"Apa kau merindukanku selama seminggu ini?"
Lisa menganggukan kepalanya, kemudian mendekap erat tubuh seseorang yang sangat ia cintai itu. Lisa tidak pandai berbohong, ia benar-benar merindukan Jennie-nya. Seminggu? benar hanya seminggu, tapi rasanya seperti satu tahun Jennie meninggalkan dirinya.
Lisa berlebihan? Tentu saja. Siapa yang peduli? Intinya, hari ini ia ingin menghabiskan waktu sepenuhnya bersama Jennie, Lisa tidak ingin ada orang mengganggu kebersamaanya dengan Jennie.
Rosé? Lisa sedang tidak ingin memikirkan tentang kekasihnya itu. Mungkinkah Lisa melupakan semua kalimat Jisoo dan June untuknya? Tentu saja tidak. Lisa mengingat betul kalimat-kalimat Jisoo dan June untuknya, malah Lisa pikir ia tidak akan pernah bisa melupakannya karena kalimat kedua orang itu benar-benar berhasil menghantuinya.
"Kau tau, aku juga sangat merindukanmu, aku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak, aku selalu ingin kau berada di sampingku." ucap Jennie.
Lisa yang mendengar kalimat itu spontan mengecup penuh kasih sayang kening Jennie.
"Bahkan aku juga selalu merasa takut selama seminggu ini, takut jika kau tiba-tiba saja sudah tidak mencintaiku lagi dan justru mencintaimu kekasihmu yang cacat itu."
Lisa diam, ia tidak menanggapi kalimat Jennie. Bagi Lisa kalimat Jennie ada benarnya, karena selama Jennie pergi, Jennie tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi antara Lisa dan Rosé. Bahkan, Lisa sendiri memang tengah belajar untuk dapat mencintai kekasihnya itu.
"Aku----"
"Cukup." ucap Lisa yang kembali mengeratkan dekapannya pada Jennie. "Bisakah kau diam untuk sesaat? Beri aku waktu untuk mendekapmu selama mungkin karena aku benar-benar merindukanmu, tetaplah bersamaku untuk malam ini, baby." sambung Lisa yang kemudian mengusap-usap penuh kasih sayang rambut Jennie.
Jennie menganggukan kepalanya mantap, kemudian ia membalas dekapan Lisa tidak kalah erat. Tanpa disadari, air mata gadis itu telah tumpah dengan sendirinya. Entahlah, Jennie juga tidak tau mengapa, tapi yang jelas adalah karena ia benar-benar takut untuk kehilangan Lisa ditambah ia tengah kepikiran dengan apa yang terjadi dengannya saat ini.
Jennie segera menyeka air matanya, ia tidak ingin Lisa melihatnya menangis. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Mungkin Lisa memang tidak akan pernah meninggalkannya, tapi kemungkinan besar justru Jennie yang akan mrninggalkan Lisa. Jennie juga semakin takut bahwa nantinya ia dan Lisa tidak akan pernah bersama untuk selamanya.
Ah, Jennie merasa seperti karma telah datang menghampirinya, karma datang dalam kehidupannya, dan ia tidak tau harus bagaimana menghadapinya.
Entahlah, Jennie tidak mau ambil pusing tentang semua yang tengah terjadi padanya, ia hanya dapat pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan kehidupannya selanjutnya. Mungkin, apa yang dikatakan Irena padanya hari itu ada benarnya, hari dimana ia dan Irene sampai di tempat tujuannya.
🌹
Jisoo berjalan menuju kasir. Di tangannya terdapat sebotol minuman rasa apel dan beberapa snack. Malam ini ia sedang berada di minimarket dekat apartement Rosé, tentu saja karena ia berencana akan menginap di tempat tinggal sahabatnya itu.
"Sendirian aja?"
Pertanyaan itu membuat Jisoo menoleh, mendapati Bobby yang kini sudah berdiri tepat di belakangnya.
Jisoo tersenyum kikuk. "Bobby?"
Bobby melambaikan tangan dengan senyum tipis. "Hai Kim Jisoo."
"Dasar bodoh." ucap Jisoo dengan kekehan kecilnya. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" sambung Jisoo.