Empat puluh satu

1.2K 192 40
                                    

"Terimakasih sudah mau menjaga dia untukku."

"Sama-sama, lagipula dia sahabatku, jadi dia juga tanggung jawabku."

Lisa mengangguk pelan menyetujui kalimat Irene.

"Ah iya, tadi dokter mengatakan padaku tentang kondisi Jennie."

Lisa yang mendengar kalimat itu keluar dari bibir tipis Irene sontak menjadi penasaran.

Irene yang paham dengan ekspresi Lisa segera memberitahu Lisa mengenai apa yang tadi dokter jelaskan padanya terkait kondisi Jennie.

"Kemungkinan besar Jennie harus dirawat di rumah sakit untuk waktu yang sangat lama, sampai waktu yang akan ditentukan dokter." ucap Irene.

Lisa menghembuskan napasnya pasrah, ia tengah berusaha untuk menerima keadaan. Saat ini Lisa sangat frustasi, bagaimana tidak? Gadis yang dicintainya itu kembali menderita bahkan tidak hanya Jennie, tapi kekasihnya sendiri, Rosé juga saat ini tengah menderita dengan kondisinya yang tengah kritis.

"Kondisi Jennie juga tidak menentu, Lisa." lanjut Irene.

"Memang separah itu ya penyakitnya? Sampai dia harus----"

Irene menggeleng pelan mendengar penuturan Lisa. "Kau sudah lelah mengurus dia?"

"Apa maksudmu berbicara seperti itu? Aku tidak pernah sekalipun merasa lelah mengurus dia, aku mencintai dia, aku sangat mencintai dia."

"Kau---- jika kau memang lelah mengurus dia, tolong tinggalkan Jennie. Kau tidak perlu lagi mengurus dia, biar aku yang mengurusnya, kembalilah pada kekasihmu itu."

Lisa berdecak kesal. "Asal kau tau, Irene, aku tidak pernah sekalipun memiliki niat untuk meninggalkan dia. Aku sangat mencintai sahabatmu itu. Aku mencintai Jennie!"

Irene membisu, ia bungkam mendengar seluruh kalimat Lisa.

"Aku tidak mau kehilangan dia." sambung Lisa.

"Dapatkah aku mempercayaimu?"

"Kau---- jadi selama ini kau tidak mempercayaiku, Irene?"

Irene menganggukkan kepalanya pelan. "Bagaimana aku bisa mempercayaimu, jika kau sendiri masih menjadi kekasih orang? Kau bukan sepenuhnya milik Jennie."

Lisa menghela napas, bersiap untuk membalas kalimat Irene, namun Lisa mengurungkan niatnya ketika pintu ruangan Jennie terbuka dan memperlihatkan dokter pribadi Jennie yang baru saja keluar dari ruangan Jennie dan disusul dengan satu perawat pendampingnya.

Sontak Lisa segera bangkit berdiri, mendekati dokter pribadi Jennie yang kemudian disusul Irene.

"Jennie---- bagaimana keadaan dia----"

Senyum samar milik dokter tersebut berhasil menghentikan kalimat Lisa. "Jennie sudah menjadi lebih baik, kalian berdua boleh menemuinya."

Lisa dan Irene kompak tersenyum sumringah, mata keduanya berbinar sangat cerah.

"Terimakasih, dokter."

Dokter itu mengangguk pelan, kemudian berlalu pergi meninggalkan Lisa dan Irene.

"Kau duluan, kau pasti merindukan dia, kau pasti ingin memiliki waktu berdua dengannya bukan?"

Lisa mengangguk pelan.

"Masuklah, nanti giliran denganku."

"Terimakasih."

Setelah mengucap kalimat itu, Lisa segera masuk ke dalam ruangan Jennie dan meninggalkan Irene dengan kesendiriannya.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang