Tujuh

2K 240 22
                                    

Hari-hari terasa begitu menyenangkan bagi Jennie. Bagaimana tidak? Lagi-lagi, ia mendapatkan waktu bersama Lisa yang lebih banyak daripada Rosé, kekasih Lisa. Bahkan, ia dan Lisa bebas tanpa ada gangguan dari Rosé.

"Jadi, kau beralasan apa lagi dengannya? Kau tidak mungkin menggunakan alasan membantu pamanmu lagi kan?"

Lisa menoleh ke arah sumber suara, melempar senyum tipisnya untuk Jennie. "Tidak lah. Kau mau tau alasan apa yang aku gunakan?"

"Tentu saja aku ingin tau."

"Aku tidak menggunakan alasan apapun, aku bicara terus terang padanya bahwa aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."

Jennie sempat menganga. Serius Lisa bicara seperti itu pada Rosé? Lalu bagaimana reaksi Rosé ketika mendengarnya? Ah, Jennie jadi penasaran bagaimana ekspresi Rosé, pasti gadis itu sangat terluka ketika Lisa mengucapkan kalimat itu. Jennie jadi ingin melihatnya secara langsung.

"Serius kau bicara seperti itu padanya?" tanya Jennie masih tidak percaya.

Lisa mengangguk antusias. "Tentu saja."

"Lalu bagaimana tanggapan dia?"

"Kau penasaran baby?"

Kini giliran Jennie yang menganggukan kepala antusias.

"Dia terlihat biasa saja ketika aku mengatakannya, tapi wajahnya mendadak berubah menjadi muram, menurutku dia baik-baik saja karena pasti dia juga sudah terbiasa kan?"

"Ya---- kau benar, dia sudah terbiasa."

Ah, Jennie pikir Lisa ini adalah manusia yang tidak peka. Bagaimana tidak? Katanya sudah jelas-jelas Lisa melihat ekspresi wajah Rosé yang berubah menjadi muram, dan Lisa mengatakan bahwa Rosé baik-baik saja. Sungguh, Jennie menahan tawanya saat ini. Bagaimana bisa seperti itu dikatakan baik-baik saja? Sudah jelas bukan bahwa Rosé terluka.

Ya, Rosé terluka dan itu membuat Jennie kembali senang.

"Mengapa diam baby? Apa yang sedang kau pikirkan?"

Suara Lisa membuyarkan lamunan Jennie, kemudian ia menyunggingkan senyumnya. "Tidak ada. Aku hanya---- kepikiran dia."

"Dia siapa?" tanya Lisa sembari menautkan kedua alisnya.

"Kekasihmu yang lumpuh dan tidak berguna itu."

"Mengapa kau jadi memikirkannya?"

Jennie menggeleng. "Aku juga tidak tau, tapi menurutku kasihan saja dengannya, tapi ya sudahlah. Tidak ada untungnya juga aku memikirkannya."

Kini, justru Lisa yang diam. Kasihan? Untuk apa Jennie mengasihani Rosé?

"Apa kau juga tidak bertukar pesan dengannya baby?" tanya Jennie.

Lisa menggeleng pelan.

"Mengapa?"

"Kan aku sudah pernah bilang, aku tidak suka bertukar pesan dengannya, dan aku lebih tidak suka mendapat pesan darinya."

Jennie memutar kedua bola matanya kesal. Sebenarnya, Jennie sangat senang saat Lisa mengatakan bahwa Lisa tidak suka bertukar pesan dengan Rosé, apalagi mendapat pesan dari gadis lumpuh itu, tapi---- menurutnya Lisa juga terlalu bodoh. Bagaimana tidak? Jika Lisa tidak membalas pesan dari Rosé, pasti luka Rosé bertambah jadi dua kali lipat. Tapi---- mengapa Jennie harus peduli? Bukankah itu yang diinginkannya?

"Ya sudahlah, aku juga tidak mau peduli dengan dia."

🌹

"June."

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang