June dan Donghyuk tersenyum samar ketika melihat dua gadis yang menyandang status sebagai sahabatnya ini bahagia. Setelah sore tadi mereka menghabiskan waktu di taman, kini mereka memutuskan untuk makan malam di sebuah resto yang tidak jauh dari taman tersebut.
Lagi, senyum June mengembang ketika ia melihat Rosé yang tengah melahap makanannya dengan semangat. Namun, perlahan senyumnya luntur ketika bayang-bayang Lisa terlintas dalam pikirannya. Lisa---- dia kekasih Rosé juga orang yang selalu membuat Rosé menangis.
Apa spesialnya Lisa? Mengapa Rosé sampai saat ini masih tetap bertahan dalam hubungannya yang tidak jelas dengan Lisa? Apakah Lisa memperlakukan Rosé dengan baik? Tentu saja tidak.
"June, kau memikirkan apa?"
Suara Jisoo membuat June segera sadar dari lamunannya, kemudian ia menggeleng sembari menyunggingkan senyumnya. "Tidak, aku sedang tidak memikirkan apapun."
"Kau serius? Seolah-olah ada suatu hal yang menjadi beban untukmu."
"Tentu aku serius, aku hanya masih lapar saja." celutuk June asal.
Rosé kemudian menyerahkan sepotong dagingnya untuk June. "Makanlah punyaku."
June mengangguk kemudian tersenyum tipis. June menghembuskan napasnya lega, sahabat-sahabatnya ini tidak menaruh curiga padanya.
"Cepat makanmu, kita harus segera mengantar Chaeng pulang, sebelum kekasihnya itu memaki-maki kita." ujar Jisoo.
Spontan, Rosé bersama kedua sahabatnya yang lain melirik ke arah Jisoo. Sedangkan Jisoo yang merasa diamati, justru menghembuskan napasnya dengan kasar. "Bukan bermaksud apa-apa, tapi---- kekasihmu itu memang menyebalkan."
"Ya, aku tau." balas Rosé dengan ekspresi wajah yang tidak bisa diartikan.
June mengamati Rosé, ia tau bahwa Rosé sedang tidak baik. "Jadi---- benar kau ada janji dengan si Manoban itu?"
Rosé mengangguk pelan. "Tapi kalian tenang saja, Lisa pasti akan datang terlambat, jadi kita tidak perlu buru-buru."
"Dia memang selalu terlambat, karena dia lebih mengutamakan Jennie daripada kau, kekasihnya sendiri." sindir June sembari melahap makanannya.
Rosé tersenyum menanggapi kalimat June, kemudian raut wajahnya berubah menjadi muram. Miris sekali bukan, karena apa yang dikatakan June adalah fakta. Lisa lebih mengutamakan Jennie, padahal Rosé adalah kekasih Lisa. Tapi, Rosé paham dengan kondisinya, ini adalah resiko yang memang harusnya ia terima.
Mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak mencintai kita, sudah pasti tidak akan pernah ada kebahagiaan, melainkan rasa sakit dan luka yang terus mendampinginya. Ya sudahlah, lagian Rosé tidak mau berhenti untuk berjuang, ia tidak apa-apa jika Lisa selalu mengutamakan Jennie, asalkan Lisa setidaknya juga memiliki sedikit waktu untuknya, itu sudah sangat cukup bagi Rosé.
"Jaga mulutmu bodoh." ujar Jisoo sembari mencubit lengan June.
June mengerang kesakitan, kemudian lelaki itu menatap Rosé. "Maafkan aku, Chaeng. Aku tidak bermaksud menjelekan nama Lisa, tapi memang dia sudah sangat jelek dimataku. Selalu saja menyakitimu dengan alasan yang sama, bodoh memang."
Donghyuk yang sedari tadi hanya diam menyimak, kini angkat suara. "Sudahlah, mengapa jadi membahas si Manoban itu? Kita lanjutkan makan malam kita, setelah itu kita antar Chaeng pulang."