Lisa terbangun dari tidur nyenyaknya. Sinar matahari pagi yang menyelinap ke jendela kamar berhasil membangunkannya. Lisa melirik ke sampingnya, mendapati Jennie yang masih tertidur dengan wajah damainya, tanpa sadar senyum Lisa mengembang.
Jennie benar-benar sempurna dimatanya, berbeda dengan Rosé yang sangat berbanding terbalik dengan Jennie. Lisa segera mengusap wajahnya kasar ketika ia sadar tiba-tiba saja Rosé terlintas dipikirannya.
Tangan Lisa beralih mengambil ponselnya. Ada beberapa pesan masuk ke dalam notifikasi ponselnya. Lagi dan lagi senyum Lisa mengembang ketika matanya tengah asik membaca pesan dari grup bersama sahabat-sahabatnya. Senyum Lisa mendadak pudar, ketika ia tak sengaja membaca pesan dari Rosé yang belum sempat ia baca.
Park Chaeyoung: selamat pagi Lisa
Park Chaeyoung: semoga harimu menyenangkan
Park Chaeyoung: aku merindukanmuLisa menghembuskan napasnya gusar, dengan sangat malas dan terpaksa, mau tidak mau Lisa harus membalas pesan dari Rosé.
Lalisa Manoban: hm
Sangat singkat dan tidak jelas, tapi Lisa tidak peduli, kan yang penting sudah dibalas. Lisa kembali meletakkan ponselnya di atas nakas samping tempat tidur, kemudian ia hendak bangkit berdiri untuk mandi, namun tangan Jennie menahannya.
Lisa menoleh ke arah Jennie, ia tersenyum kecil ketika melihat wajah bantal Jennie. Rupanya, Jennie sudah bangun, dan niat Lisa yang semula ingin mandi segera di urungkannya. Lisa kembali duduk di ranjang, sembari tangannya bergerak mengusap puncak kepala Jennie dengan sangat lembut dan tentunya juga penuh kasih sayang.
"Kau sudah bangun, ya? Aku pikir kau masih betah tidur." ucap Jennie membuka suaranya.
Lisa yang mendengar kalimat itu justru terkekeh geli, membuat Jennie sontak menatap Lisa dengan penuh tanda tanya.
"Apanya yang lucu?"
"Kau yang lucu. Kau mengatakan bahwa aku masih betah tertidur, padahal kenyataannya aku sudah lebih dahulu bangun."
Jennie menampilkan cengirannya. "Ya---- biasanya kau selalu begitu, heran saja melihatmu pagi ini sudah bangun terlebih dulu."
Lisa kembali terkekeh geli, kemudian ia mengecup hangat bibir Jennie sebelum akhirnya ia meninggalkan gadis itu untuk mandi. "Aku mandi dulu."
🌹
Lisa dan Jennie kini sudah berada di sebuah resto, keduanya tengah sibuk melahap habis pesanan mereka. Ketika makan Jennie sudah terlebih dahulu selesai, gadis itu mendadak terdiam dan memandang ke arah lain tanpa sekalipun memandang ke arah Lisa.
Lisa yang merasa kebingungan segera membuyarkan lamunan Jennie. "Apa yang menarik? Mengapa kau betah sekali menatap ke arah lain daripada menatap aku?
Jennie yang sadar dengan kalimat Lisa terkekeh geli. "Kau lihat saja, perempuan itu sama seperti kekasihmu yang cacat, harus duduk di kursi roda dan sama sekali tidak bisa berjalan berdampingan dengan kekasihnya. Namun, aku rasa perempuan itu jauh lebih beruntung dari Rosé, karena kekasih perempuan itu sangat mencintainya bahkan mau menerima dengan apa adanya. Sedangkan kau dan Rosé? Miris sekali hidup kekasihmu itu." ujar Jennie dengan raut wajahnya yang tidak bisa diartikan.
Mendengar kalimat itu membuat acara makan Lisa terhenti, ia jadi tidak napsu lagi untuk menghabiskan makanannya. Matanya mengikuti arah pandang Jennie, di mana perempuan yang dibicarakan Jennie memang lumpuh sama seperti Rosé yang harus selalu duduk di kursi roda.
Jennie benar, karena memang pada kenyataannya perempuan itu jauh lebih beruntung memiliki kekasih yang sangat mencintai dirinya, mau menerima dirinya dengan apa adanya, dan juga tidak malu dengan kondisi perempuan itu yang lumpuh, tidak seperti Lisa yang sama sekali tidak mencintai Rosé, bahkan bisa dikatakan Lisa juga sangat membenci kehadiran Rosé di kehidupannya.