Empat puluh dua

1.1K 192 52
                                    

Hari itu, tepatnya hari kamis, Lisa meminta Bobby untuk menemuinya di rooftop rumah sakit di mana Rosé dan Jennie dirawat. Ada suatu hal yang sangat penting yang ingin Lisa tanyakan langsung pada sahabatnya itu.

Dan kini Lisa sedang menunggu lelaki itu untuk datang dan kurang lebih sudah tiga puluh menit lewat Lisa menunggu, namun belum juga nampak batang hidung lelaki itu. Lisa hanya dapat menghembuskan napasnya kasar, ia harus lebih bersabar lagi untuk menunggu sahabatnya itu.

Bobby---- Lisa merasa bahwa sahabatnya itu mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi pada Rosé. Lisa merasa sangat tidak berguna, bagaimana caranya sahabatnya itu lebih mengetahui kondisi Rosé daripada dirinya sendiri yang menyandang status sebagai kekasih Rosé?

Lisa menghembuskan napasnya kasar, tidak habis pikir dengan segala sesuatu yang telah terjadi pada hidupnya. Lisa merasa lelah, sangat lelah. Terkadang Lisa juga bertanya-tanya pada benaknya sendiri, kapan semua masalah dalam hidupnya ini akan berakhir? Sampai saat ini Lisa belum juga menemukan jawabannya.

"Sudah lama menungguku?"

Lisa menoleh, menatap lelaki bermata sipit itu yang sudah berdiri di sampingnya.

Bobby membalas tatapan Lisa, kemudian ia segera mengambil posisi duduk di samping gadis berponi itu. Jemarinya sibuk membenahi rambut kusutnya, kemudian meneguk segelas soda yang sempat ia beli sebelumnya.

"Jisoo---- dia bersama Chaeng?"

Bobby mengangguk pelan. "Ya, dia sudah bersama Chaeyoung."

Lisa yang mendengar kalimat itu spontan ikut menganggukan kepalanya pelan.

"Jadi, ada apa? Mengapa kau memintaku menemuimu di sini?" tanya Bobby penasaran.

Lisa tidak menjawab, gadis itu justru diam termenung menatap lurus ke depan.

"Memang benar ya? Kau ini sudah mengetahui tentang penyakit Chaeyoung? Kau sudah mengetahui bagaimana kondisi dia yang sebenarnya?" sambung Bobby.

"June---- dia pasti yang memberitahumu."

"Jadi benar kau sudah mengetahui segalanya?"

Lisa mengangguk, kemudian beralih menatap sahabatnya itu dengan mata sayunya. "Kau---- kau juga sudah mengetahui ini sejak lama bukan? Tapi mengapa kau tidak memberitahuku tentang ini?"

"Aku tidak memiliki wewenang atas semua itu, Lisa."

"Tapi kau sendiri tau bahwa aku kekasihnya!" ujar Lisa sedikit berteriak.

Lisa mengusap wajahnya kasar, kemudian menghembuskan napasnya panjang. Lisa memang sudah terbawa emosi, namun bagaimanapun juga ia tidak boleh menumpahkan emosinya saat ini, terlebih ia memang membutuhkan semua jawaban dari Bobby.

"Bahkan tidak hanya kau, tapi juga dengan Hanbin---- pantas saja dia tidak memberitahuku siapa pendonor Jennie, dia juga sering mengabaikan pertanyaanku setiap kali aku bertanya tentang pendonor Jennie."

"Bukankah kau senang akhirnya Jennie mendapat donor ginjalnya?"

Lisa yang mendengar kalimat Bobby hanya dapat menghembuskan napasnya pasrah.

"Kau---- kau kan juga tidak pernah mencintai Chaeyoung, mengapa kau mendadak jadi seperti ini? Apa yang salah denganmu? Kau mencintai Chaeyoung? Dan kau sudah tidak mencintai Jennie?" Bobby bertanya dengan penuh rasa penasarannya.

"Tapi----"

"Lisa, jika kau tau sejak awal pendonor itu adalah Chaeyoung, apa kau akan tetap menerimanya? Atau kau justru menolaknya?"

Pertanyaan Bobby membuat Lisa mengusap wajahnya kasar. "Jadi memang itu keinginan Chaeng sendiri yang ingin mendonorkan ginjalnya untuk Jennie?"

Bobby sontak mengerutkan keningnya ketika ia sadar bahwa saat ini Lisa tengah mengganti topik pembicaraannya. Hal ini justru semakin membuat Bobby yakin bahwa Lisa memang lebih memilih Jennie.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang