Tiga puluh tiga

1.3K 213 55
                                    

Hanbin meminum jus mangga yang baru saja ia beli di cafetaria rumah sakit. Benar, saat ini Hanbin berada di cafetaria rumah sakit untuk bertemu dengan Lisa.

Baru saja lelaki itu hendak mengirim pesan untuk Lisa, namun gadis itu sudah terlebih dahulu datang dan duduk tepat di hadapannya.

"Jadi apa? Apa yang ingin kau katakan padaku?"

"Tenanglah, kau baru saja datang. Mau memesan sesuatu dulu?"

Lisa menggeleng cepat. "Tidak Hanbin. Bisakah kau langsung saja? Aku tidak punya banyak waktu, aku meninggalkan Jennie sendiri di kamarnya untuk bertemu denganmu."

"Baiklah." ucap Hanbin yang kemudian menarik napasnya dalam dan menghembuskannya pelan. "Aku ingin bicara tentang Jennie."

"Tentang apa? Mengapa tiba-tiba kau ingin bicara tentang Jennie?"

Hanbin kembali menghembuskan napasnya, ia ragu untuk mengatakannya pada Lisa. Tapi---- jika Hanbin pikir-pikir, pasti sahabatnya setelah ini akan sangat bahagia.

"Aku menemukan pendonor untuk Jennie. Ada orang yang ingin menjadi pendonor untuknya."

Mata Lisa berbinar sesaat. Apa benar yang dikatakan Hanbin? Benarkah ada orang yang mau menjadi pendonor untuk Jennie? Siapa orang itu?

Ah, Lisa sangat bahagia. Berarti gadis yang dicintainya itu akan segera sembuh bukan? Lisa jadi penasaran siapa orang itu. Lisa benar-benar harus sangat berterima kasih pada pendonor itu.

"Kau---- kau tidak bercanda kan?"

Hanbin menggeleng cepat. "Apa aku terlihat sedang bercanda? Kau pikir aku bercanda, Lisa?"

"Ah, tentu saja tidak, maafkan aku."

"Dia serius ingin menjadi pendonor untuk Jennie, dia ingin membantu Jennie."

"Siapa orang itu? Bolehkah aku bertemu dengannya?"

Hanbin menggeleng. "Tidak. Kau tidak boleh bertemu dengannya, lagipula pihak rumah sakit juga tidak akan membiarkan Jennie ataupun kau untuk mengetahui siapa pendonor itu."

Lisa mendesah kecewa, padahal ia ingin sekali bertemu dengan pendonor itu setidaknya untuk mengucapkan terima kasih banyak karena telah bersedia untuk menjadi pendonor Jennie.

"Kau---- bagaimana caranya kau bisa menemukan pendonor itu?"

"Tentu saja bisa, kau sendiri kan yang memintaku untuk membantumu mencari pendonor untuk Jennie?" tutur Hanbin sembari kembali menyesap segelas jusnya.

Lisa mengangguk pelan. "Ya memang, tapi bagaimana caranya bisa secepat itu kau menemukan pendonornya? Bahkan pihak rumah sakit sampai saat ini belum menemukan pendonornya."

Hanbin tidak menjawab, lelaki itu masih saja sibuk menyesap segelas jus mangga miliknya.

"Kau mengenal orang itu? Dan apakah aku juga mengenalnya?"

Hanbin tersenyum miring. "Lisa, jika aku menjawab pertanyaan mu sama saja aku membocorkan identitas pendonor itu. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjawab pertanyaan mu."

Lisa mendesah kecewa, ia benar-benar ingin tau siapa pendonor itu, tapi mau bagaimana lagi? Hanbin tidak ingin memberitahunya, ya sudah tidak apa-apa, yang terpenting orang itu adalah orang yang baik, Lisa sangat yakin karena orang itu mau menjadi pendonor untuk Jennie.

"Kau kenapa ingin sekali tau tentang dia?"

"Tentu saja, aku ingin berterimakasih padanya."

"Kau ingin berterimakasih dengannya? Aku bisa menyampaikan padanya atau kau bisa mengirim surat untuknya dan aku akan memberikannya."

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang