Pitaloka berjalan menuju koriodor sekolah. Perempuam dengan sweeter biru muda itu bersenandung. Saat sedang asyik bersenandung, seorang lelaki mengunakan hoodie berjalan di sampingnya.
"Asyik banget kayaknya pagi pagi." cibir lelaki itu, Pitaloka menatap lelaki tersebut.
"Apaan sih lo? Kenapa sih lo selalu ngongol?" keluh Pitaloka dengan guratan wajah sebalnya.
Piter tertawa, mendengar perkataan Pitaloka. "Kan kita jodoh, kalau jodohkan nggk kemana." jawab Piter tersenyum kepas Pitaloka.
"Mit amit gue jodoh sama lo." kata Pitaloka, dengan angkuhnya.
Piter hanya tersenyum mendengar kalimat itu. Lelaki itu masih optimis untuk mendapatkan Pitaloka. "Tunggu tanggalnya, lo pasti jadi milik gue." ucap Piter yakin. Pitaloka hanya mengangkat bahunya malas.
Perempuan itu berjalan lebih ceoat dari Piter. Sementara Piter, ia masih berdiri di koridor. Dengan matanya yang menatap lurus Pitaloka.
"Gue yakin, bisa buat lo cinta sama gue Pit." gumam Piter sebelum melanjutkan perjalanannya.
****
Pitaloka tampak kesusahan membawa setumpuk buku paket di tangannya. Perempuan itu pun, dengan hati hati membawa buku tersebut.
Di tengah jalan, sebuah bola basket mengelinding kearahnya. Pitaloka tidak melihat itu, hingga kaki Pitaloka tersandung bola tersebut. Membuat semua buku dan juga tubuh Pitaloka terjatuh di lantai.
"Au, kaki gue." ringis Pitaloka, merasakan sakit pada kakinya.
"Lo nggk pa pa?" tanya seorang lelaki kepada Pitaloka.
"Kaki gue sakit." keluh Pitaloka dengan raut wajah yang memamg kesakitan.
"Ini yang sakit?" tanya lelaki itu memengang pergelangan kaki Pitaloka.
"Akhhh...jangan di pengang." teriak Pitaloka.
Dengan cepat, lelaki itu mengendong Pitaloka. "Buku gue?" ujar Pitaloka ketika melihat buku bukunya berserakan di lantai.
Lelaki itu melihat ada siswi yang melintas di depannya. "Heh, bawa buku itu. Ke...."
"X Bahasa 1." sambung Pitaloka. siswi itu dengan senang hati mengantarkan buku tersebut, terlebih yang menyuruhnya adalah Regan, lelaki tertampan di sekolahnya.
Pitaloka melingkarkan tangannya pada leher Regan. Perempuan itu menatap Regan dari bawah. Hidung mancung yang sangat terlihat jika dari bawah, rahang tegasnya yang ingin sekali Pitaloka elus. Serta, sepasang mata berwarna biru? Yang sedang menatap kearahnya.
"Kenapa?" suara berat itu membuat Pitaloka terhipnotis.
Pitaloka mengelengkan kepalanya, ragu. Sementara Regan melanjutkan perjalanannya. Mereka sampai di UKS, "bentar. Gue ambil minyak urut dulu." ucap Regan lalu melangkah mengambil minyak urut.
Regan membuka sepatu Pitaloka, berikut dengan kaus kakinya. Pitaloka merasakan sebuah cairan hangat itu membalur pergelangan kakinya.
"Akhhh, sakit." keluh Pitaloka sembari meringis.
Kretek...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...