Tiga belas

1.7K 205 22
                                    

"Kita di sini saja ya?"

Rosé mengangguk samar, kemudian tersenyum ketika melihat Lisa berjongkok di samping kursi rodanya. Kekasihnya itu sibuk menghapus bulir keringat yang turun membasahi pipinya, kemudian Rosé tidak tinggal diam, tangannya ikut menyeka keringat yang turun membasahi pipi Lisa.

"Maaf, lagi-lagi kau kelelahan karena aku." ucap Rosé yang tangannya masih sibuk menyeka keringat Lisa.

Sedangkan Lisa, ia justru diam dan memperhatikan wajah cantik Rosé. Diperhatikannya Rosé dengan saksama ketika gadis itu tengah menyeka keringatnya. Ada perasaan aneh yang muncul dalam diri Lisa, ingin menolak perlakuan Rosé padanya, namun entah mengapa ia tidak bisa untuk menolaknya.

"Setelah ini aku akan mengabari Jisoo, supaya dia menjemputku di sini, aku tidak ingin merepotkanmu lagi." sambung Rosé masih dengan aktivitasnya.

Lisa yang sadar dari lamunannya segera memundurkan kepalanya guna untuk menjauh dari sentuhan tangan Rosé. "Maaf, aku membuat tanganmu kotor, tidak seharusnya kau melakukan itu."

"Tidak apa-apa, Lisa. Aku senang bisa menyeka keringatmu."

Lisa yang mendengar kalimat Rosé tersebut hanya dapat tersenyum dengan kikuk, bagi Lisa, kalimat itu benar-benar terdengar menggelikan.

"Aku akan mengabari Jisoo dulu."

"Untuk apa?"

"Kau tidak mendengar kalimatku tadi? Tadi aku mengatakan padamu, lebih baik setelah ini kita berpisah. Aku akan meminta Jisoo untuk menjemputku di sini dan kau temuilah Jennie, aku yakin dia sangat merindukanmu, dan juga ada alasan lain, aku tidak ingin merepotkanmu lebih dari ini."

Lisa menggeleng cepat. "Tidak perlu. Kau pergi denganku, maka pulang juga harus denganku."

Tapi---- Lisa pikir-pikir apa yang dikatakan Rosé ada benarnya. Jennie pasti sangat merindukannya, begitu juga dengan Lisa yang merindukan Jennie. Rasanya Lisa ingin segera bertemu dengan Jennie, kemudian mendekap tubuhnya dan tidak lupa memberikan kecupan hangat untuk gadis yang dicintainya itu.

Ah bodoh! Ini juga salahnya. Seharusnya sekarang ini Lisa sudah bersama Jennie, sudah bersenang-senang dengan Jennie, bukan justru kelelahan seperti ini. Lisa benar-benar merasakan perbedaannya, rasanya sangat berbeda saat sedang bersama Jennie dibanding dengan Rosé.

Andai saja Lisa tega dengan Rosé, mungkin ia benar-benar akan meninggalkan Rosé sendiri. Sayangnya Lisa tidak dapat melakukan semua itu. Padahal niatnya setelah sarapan tadi langsung pulang dan menemui Jennie, tapi Rosé benar-benar menyebalkan karena gadis itu justru meminta Lisa untuk menemaninya jalan-jalan. Mungkin tadi jika ketiga sahabat Rosé ada, dirinya tidak perlu menemani Rosé sampai kelelahan seperti ini.

Alhasil, di sinilah Lisa berada sekarang, bersama Rosé menikmati udara dan sinar matahari pagi di taman dekat apartement Rosé.

"Denganku saja ya, Chaeng?"

Ah, sungguh, Lisa lelah berakting seperti ini.

Rosé menggeleng, ia menolak Lisa. "Tidak Lisa. Aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu lagi, kau juga pasti merindukan Jennie bukan? Temui dia, dia juga pasti merindukanmu."

"Tapi kau juga masih merindukanku bukan? Kau juga masih ingin bersamaku kan?" tanya Lisa.

Rosé diam, ia kehabisan kata-kata dan tidak bisa menjawab pertanyaan Lisa. Bohong jika Rosé tidak ingin bersama dengan Lisa lebih lama, jelas ia ingin bisa bersama dengan Lisa lebih lama lagi, namun Rosé sadar, ia tidak boleh egois.

"Aku memang masih ingin bersamamu, tapi aku juga tidak mau menjadi egois Lisa. Kau mencintai Jennie, begitupun sebaliknya. Aku memang kekasihmu, tapi kau----"

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang