"PITALOKA SAYANG." teriak Piter di ujung koridor. Pitaloka melebarkan matanya, perempuan itu pun berlari untuk menghindari Piter.
Pitaloka masuk kedalam Perpustakan. Perempuan itu berjalan mundur, pandangan matanya tertuju di luar ruangan. Pitaloka bernafas lega, ketika Piter tidak mengikutinya. Perempuan dengan Bandana putih itu memilih untuk membaca buku saja.
Iris mata coklat Pitaloka menatap tumpukan buku. Tangannya terulur untuk mengambil salah satu buku. Pitaloka membaca buku tersebut, dengan posisi berdiri. Beberapa menit kemudian Pitaloka hanyut dalam buku yang ia baca.
"Sayang." suara lirih itu membuat Pitaloka hampir melemparkan buku yang ada di tangannya.
Matanya melebar, ketika Melihat lelaki di depannya. Lelaki itu tersenyum kearah Pitaloka. "Ngapain sih!" ujar Pitaloka dengan sedikit berbisik.
"Abang Piter kangen." kata Piter dengan cengiran khas nya.
Pitaloka memutar bola matanya malas. "Gue bukan adek lo. Stop namai lo dengan Abang Piter." ketus Pitaloka kepada Piter.
"Ah iya, lo kan calon istri gue." balas Piter dengan senyuman jahilnya.
"Minggir ah, gue mau ke kelas!" seru Pitaloka Saat tangan Piter mengurung tubuhnya di antara rak Buku.
"Nanti aja." ucap Piter tersenyum mengoda.
"Jangan sampai gue teriakin lo mesum ya!" acam Pitaloka. Piter malah terkekeh geli mendengar ancaman Pitaloka.
"Sebelum lo teriak, gimana kalau gue bungkam bibir lo dengan bibir gue?" tanya Piter manik turunkan alisnya.
"Dasar ketua osis Gila." desis Pitaloka membuang mukanya.
Piter tersenyum manis menahan dagu Pitaloka agar manatap kearahnya. "Tatap mata gue Pit." ujar Piter membuat Pitaloka menatap kedua manik matanya.
"Jadi milik gue!" tegas Piter, Pitaloka mengkerutkan alisnya.
Dubrakkk...
"Jangan ngarep ya!" kata Pitaloka yang telah mendorong tubuh Piter hingga jatuh di lantai.
Pitaloka berbalik, lalu pergi meninggal kan Piter. "Sayang!" cicit Piter yang masih terduduk di lantai.
****
Gagal dengan cara yang romatis, Piter benar benar bingung menghadapi sikap seorang Pitaloka. "Jupi! Bisa nggk sih lo tuh diem. Hafalan gue ancur ini!" keluh Dani yang merasa pusing dengan tingkah Piter.
Piter menyandarkan kepalanya pada dinding kamar Dani. "Dan, bantun gue!" rengek Piter mamajukan bibirnya.
Dani melirik Piter sekilas, "bantuin apaan?" tanya Dani menaikan satu alis nya.
"Bantuin gue dapetin Pitaloka!" ujar Piter.
"Nggk ah, males!" kata Dani lalu membaca kembali bukunya.
Piter memajuka bibirnya kesal. Ia pun pergi dari rumah Dani. "Heh, mau kemana lo?" tanya Dani.
"Pulang! Males gue sama lo!" teriak Piter dari luar kamar Dani.
"Ck, kek cewek lo. Ngambekan!" balas Dani dengan Tariakan juga.
Piter menuruni anak tangga rumah Dani. Di bawah ada Sintia yang sedang menyiapkan makanan. "Loh Piter mau kemana?" tanya Sintia menatap Piter.
Piter menatap Sintia, kemudian lelaki itu tersenyum. "Tante, tante tahu nggk caranya luluhin hati cewek?" tanya Piter kepada Sintia.
Sintia tampak berpikir, "emang hati cewek itu beku ya? Kalau gitu di panasin aja." jawab Sintia, membuat Piter menepuk kening nya.
Piter salah bertanya dengan Sintia. "Eum nggk jadi Tan, Piter mau pulang aja." kata Piter akhirnya lalu meninggalkan Sintia.
Sintia mengaruk rambutnya yang tidak gatal. "OH DI PANASIH AJA PAKEK MICROWAVE!" teriak Sintia.
Piter yang mendengar nya pun terkekeh geli. "Ya kali gue panasin hati Pitaloka sama Microwave? Manteng dong hatinya." gumam Piter sembari tertawa.
Piter masuk kedalam mobilnya, meninggalkan halaman rumah Dani.
***
Piter sampai di rumah nya. Lelaki itu masuk kedalam rumah saat sampai ruang tamu, Piter mendengar suara.
"Jangan di tandai di situ mas, Piter tahu bisa ngamuk."
Suara Mami nya terdengar jelas.
"Udah terlanjur sayang. Uh."
Piter mendengus kesal, lelaki itu tahu apa yang di lakukan oleh kedua orang tua nya. "PITER PULANG!" sengaja Piter berteriak agar. Kedua orang tuanya mendengar.
Piter masuk kedalam rumahnya, ternyata Angkasa dan Diva ada di ruang keluarga. "Mami sama Papi ngapain? Papi nggk pakai baju?" tanya Piter menaikan satu alisnya.
"Ah nggk ngapa ngapin, cuma gerah aja." kata Angkasa mengibas ibaskan baju nya.
"Mami ke dapur dulu ya. Mau goreng pisang." ujar Diva lalu pergi meninggal kan anak dan ayah itu.
Pitee duduk di samping Angkasa. "Pokoknya Piter nggk mau tahu! Nggk ada adek di antara kita!" ujar Piter, membuat Angkasa mendengus kesal.
"Kenapa sih Adek nggk mau punya adek lagi? Kan rumah jadi rame kalau adek punya adek." ujar Angkasa.
"Ck, Papi tuh nggk tahu, gimana ribertnya punya adek. Nanti kalau adek Piter ikut jalan sama Piter waktu Piter sama pacar Piter gimana?" tanya Piter, membuat Angkasa terkekeh.
"Ada yang mau sama kamu?" goda Angkasa menjitak kepala Piter.
Piter mengusap kepalanya, dan memajukan bibir nya. "Ah Papi, Piter itu ganteng iya, pinter juga iya. Ketua osis lagi. Siapa yang nggk mau sama Piter?" ujar Piter membanggakan dirinya.
Angkasa memutar bola matanya kesal. "Narsis iya!" seru Angkasa.
"Eh tapi Pi, tapi Pi. Cara luluhin hati perempuan tuh gimana sih?" tanya Piter serius.
Angkasa tertawa, "tadi katanya banyak yang naksir." cibir Angkasa.
"Ada satu perempuan yang nggk mau Piter deketin Pi. Pi, bantu Piter ya!" ujar Piter memohon.
"Pakai cara Papi dulu waktu dapetin Mami kamu mau?" tanya Angkasa. Piter mangangguk antusias. Angkasa pun membisikan sesuatuh di telinga Piter.
●●●●
VOTE + COMMENT
SEMAKIN BANYAK COMMENT
SEMAKIN CEPAT UPDATE.FOLLOW IG AKU
@mya.ng04FOLLOW AKUN WATTPAD
AKU JUGA.MAAF KUEN TYPO!
MAYANG😎
08 NOVEMBER 2019
❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...