14|| Siapa Luna?

1.6K 155 12
                                    

"Piter?" ucap Luna ketika ia keluar dari rumah sakit. "Piter ngapain ke sini?" tanya Luna.

"Gue di suruh Mami buat bareng sama lo," kata Piter. Luna mengangguk paham. Gadis itu menatap suster yang mengantarnya.

"Suster, Luna berangkat sama Piter aja. Suster gak perlu anter... " kata Luna.

"Oke Luna, Suster kembali dulu, ya. Ingat, obat tadi jangan lupa di minum... " ucap Suster tersebut. Bak anak kecil, Luna hanya mengangguk.

Luna masuk kedalam mobil Piter. Lalu Piter menyalakan mesin mobilnya. Hening tidak ada pembicaraan di dalam mobil tersebut. Ada juga hanya suara mesin mobil. Gadis berwajah pucat itu melirik Piter. Lelaki yang dulu pernah ia cintai.

Yah, dua tahun lalu, Luna menyukai Piter. Sifat ramah serta humorisnya mampu membuat Luna jatuh Cinta dengan Piter. Namun itu dulu, sebelum ia berpacaran dengan Regan. Dan kini, hubungannya dengan Regan pun, harus kandas.

"Piter? Gimana keadaan Regan?" tanya Luna lirih. Semenjak hari ia memutuskan Regan, sama sekali tidak ia jumpai Batang hidung Regan.

"Lo tanya gitu? Gak sadar udah nyakitin Regan?" balas Piter, mampu membuat Luna terdiam.

"Maaf...." lirih Luna menunduk.

"Lo gak perlu minta maaf ke gue Lun, lo salah sama Regan. Bukan gue," ucap Piter sedikit melirik Luna.

"Apa Regan mau maafkan Luna?" tanya Luna kepada Piter.

"Regan Cinta sama lo! Ya kali dia bakalan diem aja liat lo," kata Piter.

"Luna juga Cinta sama Regan... " lirih Luna namun, Piter masih bisa mendengar. Piter mengusap lembut punggung tangan Luna.

"Maafin gue Lun, udah bentak lo tadi. Bukan maksud gue kek gitu... " kata Piter

"Luna ngerti, Regan kan kakak sepupu Piter. Wajar kalau Piter marah karena Luna udah sakitin dia," kata Luna.

"Gue juga anggep lo kek adik gue Lun," kata Piter.

'Walaupun, dulu gue sempet suka sama lo,' batin Piter.

Luna tersenyum, di wajah pucatnya. "Makasih Piter, maaf Luna sering bikin Piter naik darah," ucap Luna seraya tersenyum.

Piter tertawa lalu mengacak-acak rambut Luna. "Kan lo emang ngeselin," kata Piter.

Luna hanya membalas ucapan Piter dengan senyuman manisnya. "Udah yuk turun, bentar lagi upacara... " ajak Piter, Luna hanya mengangguk dan mengikuti Piter yang turun lebih dulu.

Sementara itu, gadis di balik pohon itu terdiam. Melihat sang kekasih yang baru turun dari mobil bersama seorang gadis lain. Pitaloka juga sempat melihat bagaimana Piter mengacak-acak rambut gadis bersyal maroon itu.

"Siapa perempuan itu?" tanya Lala yang barus saja berdiri di samping Pitaloka.

"Ah, lo La! Buat gue jantungan tau gak. Gue kira lo siapa!" kata Pitaloka kesal. Lala menyengir.

"Hehe, sorry Lun. Gak bermaksud," balas Lala.

Pitaloka memajukan bibirnya lalu pergi meninggalkan Lala. "Eh Pit, jangan marah dong... " kata Lalu seraya mengejar Pitaloka.

Pitaloka terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Ia kesal, sedari kemarin ia sudah menunggu kabar Piter namun, Piter tidak juga menghubunginya. Bukan hanya itu, tadi pagi juga Pitaloka sudah menunggu Piter menjemputnya seperti hari-hari biasa, namun semua nihil. Piter tak kunjung datang.

Dan sekarang yang membuat Pitaloka semakin kesal adalah, Piter datang ke sekolah bersama dengan seorang perempuan. Huft, rasanya Pitaloka ingin memaki-maki Piter sekarang juga. Pitaloka berjalan kearah lapangan sekolah, karena bel tanda upacara sudah berbunyi. Membuatnya bergegas ke lapangan.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang