Enam

2.1K 269 34
                                    

Mata Rosé berbinar, bahkan senyumnya juga masih mengembang. Jadi begini ya rasanya diajak makan malam oleh kekasih sendiri? Ah, Rosé baru pertama kali ini merasakannya, bagaimana tidak? Selama ini selalu saja dirinya yang mengajak makan malam Lisa, jika bukan dirinya yang mengajak, maka sampai kapanpun ia dan Lisa tidak akan pernah makan malam bersama.

Selain karena hal itu, ada lagi yang membuat Rosé senang tidak karuan. Benar, ini adalah pertama kalinya dalam hubungan mereka Lisa mengirim pesan untuk Rosé. Sejak dulu ini yang  Rosé impikan, dan akhirnya impiannya baru saja terwujud.

Baiklah, lupakan dulu soal ini. Rosé harus mengingat bahwa saat ini ia sudah berada di dalam mobil bersama Lisa.

"Mau makan apa malam ini?" tanya Lisa yang kemudian melirik sekilas ke arah Rosé.

Rosé tersenyum tipis, ia menoleh ke arah Lisa dan menatap kekasihnya itu yang sedang fokus pada jalanan. Tentunya, mereka berdua sedang dalam perjalanan untuk menemukan makanan yang cocok untuk mengisi perut mereka.

"Aku ikut kau saja. Kau ingin apa?" tanya Rosé balik.

Lisa terkekeh pelan, kemudian ia kembali melirik sekilas ke arah Rosé. "Kau itu lucu ya, aku bertanya padamu, tapi kenapa kau balik bertanya padaku?"

"Ya---- tidak apa-apa, aku bingung saja."

"Sudah, bilang saja padaku, kau ingin makan apa?"

Rosé tersenyum samar, lebih baik ia mengikuti apa kata Lisa. "Kita makan di kafe biasanya saja, kau mau kan?"

Lisa mengangguk setuju, kemudian ia membawa Rosé sesuai tujuannya.

Sepuluh menit berlalu, Lisa dan Rosé telah sampai di tempat tujuan mereka. Keduanya juga sudah duduk di salah satu meja kafe.

Mata Lisa tengah menatap dalam ke arah Rosé. Gadis itu tidak hentinya memberikan Lisa senyuman terindah yang dimilikinya. Dan tau apa yang Lisa rasakan? Lisa justru risih. Entahlah, Lisa sendiri juga tidak tau mengapa ia merasa seperti itu. Tapi sungguh, baginya senyum Rosé sangatlah tidak sebanding dengan senyum Jennie.

Soal Jennie, Lisa jadi kepikiran dengan gadis yang dicintainya itu. Sedang apa gadisnya sekarang? Seharusnya, malam ini Lisa menghabiskan malamnya dengan Jennie, bukan dengan Rosé. Namun, Lisa tidak boleh egois, sudah dua hari ini ia tidak bertemu sama sekali dengan Rosé dan waktunya selama dua hari ini penuh bersama Jennie. Jadi, Lisa pikir, ini adalah waktunya bersama Rosé.

Lagipula, jika Lisa pikir-pikir, bukankah ini juga murni keinginannya? Bahkan, Jennie juga sudah melarangnya kan? Dan Lisa sendiri yang tetap ingin menemui Rosé, bahkan sampai dirinya rela berbohong pada Jennie. Ya tentu saja alasannya ingin menemui Rosé adalah karena dirinya tidak tega dengan gadis dihadapannya ini.

Dan lagi, tidak ada salahnya kan menghabiskan malam bersama dengan kekasihnya sendiri? Jennie sudah terlalu sering bersama dengan Lisa, malah justru lebih sering Jennie dibanding dengan Rosé yang jelas-jelas adalah kekasih Lisa.

Ah, baiklah, malam ini Lisa akan menghabiskan malamnya dengan Rosé. Sekaligus Lisa juga menebus kesalahan yang telah ia lakukan pada Rosé karena sudah dua hari ini tidak menemuinya.

"Kau---- tidak masalah kan soal dua hari ini?" tanya Lisa berhati-hati, jujur saja, Lisa takut melukai hati Rosé.

Rosé tersenyum tipis. "Tentu saja tidak. Aku tidak masalah, kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu Lisa."

"Ya---- intinya aku minta maaf karena dua hari ini tidak menemui sama sekali. Aku cukup sibuk membantu paman, dan juga pekerjaanku sedikit menumpuk."

"Iya, aku paham Lisa. Sudahlah, tidak perlu minta maaf padaku." ucap Rosé.

Ah, kedua pasangan ini memang pandai berbohong. Bagaimana tidak? Yang satunya berbohong karena membantu paman dan pekerjaan sedang menumpuk padahal yang dilakukannya hanya menghabiskan waktu bersama gadis yang dicintainya. Yang satunya lagi pura-pura tidak tau padahal mengetahui segala hal yang dilakukan kekasihnya selama dua hari ini.

"Tapi---- kau selalu menunggu kan? Maaf membuatmu menunggu, dan aku sama sekali tidak datang menemui."

Rosé mengangguk kecil, kemudian ia menyunggingkan senyumnya. "Tidak masalah Lisa, kan aku sudah bilang, berhenti minta maaf."

"Tetap saja aku tidak enak dengan kau, pokoknya sekali lagi aku minta maaf."

Rosé kembali mengangguk dengan pasrah, sebenarnya hatinya sangat sakit saat ini, bahkan ia menahan perihnya. Semua yang dikatakan Lisa adalah kebohongan, padahal dua hari ini Lisa selalu bersama Jennie. Tapi---- apa boleh buat? Daripada Rosé mengatakan kebenarannya dan itu justru membuat makan malam mereka berantakan, jadi lebih baik Rosé diam dan mengikuti alur Lisa.

"Ya sudah, kau makan dulu, setelah ini kau ingin kemana katakan saja padaku, aku akan mengantarmu."

Rosé menuruti kalimat Lisa, ia mulai melahap makanannya, toh ia juga sudah sangat lapar. Sedangkan Lisa, ia tengah dibuat sibuk dengan pesan masuk dari Jennie.

Jennie Kim: mengapa lama sekali? Apa pamanmu masih belum selesai? Aku merindukanmu

Lalisa Manoban: maafkan aku baby, aku juga merindukanmu. Aku janji, setelah paman selesai aku langsung menemui

Jennie Kim: ya! Kau memang harus menemuiku baby. Aku akan menunggumu

Lalisa Manoban: Aku mencintaimu

Jennie Kim: Aku lebih mencintaimu

🌹

Bulir keringat jatuh membasahi pipi Lisa, saat ini ia cukup kelelahan karena harus mendorong kursi roda Rosé. Padahal, ia cuma mendorong dari tempat parkir apartement lalu menuju lift dan berakhir di kamar milik Rosé. Tapi sungguh, begini saja sudah membuat Lisa sangat lelah.

Lisa jadi kepikiran dengan kalimat yang pernah Jennie lontarkan pada dirinya. Bahwa Rosé ini hanya bisa menyusahkan dirinya, Rosé selalu memberinya beban. Dan menurut Lisa, semua kalimat itu terbukti saat ini.

Ah, setidaknya Lisa benar-benar lega karena tadi setelah makan malam selesai Lisa sempat memberi tawaran pada Rosé untuk sekedar jalan-jalan karena Lisa yakin pasti Rosé sangat bosan, jadi Lisa menawarinya. Beruntungnya Lisa, karena Rosé menolak tawarannya, jadi Lisa tidak perlu mendorong kursi roda Rosé lebih lama lagi, jika tadi Rosé menerima tawarannya, maka bisa habis hidup Lisa.

"Kau mau pulang sekarang Lisa?" tanya Rosé yang tengah sibuk memperhatikan kekasihnya.

Rosé yakin, pasti saat ini Lisa sedang bertukar pesan dengan Jennie. Terbukti nyata dari cara Lisa yang menatap serius ponselnya, sudah pasti itu berasal dari Jennie. Mungkin, bisa jadi Lisa tidak menyadari kehadiran Rosé saat ini. Baiklah, lebih baik Rosé diam saja, mungkin Lisa memang sedang sangat sibuk dengan Jennie.

Setelah Lima menit berlalu, kini Lisa sudah bangkit dari duduknya, ia memperhatikan Rosé yang tengah asik dengan gitarnya.

"Chaeng, aku harus pulang." pamit Lisa.

Rosé yang mendengar suara Lisa, segera menoleh ke arahnya. Kemudian Rosé menyunggingkan senyumnya. "Ya, pulanglah, ini juga sudah malam."

Lisa mengangguk pelan, kemudian ia berjalan mendekati Rosé dan berlutut dihadapan gadis yang menyandang status sebagai kekasihnya. "Aku pulang dulu ya, besok jika tidak sibuk aku akan menemuimu."

Lagi dan lagi, Rosé menyunggingkan senyumnya, kemudian ia menganggukan kepala paham. Lisa yang melihat itu juga ikut menyunggingkan senyumnya, kemudian ia bangkit berdiri dan tangannya bergerak mengusap dengan lembut rambut Rosé.

"Baiklah, aku tinggal ya, selamat malam."

"Selamat malam juga. Hati-hati Lisa. Aku mencintaimu."

Lisa tidak membalas kalimat terakhir Rosé, ia melenggang pergi begitu saja meninggalkan apartement Rosé. Sedangkan Rosé, ia tersenyum miris setelah melihat kepergian Lisa. Sampai kapanpun, Lisa tidak akan pernah mengucapkan ataupun sekedar membalas kalimat terakhir yang Rosé ucapkan.

*yooo gaes, jangan lupa memberi vote. Terimakasih🙏

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang