20|| Saling Mengungkapkan

1.2K 146 9
                                    

Hay guys!
Happy reading ❤️

****

Pitaloka menatap papan tulis di depannya. Tangan kanannya sibuk memainkan bolpoin. Pikirannya melayang, melambung jauh. Memikirkan sesuatu hal. Sampai-sampai perempuan itu tidak sadar bahwa ada seseorang di belakangnya.

"Pitaloka Gabyarista! Keluar kamu dari kelas saya!"

Pita tersadar dari lamunannya. Seisi kelas pun langsung menetapkan Pitaloka. Pandangan Pita jatuh kepada seorang wanita yang tidak muda lagi. Wanita tersebut, mengenakan seragam guru.

"Eh ibu," ucap Pitaloka dengan wajah tidak berdosa nya.

"Apa kamu?! Melamun di jam belajar saya! Sudah tau peraturannya kan? Cepat berjemur menghadap bendera!" perintah guru seni tersebut.

Dengan sigap, Pitaloka berlari ke arah lapangan. Panas terik mulai membakar tubuhnya. "Sial! Kenapa gue bisa kecolongan. Kesel banget gue sama tuh sinden kemayu! Cuma melamun aja jadi kek gini!"

Perempuan itu nampak kesal. Dengan bibir yang tidak berhenti komat-kamit. Karena menggerutu sebal kepada guru biologi tersebut. Mata Pitaloka menyipit, begitu melihat Piter berjalan di koridor sekolah dengan seorang siswi.

"Siapa tuh cewek? Luna? Eh bukan deh keknya," ucap Pitaloka bergumam sendiri.

"Hahahaha... Bisa aja lo Pit. Tapi gue masih cantik 'kan?" Pitaloka mengkerut keningnya. Begitu samar-samar ia mendengar ucapan siswi yang bersama Piter.

"Iya Vin, lo masih cantik kok," balas Piter tersenyum kepada siswi tersebut. Pitaloka semakin geram di buatnya.

Pitaloka menghentak-hentakkan kakinya. "Jadi gitu kelakuan cowok kalau gak ada ceweknya!" gumam Pita menggerutu kesal.

Perempuan itu diam di tempat. Dengan posisi masih sama,hormat bendera. Sementara Piter, mengalihkan pandangannya. Membuat lelaki itu menatap sosok perempuan di bawah teriknya matahari.

"Eh Vin, lo duluan aja," ucap Piter. Perempuan bernama Vini itu pun, pergi meninggalkan Piter.

Setelah Vini pergi. Piter berjalan menghampiri Pitaloka. Lelaki sudah di belakang Pitaloka. Dan Pitaloka belum menyadari keberadaan Piter. "Masa, pacarnya ketua osis kena hukuman," sindir Piter.

Lelaki itu berjalan 180 derajat, berada di depan Pitaloka. Pitaloka membuang wajahnya, malas menghadap lelaki itu. "Kenapa bisa di hukum?" tanya Piter.

Pitaloka masih diam. Sebuah buku yang di bawa oleh Piter di letakkan lelaki itu di atas kepala Pitaloka. Membuat Pitaloka menatap Piter. "Gue gak rela. Pacar gue kepanasan, di bakar matahari." Setelah mengucapkan kalimat tersebut. Piter tersenyum ceria.

"Siapa pacar lo?" ucap Pitaloka angkuh, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jupiter Auriga Semesta," jawab Piter.

"Dih, kepedean!" seru Pitaloka tidak terima.

"Kan emang iya. Lupa?"

"Dan lo juga lupa? Kalau semuanya hanya taruhan?" sahut Pitaloka masih menatap angkuh Piter.

Piter terdiam, tidak mampu berkata-kata lagi. Melihat hal itu, Pitaloka tersenyum senang. Karena berhasil membuat Piter mati kutu.

"Sampai kapan lo bohongi perasaan lo?" senyum Pitaloka memudar mendengar perkataan dari Piter.

"Gue gak bohongin perasaan gue," jawab Pitaloka tanpa ekspresi di wajahnya. Piter tertawa keras, menanggapi ucapan Pitaloka. Melihat hal itu, membuat Pitaloka geram.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang