Dua puluh

1.7K 237 32
                                    

"Tolong, tinggalkan Chaeng."

Itu adalah kalimat yang Jisoo katakan ketika gadis itu meminta sesuatu pada Lisa.

Jadi, apa yang harus Lisa lakukan? Meninggalkan Chaeng? Yang benar saja. Lisa tidak akan pernah mampu melakukannya, meski ia sangat ingin melakukannya dan dengan senang hati akan melakukannya karena sahabat Rosé sendiri yang meminta dirinya untuk meninggalkan Rosé. Tapi---- tetap saja Lisa tidak akan pernah mampu melakukannya.

Ada beberapa alasan yang membuat Lisa tidak mampu melakukannya. Salah satunya adalah karena gadis itu selalu mencintainya dan tidak pernah sedikitpun berniat meninggalkannya meski Lisa selalu menorehkan luka untuk Rosé.

Bagi Lisa secara pribadi, Rosé benar-benar sosok malaikat. Bagaimana tidak? Gadis itu selalu mau mengalah bahkan memaafkannya padahal kesalahan yang telah Lisa perbuat sudah sangat fatal dan tidak bisa dimaafkan.

"Mengapa diam? Aku membutuhkan jawabanmu dan jawaban yang kubutuhkan adalah ya, kau akan meninggalkan Chaeng."

Suara Jisoo membuyarkan lamunannya, pada detik itu juga Lisa kembali sadar pada realitanya. Lisa menatap ke arah Rosé, pandangan gadis itu kosong, menatap lurus ke depan dengan tatapan matanya yang sendu. Lisa benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

Saat ini Rosé benar-benar sudah pasrah, jika nanti pada akhirnya Lisa akan meninggalkanya, maka siap tidak siap, Rosé harus siap. Mungkin takdirnya memang bukan bersama Lisa. Lisa mencintai Jennie. Rosé? Siapa dirinya untuk Lisa? Hanya seseorang yang tidak diharapkan Lisa yang tidak sengaja justru berstatus sebagai kekasih Lisa. Ah, miris.

"Kau mendengarku kan, Lalisa?" tanya Jisoo sekali lagi.

Jujur saja, sebenarnya Jisoo tidak ingin melakukan ini, karena ia sadar bahwa ini hanya akan semakin melukai Rosé. Namun bagaimana lagi? Jisoo memang harus melakukannya, ini untuk kebaikan Rosé. Jisoo sudah lelah dan tidak sanggup lagi melihat sahabat sekaligus orang yang dicintainya ini terluka karena seseorang bernama Lalisa Manoban.

"Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya?"

Detik itu juga, Rosé menatap ke arah Lisa dengan tidak percaya. Apa maksud kalimat Lisa? Apa Lisa tidak ingin mengakhiri hubungannya? Benarkah Lisa ingin mempertahankan hubungannya? Tapi, untuk apa Lisa melakukannya? Bukankah seharusnya dengan senang hati Lisa menerima tawaran Jisoo?

Lisa dapat hidup bahagia dengan Jennie, Lisa sudah tidak akan lagi terganggu dengan kehadiran Rosé. Mengapa? Mengapa Lisa tidak mau melakukannya? Apa Lisa tidak ingin bahagia bersama Jennie?

Sama halnya dengan Rosé, Jisoo juga sempat terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang ia dapat dari Lisa. Jisoo pikir Lisa ini memang rumit, ia tidak bisa memahami jalan pikiran Lisa. Jisoo jadi berpikir, bahwa sebenarnya ada suatu hal yang sedang Lisa rencanakan. Tapi---- apakah itu benar?

"Kau menolak permintaanku? Mengapa? Mengapa kau menolaknya? Jelaskan padaku."

"Aku----"

"Kau kenapa? Belum puas menyakitinya, begitu Lalisa?"

Lisa menggeleng cepat. Apa yang dikatakan Jisoo sama sekali tidak benar, ia tidak pernah mempunyai pikiran seperti itu.

"Sebenarnya apa yang kau harapkan dari sahabatku yang lumpuh dan tidak berguna ini? Begitukan? Cara Jennie menyebut Chaeng. Lumpuh dan tidak berguna, serendah itukah Chaeng dimata gadis yang kau cintai itu?"

Rosé tidak tau harus berbuat apa. Seharusnya, ia bisa saja menghentikan Jisoo, tapi entah mengapa ia tidak ingin menghentikannya. Entahlah, rasanya seperti Jisoo sedang mewakilinya, mengeluarkan segala isi hatinya selama ini di hadapan Lisa.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang