warning: part ini adalah part panjang, jadi saya mohon untuk kalian yang akan membaca cerita ini bisa memberi vote terlebih dahulu.
pokoknya di part ini harus, wajib, kudu memberi vote.
satu lagi, part ini mungkin akan menjadi part yang begitu emosional untuk kalian, jadi di mohon untuk kalian rileks saja ketika membacanya.
terima kasih.
Lisa tidak suka menangis, karena baginya menangis itu identik dengan orang-orang yang lemah. Sedangkan Lisa? Lisa merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang lemah, jadi untuk apa dirinya menangis? Lisa hanya akan menangis ketika dirinya memang diharuskan untuk menangis.
Sebagai contoh, ketika dirinya merasakan rasa takut yang luar biasa jika harus kehilangan Jennie, kemudian ketika dirinya benar-benar harus kehilangan Jennie untuk selamanya, dan juga rasa takut yang teramat besar akan kehilangan Rosé.
Ya, hari ini Lisa kembali menangis, menangis karena kehilangan sesuatu yang teramat berharga di hidupnya untuk yang kedua kalinya. Bahkan, sudah sejak semalaman Lisa menangis sampai rasanya air matanya ini sudah mulai menipis. Tidak hanya itu, matanya saat ini juga terlihat begitu sembab.
Lisa pikir, Tuhan sudah mengampuni segala dosa-dosa yang telah di perbuatnya. Lisa pikir, setelah semua hal yang ia lalui selama ini akan berakhir dengan bahagia. Namun ternyata, semua yang ia harapkan itu hanyalah sebuah kemustahilan yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Bagaimana tidak? Kenyataannya, saat ini Lisa justru tengah menghadiri pemakaman Rosé, padahal keinginannya hari ini adalah membawa Rosé kembali pulang ke rumah dan tinggal bersama dengan dirinya.
Dunia ini memang begitu kejam, ya? Bagaimana bisa, ketika Lisa sedang dilanda kebahagiaan dengan Rosé, Tuhan justru dengan sangat mudahnya merenggut Rosé dari hidup Lisa. Bagaimana bisa, Tuhan begitu tega melakukan suatu hal yang teramat menyakitkan pada hidup Lisa? Apakah tidak ada kesempatan bagi Lisa untuk menebus segala kesalahan yang telah di perbuatnya?
Mengapa? Mengapa harus selalu Lisa yang merasakan perihnya kehilangan seseorang yang begitu berarti di dalam hidupnya? Apakah ini yang dinamakan sebuah karma? Karma untuk seseorang yang begitu jahat seperti Lisa yang dengan teganya berbuat kejam pada kekasihnya sendiri.
Lantas mengapa harus Rosé yang menanggung semua ini? Mengapa bukan Lisa? Jika Tuhan memang ingin menghukum Lisa, seharusnya Lisa lah yang dipanggil menghadap padaNya, bukan Rosé. Lisa merasa bahwa ia siap mati atas semua perbuatan buruk yang telah ia lakukan semasa hidupnya, dan Lisa merasa bahwa hal itu pantas ia dapatkan sebagai bentuk hukuman untuk dirinya.
Lalu sekarang apa? Mengapa harus Rosé yang menanggung segala dosanya? Mengapa bukan dirinya sendiri?
Menyakitkan.
Kini mata Lisa memandang setangkai bunga mawar putih yang berada di genggamannya, kemudian meletakkannya tepat di samping makam Rosé. Lagi, air mata Lisa kembali jatuh membasahi pipinya dengan begitu deras.
"Ternyata kau ini begitu cengeng, ya?"
Suara familiar itu, Lisa yakin bahwa lelaki yang berdiri di sampingnya adalah June. Ya, tidak salah lagi, suara familiar ini milik June.
"Pulanglah, dia sudah tidak akan pernah kembali lagi."
Lisa enggan merespon June, gadis berponi itu tidak mengalihkan pandangannya sekalipun dari makam Rosé. Matanya yang sembab akibat sejak semalam menangis tidak ada bosannya menatap makam kekasih tercintanya itu.
"June benar, Chaeng sudah tidak akan pernah kembali lagi. Lebih baik kau pulang dan gunakan waktumu untuk melakukan suatu hal yang lebih bermanfaat, jangan membuang-buang waktumu untuk menangisi kepergiannya." ujar Donghyuk.