Angel PoV
"Alex, bisa nggak kamu anterin Angel ke butik buat ambil gaun?" Tanya Mom saat Alex dan keluarganya berkunjung ke rumah. Sementara aku mengajak Al dan Is untuk bermain di kamar mereka.
"Mom, Al sama Is udah bisa main bola. Ya kan Is?" Is mengangguk sambil memegang sebuah remot kontrol sebuah mobil mainan.
"Hm ... Kalau gitu, nanti kita bikin lapangan buat main bola di rumah Mom, mau nggak?" Tawarku pada Al dan Is. Mereka berdua sama-sama mendongakkan wajahnya menatapku.
"No! Buatnya di rumah baru kita aja, jangan di rumah Mom. Kata Dady, nanti kita bikin rumah baru yang lebih besar. Dan ada tempat buat main timezone," ucap Al dan disetujui oleh kembarannya, siapa lagi kalau bukan Is.
"Hm ... Emangnya rumah Mommy kurang besar yah?" Ucapku sambil tersenyum. "E ... Enggak," ucap Al dan Is bersamaan.
"Jadi, tetep mau yah pindah rumah baru?" Tanyaku pada mereka. Dan jawabannya sama, mereka berdua mengangguk.
"Ya udah Mom ngalah, nanti kita bikin rumah baru," ucapku. Al dan Is tersenyum, mereka berdua bangkit berdiri lalu memelukku.
"Is sayang Mom sama Dad," ujar Is sambil memelukku. "Al juga," ucap Al. Aku mengelus puncak rambut Al dan Is.
*****
"Alex, kamu ngomong ke Al sama Is buat punya rumah baru yah?" Tanyaku sambil menatapnya yang sedang mengemudi.
"Huh? Rumah baru? Iya kemarin aku bilang gitu sama mereka, memangnya kenapa?" Tanya Alex menatapku selama beberapa detik.
"Kita belum tentu nikah lho, lagian kenapa nggak ke rumah aku aja," ucapku. Alex diam, entah apa yang sekarang dia pikirkan.
"Ya, aku nggak enak aja." Aku mengangkat kedua alisku. "Rumah aku itu nggak ada yang nempatin lho."
"Ya udah jual aja," ujar Alex dengan tenang.
"Emangnya kamu pikir gampang jual rumah gede kayak gitu, aku yakin sampe sepuluh tahun nunggu pun nggak ada yang beli. Butuh nabung dua puluh tahun buat beli itu rumah."
"Terus, kenapa kamu bangun rumah Segede itu kalau akhirnya nggak ada yang nempatin?" Tanya Alex masih fokus pada jalan di depan.
"Em ... Aku itu suka kesunyian, maka saat aku lagi capek sama kerjaan, aku pasti ke rumah itu." Alex menatapku beberapa detik.
"Rumah Segede itu cuman buat menyendiri?" Tanya Alex. Aku mengangguk, aku tidak tahu dia melihat atau tidak. Yang jelas aku akan melakukan sesuatu yang menurutku itu membuatku senang.
*****
"Udah?" Tanya Alex saat aku mendekatinya. Aku menunjukan paper bag berisikan gaun untuk pertunangan besok.
"Mau ke kafe dulu nggak?" Tanya Alex. Aku menatap ke depan, di sana ada sebuah kafe yang baru di buka.
"Boleh." Alex mengangguk, dia memelankan laju mobil nya lalu memarkirkannya.
Kringg
Saat aku membuka pintu, suara lonceng yang di pasang di atas pintu membuat perhatian beberapa pengunjung menatap ke arahku.
"Mau pesan apa?" Tanya Alex sambil melihat-lihat buku menu.
"Orange juice." Alex mengangguk, lalu mulai mengucapkan satu-satu yang ia pesan.
Lagi-lagi, suasana antara aku dan Alex menjadi canggung dan hening.
"Em ... Maaf jika aku menyinggung. Tapi, ada suatu hal yang selalu mengganjal dalam hatiku," ucapku mengawali pembicaraan.
Alex mengangkat kedua alisnya. "Apa?" Tanyanya sambil meletakan ponsel yang sedari tadi ia genggam.
"Ini tentang Clara." Aku mengembuskan napas ku dengan berat. Jujur ini topik yang tidak aku sukai.
"Kamu punya masa lalu sama dia, seberapa dekat kalian?" Tanyaku. Alex menatap mataku, lalu tersenyum. Sekarang, dia jadi sering tersenyum.
"Dia adalah orang yang aku cinta," ucap Alex. Aku mengangguk, tapi sedikit merasa, kecewa? Aku tidak tahu dengan perasaanku sendiri.
"Tapi itu dulu, sebelum aku bener-bener ingin serius sama kamu," ujar Alex lalu tersenyum. Aku terdiam, apakah Alex benar-benar ingin serius?
Suasana kembali canggung, ini hanya perasaanku saja atau Alex juga merasakan hal yang sama?
Angel PoV end*****
______________________________________________________________________________________Maaf ya kalau ceritanya kurang bagus, maaf juga karena kata-nya dikit banget.
Buat yang selalu stay dengan cerita ini thanks banget, author nggak ada apa-apanya kalau nggak ada kalian.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother is CEO
Romantik𝘼𝙣𝙜𝙚𝙡 𝙇𝙖𝙡𝙞𝙨𝙖 𝘽𝙚𝙧𝙩, wanita karir paling sukses di usia 24 tahun yang lama men-jomblo karena sifatnya yang 'sangat pemilih', namun tidak ada yang bisa menandingi kehebatannya soal mengelola perusahaan. Pertemuannya dengan seorang anak...