdasannya, tak ada yang bisa menandingi. Tidak tahu sudah berapa lama Kiren memendam perasaan obsesi itu padanya.
"Berhenti mengganggu ketenanganku, kau selalu datang saat aku ingin fokusmenyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk ini. Sudahlah, sekarang apa maumu, Nona
Muda?" Tatapannya beralih dari layar laptop, menatap mata Kiren dengan serius.
Sudah lewat tengah malam, hiruk pikuk di jalanan New York yang biasa padat sekarang lengang,
menyisakan beberapa kendaraan yang tak peduli ini siang atau malam. Sama saja.
"Ada urusan, you know what I mean." Angel mengangguk. Dia membereskan berkasyang berantakan di atas meja, menyimpan file yang ia kerjakan lalu menutup laptopnya.
Dia
beranjak duduk di samping Kiren, kepalanya ia sandarkan ke sandaran sofa yang tingginya
![](https://img.wattpad.com/cover/204352676-288-k83959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother is CEO
Romance𝘼𝙣𝙜𝙚𝙡 𝙇𝙖𝙡𝙞𝙨𝙖 𝘽𝙚𝙧𝙩, wanita karir paling sukses di usia 24 tahun yang lama men-jomblo karena sifatnya yang 'sangat pemilih', namun tidak ada yang bisa menandingi kehebatannya soal mengelola perusahaan. Pertemuannya dengan seorang anak...