Empat puluh empat

1.3K 165 70
                                    

"Aku minta maaf."

Lisa mengangkat kedua alisnya. "Minta maaf untuk?"

"Karena aku sudah salah paham denganmu, juga karena sikapku yang benar-benar menyebalkan."

"Chaeng, jangan minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf."

Rosé menggeleng cepat. "Tidak! Aku yang salah, Lisa. Aku salah paham padamu, terlebih saat ini kau sedang dalam keadaan yang tidak baik bukan? Jennie---- aku turut prihatin dengannya."

Lisa tersenyum samar mendengar kalimat Rosé, tangannya bergerak meraih tangan Rosé kemudian menggenggamnya.

"Tapi aku juga salah, aku meninggalkanmu sendiri, bahkan mungkin aku terlalu banyak menghabiskan waktuku untuk Jennie."

"Kau meninggalkanku karena suatu alasan dan alasan itu adalah Jennie, jadi wajar saja kau meninggalkanku. Jennie pasti sangat membutuhkanmu."

Lisa kembali tersenyum samar. "Terimakasih untuk pengertianmu."

"Jennie---- bagaimana keadaan dia sekarang?"

Lisa mengedikkan kedua bahunya, raut wajahnya mendadak berubah menjadi murung.

"Dia baik-baik saja kan?"

"Aku tidak tau."

"Apa maksud kau tidak tau?"

Lisa menggeleng lesu. "Aku benar-benar tidak tau, Chaeng. Aku tidak tau apakah penyakit Jennie masih bisa disembuhkan."

"Kau harus yakin, Lisa, kau harus yakin kalau Jennie----"

"Kau sendiri bagaimana? Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Rosé menghembuskan napasnya panjang, Lisa baru saja menyela kalimatnya dan Rosé yakin bahwa Lisa sengaja mengganti topik pembicaraan mereka. Ya sudah, apa boleh buat? Mungkin memang Lisa tidak mau membahas tentang Jennie bukan?

"Aku menjadi lebih baik."

"Syukurlah, kuharap kau akan selalu baik."

Rosé menyunggingkan senyumnya. "Kuharap Jennie pun juga begitu."

Lisa sontak terdiam, kini raut wajahnya berubah menjadi sendu ketika Lisa mendengar nama Jennie kembali disebut.

Rasa takut dalam diri Lisa kembali muncul, ketakutan yang luar biasa akan kehilangan Jennie. Lisa tidak akan pernah siap kehilangan Jennie. Lisa juga berpikir, lebih baik dirinya yang menanggung semua rasa sakit ini dan menggantikan Jennie.

"Chaeng."

Rosé menoleh, menatap Lisa saksama. Rosé tau ada suatu hal yang akan Lisa katakan pada dirinya, jadi ia memilih untuk diam dan membiarkan Lisa untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kau pernah mengatakan padaku, kalau suatu saat nanti pasti kita semua akan pergi dan hal itu juga berlaku untuk Jennie bukan? Dan kau juga pernah mengatakan padaku, apapun yang terjadi aku harus siap untuk kehilangan dia. Begitu kan Chaeng?"

Rosé mengangguk pelan, menyimak kalimat Lisa dengan baik.

"Tapi Chaeng---- bagaimana jika aku tidak bisa melakukannya? Bagaimana jika aku tidak siap kehilangan dia? Apa yang harus kulakukan, Chaeng?"

"Kau bertanya padaku? Kau yakin? Kau mengharapkan jawaban apa dariku?"

"Aku---- aku tidak tau harus bagaimana menghadapi semua ini."

Rosé tersenyum samar mendengar kalimat Lisa. "Kau begitu takut ya, Lisa?"

Tanpa Lisa sadari, ia menganggukkan kepalanya pelan.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang