Tiga puluh empat

1.3K 208 58
                                    

"Chaeng, kau yakin?"

Pertanyaan June membuat Rosé menoleh ke arah lelaki itu, kemudian ia menganggukan kepalanya singkat. "Aku yakin."

"Kau tau, sebenarnya aku sangat tidak setuju dengan keinginanmu itu."

"Ya, aku tau. Kau dan Jisoo juga Donghyuk tidak akan pernah menyetujuinya. Tapi ini keputusanku June, aku ingin melakukannya."

June menghembuskan napasnya panjang, kemudian duduk di samping gadis yang dicintainya itu. "Lisa---- apa dia mengetahui soal ini?"

Rosé menggeleng pelan.

"Mengapa? Mengapa tidak memberitahu dia? Dia kekasihmu dan dia perlu tau."

"Tidak perlu, dia tidak perlu tau soal ini."

"Tapi----"

Kedatangan Donghyuk membuat June menghentikan kalimatnya. Lelaki itu ikut duduk bergabung dengan June dan Rosé meski sebenarnya ia ingin sekali menggoda Bobby dan Jisoo yang juga sedang asik mengobrol berdua di ruang makan.

"Di mana Hanbin?" tanya Rosé pada Donghyuk.

"Hanbin? Mengapa mencari dia?" Donghyuk balik bertanya.

Ah, bodoh! Donghyuk baru saja teringat alasan mengapa sahabatnya ini mencari Hanbin.

"Dia sedang di luar, mungkin sebentar lagi menyusul."

Rosé mengangguk pelan menanggapi kalimat Donghyuk.

Berbeda dengan Rosé, June justru diam. Lelaki itu sejak tadi tidak ada hentinya menatap Rosé , rasanya masih tidak rela jika setelah ini Rosé harus---- ah, intinya June tidak suka karena Rosé berkorban untuk orang yang jelas-jelas sangat membencinya bahkan orang yang membuat gadis itu menderita.

Pikir June, mengapa Rosé harus terlalu baik pada orang yang jelas-jelas menghancurkan hidupnya? Apakah ini adil untuk gadis sebaik dia?

June menghembuskan napasnya pelan, kemudian menyandarkan dirinya pada sofa dengan pikirannya membelenggu entah kemana.

Sedangkan di ruang makan, ada Bobby dan Jisoo yang sejak tadi asik mengobrol satu sama lain. Lebih tepatnya juga membahas tentang keputusan Rosé.

"Dia akan baik-baik saja, percayalah padaku. Sahabatmu itu, dia gadis yang luar biasa. Aku juga terkadang heran mengapa Lisa tidak bisa mencintainya."

Jisoo mengangguk menanggapi kalimat Bobby, ia sangat menyetujui dengan apa yang Bobby katakan. Mengapa Lisa tidak pernah bisa mencintai Rosé?

"Lalu---- bagaimana dengan Jennie?"

"Dia---- dia baik, tapi---- tetap dengan kondisi yang sama, dia membutuhkan donor ginjal."

Jisoo diam, pandangannya yang semula menatap Bobby kini menoleh ke arah Rosé dan menatap sahabatnya itu dengan dalam. Tanpa sadar Jisoo menyunggingkan senyumnya ketika melihat June dan Donghyuk yang berhasil membuat Rosé tertawa dengan lepas.

"Lisa berniat untuk menjadi pendonor Jennie, tapi Jennie menolak dengan alasan dia tidak mau kehilangan Lisa."

Jisoo spontan kembali menatap Bobby. "Sama, aku juga tidak ingin kehilangan Chaeng."

"Aku tau perasaanmu, aku tau apa yang kau rasakan." ucap Bobby.

Bobby memberanikan dirinya untuk meraih tangan Jisoo kemudian menggenggamnya.

Jisoo yang merasakan genggaman tangan Bobby spontan menatap lelaki itu.

"Percaya padaku, Chaeyoung adalah gadis yang kuat dan dia bisa melewati semua ini. Chaeyoung mempunyai kau, June, Donghyuk. Dia mempunyai orang-orang yang mencintai dia dengan tulus. Dia mempunyai ketiga sahabat yang luar biasa seperti kalian. Dia akan baik-baik saja Kim Jisoo, yang harus kau lakukan adalah selalu mendoakan dia dan selalu berada di sampingnya."

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang